Konflik kecil

12 1 4
                                    

Pagi hari mentari menyapa dengan sinar hangatnya. Hari ini adalah hari Sabtu. Bagi sekolah negeri yang sudah menerapkan fullday school maka hari ini libur. Tapi karena SMA 7 Jakarta tidak menerapkan fullday school mereka tidak libur.

Pukul 7.00 semua siswa sudah harus berada di sekolah. Pelajaran akan dimulai tiga puluh menit setelahnya.

Di kelas XI IPA 1 yakni bangku Hana dan Isfany.

"Han, udah dong baca bukunya?." Pinta Isfany kepada Hana yang sedang membaca novel.

"Nggak ah." Hana tetap lanjut membaca.

"Iiih! Udah! Gue mau cerita." Rengek Isfany sambil memanyunkan bibirnya.

"Nanti aja deh." Hana tetap pada bukunya.

"Iiih, gue kemarin ketemu Papa." Isfany mengatakannya sedikit jengkel.

"Cerita apa?." Kini Hana lebih tertarik dengan cerita Isfany. Isfany tersenyum.

"Liat deh!." Isfany menunjukkan liontin di lehernya.

"Liontin baru?." Tanya Hana.

"He'em. Kemarin Papa jenguk gue. Papa kasih ini buat gue." Isfany terus memandang liontinnya.

"Serius? Papa lo pulang?." Hana menjadi antusias. Isfany mengangguk mantap.
"Ciee rindu lo udah terbayar. Traktirannya dong?." Ledek Hana.

"Traktir apaan? Ogah ya." Isfany ikut meledek. Hana mengerucutkan mulutnya.
"Hahaha. Lo mau liat nggak isi bandulnya apa?." Tawar Isfany.

"Emm, boleh." Hana mengiyakan. Isfany lalu perlahan membuka bandul liontinnya dan menunjukkan isinya.
"Kak Vana." Hana ikut tersenyum lebar melihat foto di dalam liontin tersebut. Isfany lagi lagi mengangguk mantap.

"Papa bilang ini akan jadi kenagan terindah gue. Gue bahagia banget." Isfany mulai menurunkan nada bicaranya.

"Gue ikut bahagia kalau lo juga bahagia. Selamat ya karena lo udah nebus semua rasa rindu lo." Hana merangkul Isfany.

"Makasih. Tapi penebusan rindu itu masih belum lengkap. Kak Vana nggak ikut dateng. Dia ada kegiatan sekolah." Raut wajah Isfany berubah sayu.

"Ooh. Ya lo jangan sedih. Suatu saat lo pasti bisa ketemu dia lagi. Percaya deh." Hana menyemangati.

"Aamiin." Balas Isfany.

>skip<

Kring kring kring!

Bel istirahat pertama menggema ke seluruh penjuru sekolah. Para siswa berhamburan menuju lokasi masing masing yang menurut mereka enak dijadikan tempat istirahat.

Seperti halnya siswa lain, Isfany dan Hana yang memang sudah sangat akrab memilih pergi ke kantin. Mereka ingin meresfreshkan otak dari rumus fisika yang telah menggerogoti sebagian memory. Isfany menarik tangan Hana agar mempercepat langkahnya ke kantin.

"Pelan pelan dong, Isfany!." Hana kesal dirinya ditarik melulu.

"Kita nggak bisa santai santai. Nanti keburu ramai." Isfany meyiratkan kepada Hana untuk lebih cepat.

"Tau gini mending gue enggak usah ikut lo ke kantin." Hana berdecak sebal.

"Sst! Diem! Rencana kita ke kantin hari ini enggak boleh gagal lagi kayak kemarin." Ujar Isfany sesekali melirik kepada Hana. Hana pun terpaksa terseok seok mengikuti langkah cepat Isfany.

Lima menit berjalan cepat, mereka tiba di sebuah meja kantin yang belum ditempati. Langsung saja empat kursi kosong di meja itu diduduki Isfany dan Hana. Mereka duduk saling berhadapan.

The End of My LoveWhere stories live. Discover now