13 - Leave

12 1 0
                                    

" Kalau saja aku bisa memutar waktu kembali, aku lebih baik tidak bertemu kamu di hidupku daripada aku harus menahan rasa sakit yang kau tinggalkan, seperti sekarang. "

...

"Reta? Why are you here? Wait, who is he? ( Reta? Kenapa kamu disini? Tunggu, dia siapa? )"
.
.
.

Arreta's POV :

Tiba-tiba aja bahu gue ditepuk pelan dengan seseorang dari belakang. Tentu gue kaget karna waktu itu gue lagi asik milih-milih minuman bareng Loey. Pas gue liat mukanya.. dia adalah salah satu alasan gue ragu untuk terbang ke sini.

Kenalin, dia sahabat lama gue sekaligus orang yang berhasil membuat gue putus sama Fian, dia David.

Gue memundurkan badan gue sedikit demi sedikit agar tidak terlalu dekat dengan badannya sampai tak sengaja menabrak badan Loey karna dia berdiri tepat di belakang gue.

"D-david?" gue nyebut namanya dengan terbata-bata karna gue takut. Luka yang ditinggalkannya sangat berbekas di dalam tubuh gue.

"Yeah! Why are you here? ( Kenapa kamu disini? )" tanya David dengan senyum khas-nya sama seperti hari terakhir kita bertemu beberapa tahun yang lalu. Senyum yang sangat amat gue benci hingga sekarang.

Setiap melihat wajahnya, gue rasanya pengen nangis aja. Gue masih ngingat kejadian dulu bahkan sampe sekarang. Orang yang sangat gue hindari semenjak gue pindah ke Indonesia tiba-tiba aja muncul depan gue karena kebetulan gue lagi di Korea. Rasanya pengen cepet-cepet balik ke hotel biar gak liat muka dia lagi. Dan, bisa-bisanya gue lupa kalau dia tinggal di daerah Myeongdong. Kalau gue inget, gue pasti ga ngajak Loey jalan-jalan.

"David, I'm so sorry but I can't talk to you now. ( maaf tapi aku gak bisa buat ngobrol sama kamu sekarang. )"

Itu akal-akalan gue aja biar gue gak ngobrol lama sama dia. Tapi, semakin gue mencoba untuk kabur, dia makin nanya banyak pertanyaan. Gue juga gaenak buat ninggalin dia gitu aja jadi gue terpaksa ngeladenin David. Sampai akhirnya..

"Sorry, i don't know you but, she is my mine. So please, may you give us space cause we want to leave now. ( maaf, aku gatau kamu tapi, dia milikku. Jadi tolong beri kami jarak karna kami mau pergi sekarang. )" kata Loey tegas dilengkapi dengan raut wajah seriusnya.

David pun mempersilahkan kami pergi dari minimarket itu. Jelas, gue sangat amat bahagia pas Loey ngelindungi gue dengan kata-katanya itu. Selama perjalanan balik ke hotel gue cuma senyum-senyum aja sambil menjilat-jilat es krim yang gue genggam. Loey juga sama. Dia senyum sambil membawa satu kantong plastik dari minimarket tadi yang berisi beberapa makanan ringan.

"Lo tadi napa ketakutan begitu dah. Sampe nabrak. Emang dia siapa?" tanya Loey.
"Hmm? Sahabat lama gue." jawab gue santai.
"Kok takut begitu? Kayak trauma gitu sama dia."
"Ya emang trauma! Itu mah udah jelas. Perempuan macem apa yang ga trauma udah hampir dilecehin sama sahabat sendiri!"

Ups. Gue keceplosan. Dan ya, gue nangis. Air mata yang dari tadi gue tahan akhirnya tumpah gitu aja. Kalian nanya reaksi Loey gimana pas liat gue nangis? Dia shock dong. Baru kali ini gue nangis depan dia. Dia ngajak gue ke suatu tempat yang agak sepi. Gue juga gak tau itu dimana. Yang gue inget, itu taman dan sepi karna udah larut malam banget.

"Coba cerita sini."

Sebenarnya pas Loey nyuruh gue nyeritain, gue rada ragu antara mau cerita atau enggak. Tapi, tatapan matanya tulus banget, gue pun mencoba memberanikan diri untuk cerita walaupun sambil sesegukan.

"Sebenarnya, gue dulu pacaran sama Fian. Trus, suatu hari gue jalan berduaan sama David sampe malam. Trus gue pulang ke apartemen dianter dia. Pas di apartemen, dia tiba-tiba mendekat se senti demi se senti ke arah gue. Ya trus tiba-tiba Fian buka pintu apartemen pas detik David ngeraih tengkuk gue. Trus dianya salah paham."

"Oke.. gue paham sekarang kenapa lo trauma buat ketemu cowo tadi. Sekarang gapapa kan? Atau masih ada yang pengen diceritain?"

Gue cuma menggelengkan kepala gue yang bertanda gaada lagi yang mau gue ceritain. Loey mengusap pipi gue yang sudah dibasahi air mata itu. Loey beranjak dari tempat duduk yang kita duduki dari tadi. Gue pun ikut berdiri. Pas gue berdiri, Loey tiba-tiba aja merentangkan tangannya.

"Mau peluk?" tanya Loey.

Tanpa mengatakan satu kata pun, gue langsung memeluknya. Pelukan Loey terasa sangat hangat bagi gue. Entah kenapa, gue merasa lega aja setelah pelukan sama dia. Aroma parfum yang dia pake pun tidak terlalu menyengat dan gue sangat amat betah berada di pelukannya ditambah lagi aroma parfum nya yang pas dengan selera gue. Kita pun balik ke hotel.

...

Semenjak kejadian di Myeongdong itu terjadi, gue jadi agak canggung berada di dekat Loey. Fans nya Loey yang seangkatan pun mendapat kesempatan untuk deketin Loey karna gue gak deket-deket amet sama Loey. Biasanya kan gue selalu di samping Loey. Banyak yang takut ngedeketin Loey kalau Loey lagi sama gue.

Studytour kali ini emang seru abis! Sesuai perkiraan, kami emang diajak ke tempat-tempat yang jarang dikunjungi seperti pada studytour-studytour sebelumnya. Mulai dari diajak ke kebun binatang nasional, trus ke pasar tradisionalnya, dan masih banyak lagi tempat-tempat yang tak terduga. Inilah Coreen High School, sekolah yang mempunya program-program seru dan beda dari sekolah lainnya. Itu salah satu alasan gue betah sekolah di Coreen.

Setelah berkeliling Seoul selama 5 hari, kami pun pulang ke Indonesia dengan selamat hingga tujuan. Kami semua sebenarnya masih pengen berlama-lama di Korea tapi di satu sisi, kita juga kangen sama keluarga yang di Indo. Jujur, studytour kali ini adalah pengalaman studytour yang paling bagus bagi gue. Ya, walaupun gue ketemu sama si David tanpa sengaja disana.

Selama gue di pesawat menuju Indonesia, gue di dudukin disamping Claretta dan Fian. Demi apapun gue salah apa tuhan sampe didudukin di tengah dua setan. Fian sih cuma diem mandang luar jendela karna di duduk di sisi jendela. Sementara Claretta, dia ga banyak ngomong karna selama perjalanan dia dengerin lagu pake earphone-nya.

Karena selama perjalanan gue merasa terasingkan dari dua setan itu, gue ngambil buku mewarnai dari ransel kesayangan gue sekaligus mengambil kotak pensil warna gue. Tapi pas lagi asyik-asyik mewarnai...

"Gue cemburu."
"Hmm?"
"Gue cemburu."
"Cemburu apa nih?"
"Lo jalan malem sama Loey kan."
"A-apa?"
"Gue denger, lo jalan-jalan bareng Loey sampe larut malem kan."

Gue kaget pas Fian bilang kalau dia cemburu. Gue cuma bisa mangap sambil mencerna apa yang barusan Fian bilang. Darimana Fian tau kalau gue jalan-jalan bareng Loey malem itu? Gue penasaran deh. Dia tau darimana coba? Masa iya dia cenayang?

"Gue tau dari Fay. Dia bilang lo ilang. Dia minta gue nyariin lo karna gue juga dulu anak sini. Eh pas ketemu lo, lo lagi sama Loey berduaan. Tau gitu gue gausah nyariin."

Jelas, Fian merasa kesal gue jalan sama Loey. Dan diwajahnya juga tercerminkan ekspresi itu. Gue pun merasa bersalah.

"Makasih udah nyariin gue."

Gue berterima-kasih. Bukannya bilang sama-sama, dia malah bales senyum. Gue pun melanjutkan sesi mewarnai gue. Dan sesekali gue curi pandang ke Fian. Dan yang gue takutkan adalah...


Gimana kalau gue jatuh hati untuk kedua kalinya ke dia? Ini bahaya.
-arreta


—13 | Leave ;selesai.—

Help me mama ㅠㅠ
Chap ini panjang bet :'))
Kalian betah baca segini panjangnya?

DejectedHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin