03 - Marah. ( New Version Dreame )

279K 4K 50
                                    


  "Tok ... Tok ... Tok ...." Anton terus mengetuk pintu kamar Sein, mendesah frustasi karena setelah kurang lebih 5 menit menunggu, tapi tak kunjung ada jawaban dari dalam. Akhirnya, Anton memutuskan untuk memasuki kamar Sein.

  Semalam, Sein tertidur pulas dalam pelukannya setelah menangis berjam-jam, bahkan mata Sein sampai membengkak karena terlalu lama menangis. Anton yakin kalau saat terbangun nanti pasti Sein akan merasa pusing karena efek terlalu lama menangis. Dengan pelan dan hati-hati, Anton mendorong pintu, melongokan sedikit kepalanya untuk melihat situasi di dalam kamar. Dalam hati Anton merutuki sikapnya yang seperti mau maling.

  Anton menghela nafas, merasa lega begitu melihat Sein masih tertidur dengan posisi membelakangi pintu. "Masih tidur ternyata," gumam Anton. Anton masuk dan kembali menutup pintu kamar tanpa menguncinya.

  Anton duduk di balik punggung Sein, menyibak selimut tebal yang menutupi tubuh mungil Sein, kini Anton bisa dengan jelas melihat wajah Sein. "Seina bangun." Anton menyibak rambut yang menutupi sebagian wajah Sein. Kulit Sein sangat halus dan juga lembut.

  Sein merubah posisinya menjadi terlentang, merasa terganggu dengan sentuhan dan belaian lembut di wajahnya. Mata Sein terbuka, mengerjap beberapa kali karena silaunya cahaya matahari menerpa penglihatannya. Sein lantas menoleh, cukup terkejut dengan kehadiran Anton. "Don’t touch me." Sein menepis tangan Anton yang akan membelai wajahnya.

  Anton cukup terkejut dengan respon yang Sein tunjukan, tapi tak mengurungkan niatnya untuk kembali membelai wajah Sein. Tapi, lagi-lagi Sein menepis tangan Anton bahkan kali ini Sein memberikan tatapan tajam pada Anton. Anton menghela nafas, sedikit bergeser menjauhi Sein yang kini merubah posisinya menjadi duduk bersandar di kepala ranjang dengan selimut yang masih menutupi sebagian tubuh dan wajahnya.

  "Jangan mendekat!" Peringat Sein tegas, menatap Anton dengan nyalang. Sekarang Anton benar-benar bingung dengan perubahan sikap Sein yang berubah drastis hanya dalam kurun waktu hitungan jam, semalam mereka baik-baik saja dan tidak terlibat dalam masalah apapun, tapi kenapa sekarang Sein seperti ini? Apa karena masalah semalam?

  "Sein ... apa Om melakukan kesalahan?" tanya Anton lembut, menatap Sein dengan sorot mata sendu. Wajah Sein berpaling begitu melihat tatapan sendu Anton. Sein benar-benar enggan untuk bersitatap dengan Anton.

  "Sein masih ngantuk, Sein mau tidur lagi." Bukannya menjawab pertanyaan Anton, Sein malah mengutarakan keinginannya yang secara tidak langsung meminta agar Anton keluar dari kamar.

  "Jawab dulu pertanyaan Om." Anton tidak akan menyerah begitu saja. Anton harus tahu apa alasan Sein bersikap ketus padanya.

  Sein kembali menatap Anton, dengan raut wajah dingin. "Sein mau tidur lagi Om." Sein menekan setiap kata yang terucap, berharap agar Anton mengerti dan mau menuruti kemauannya.

  "Sein!" Nada bicara Anton mulai berubah, dan Sein tahu kalau emosi Anton mulai tersulut.

  "Apa? Om berharap dengan kejadian semalam bisa membuat keadaan kita berubah? Jangan harap! Karena itu sama sekali tidak akan merubah keadaan kita!" Sein akhirnya melampiaskan semua emosinya yang sejak semalam ia pendam. Sampai saat ini Sein masih bertanya-tanya tentang apa alasan Anton menciumnya dan juga berkali-kali mengucapkan kata maaf. Sein bingung, lebih bingung karena Anton sama sekali tidak menjelaskannya.

  "Sein!" Entah kesal karena mendengar ucapan Sein yang memang benar adanya, atau kesal karena Sein yang ternyata sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sudah ia lakukan semalam, sampai tanpa sadar Anton baru saja membentak Sein. Hal yang sangat jarang Sein terima dari siapaun, tak terkecuali Ahmad, Ani atau Lucas sekalipun.

Because I Love You [ Tersedia Dalam Bentuk Cetak ]Where stories live. Discover now