8-Sebuah Kesempatan

425 18 8
                                    

"Jika bersamamu dapat menghapuskan segala kebimbangan yang aku rasakan selama ini, maka aku akan memilihmu."

***

Derasnya hujan belum juga reda. Mas Dirga dengan susah payah masih mencoba mengendalikan laju motornya. Dan aku tidak sanggup melepaskan pelukanku pada tubuh gagah itu. Tidak ada yang lebih indah dari sunset di dermaga, tapi kini aku menemukan hal yang lebih indah untuk dikenang. Yaitu, hujan dan Mas Dirga.

Tuhan mempertemukan kami disaat yang tepat. Mas Dirga datang saat aku sedang butuh tempat bersandar. Sama seperti dulu, saat aku sedang dalam masa terpurukku Mas Dirga selalu ada untukku. Dia pria yang baik dan bertanggung jawab. Aku menyesal telah melepasnya semudah itu. Tapi kini, Mas Dirga sudah milik orang lain. Aku cukup tau diri agar tidak mengharapkannya lagi.

Kami memasuki gerbang komplek rumahku dan jalan sudah tergenang air. Aku lupa kapan terakhir kalinya warga bekerja bakti membersihkan parit di depan rumah. Dan akhirnya, setiap hujan tiba kami selalu menerima dampaknya.

"Neng Amel!!!" Teriak Bu Wulan tetanggaku saat kami melintas di depan rumahnya yang kebetulan berdampingan dengan rumahku.

"Mas berhenti sebentar Bu Wulan manggil. Mas langsung ke rumah aja, hujannya gede," ujarku lirih. Aku pun menghampiri Bu Wulan yang sepertinya sejak tadi menungguku pulang.

"Ada apa Bu?"

"Eh Neng kok malah hujan-hujanan sih? Nanti sakit Neng."

"Nggak papa Bu, tanggung basah. Ada apa ya Bu?"

"Ini Neng, tadi kata Ibu Neng Amel di telfon nggak diangkat-angkat."

"Hape nya di tas Bu, basah mungkin sekarang, hehe... "

"Eh ada-ada aja. Ini loh Ibu titip kunci rumah ke saya soalnya tadi habis dzuhur Bapak Neng Amel ada acara dadakan ke Bandung. Acara tentara gitulah, saya nggak paham."

"Kondangan bukan Bu?"

"Saya juga nggak tau Neng, katanya paling pulangnya besok. Soalnya acaranya lama, jauh lagi."

"Yah, Ibu kok nggak bilang ke Amel sih... "

"Kan katanya hapenya di tas."

"Eh iya, hehe... "

"Yaudah Neng, ini kuncinya."

"Makasih ya Bu, Amel pulang dulu, dingin."

"Iya Neng, sama-sama."

***

Aku melihat Mas Dirga duduk kedinginan di kursi depan rumahku. Dan anehnya, dia masih sempat-sempatnya tersenyum ke arahku.

"Ayo masuk Mas," ujarku sesaat setelah membuka pintu.

"Ayah sama Ibu mana?"

"Mereka pergi ke Bandung Mas, ada acara."

"Oh, kamu sendirian dong?"

"Udah biasa kok."

"Mau aku temenin?"

"Ng ... Anu, nggak usah Mas. Aku malu sama tetangga."

"Oh yaudah."

Aku pergi ke kamar untuk mengambil handuk dan menyerahkannya pada Mas Dirga.

"Mas mandi di kamar Ayah ya? nanti aku siapin bajunya."

"Beneran nggak papa?"

"Iya Mas."

***

Setelah selesai mandi dan mengganti pakaian, kita pun duduk di ruang keluarga. Jam sudah menunjukkan pukul 18:30, tidak terasa. Mungkin karena aku terlalu lama di kamar mandi untuk mencuci seragam yang basah.

Ku Tunggu Kau di Ujung DermagaWhere stories live. Discover now