3-My Special Birthday

615 39 34
                                    

"Saat ku melihat mu lagi untuk pertama kalinya, cahaya senja lah yang menjadi saksinya. Hingga akhirnya aku benar-benar kalah dan mengakui bahwa aku merindukanmu, pelautku."

***

"Maafin Amel Bu, maaf," ujarku yang tak henti-hentinya meminta maaf karena telah mengajak orang asing masuk ke dalam rumah.

Ibu hanya bisa menangis sesegukan. Satu kotak perhiasan bernilai jutaan rupiah itu pun raib tak tersisa. Aku menyesal, sangat menyesal. Itulah kelemahanku mudah percaya dengan orang lain meskipun orang itu belum terlalu aku kenal.

"Sudahlah Bu, ayah sudah menghubungi polisi tadi. Ikhlaskan saja, mungkin itu bukan rezeki ibu. Musibah kan nggak ada yang tahu, jangan salahkan Amel." Ayah mencoba menenangkan ibu dengan mengusap pelan punggungnya.

"Ibu nggak nyalahin kamu kok nak, Ibu hanya belum ikhlas saja. Itu adalah hasil tabungan Ibu selama ini," ujar Ibu disela tangisnya.

Aku hanya bisa terus meminta maaf. Hingga tangis Ibu reda dengan sendirinya.

***

Seminggu kemudian...

"Eh kalian udah ngerjain tugas Biologi belum?" tanya Clarissa saat kita nongkrong di kantin pagi itu. Dia adalah salah satu teman sekelas ku. Ayahnya jenderal dan ibunya dosen. Dan sudah bisa dibayangkan betapa
mewah gayanya di sekolah.

"Lah, yang suruh gambar organ pencernaan sama pernafasan manusia itu?" ujar Chanya.

"Iyalah, yang mana lagi?"

"Belum, gak becus gambar gue. Ntar suruh adek kelas ajalah."

"Ah, kalian ini. Padahal gambar doang," ujarku sambil sesekali mataku mencari sosok Kevin.

"Duh Mel, itu sih elo."

"Eh gue lupa, besok kan hari Minggu nih, nah gue ultah. Kalian dateng ya? Gue udah booking tempat tuh di RestoNay." RestoNay adalah tempat makan yang sedang hits di daerahku. Meskipun jaraknya sedikit jauh dari rumah.

"Loh, kok lo nggak ajak-ajak gue sih kalo mau bikin acara?" Chanya cemberut mendengar hal itu.

"Bukan gitu, gue cuma nggak mau bikin lo repot terus-terusan."

"Udahlah Nya, bener itu kata Amel. Tinggal nikmatin aja apa susahnya sih?" ujar Clarissa menimpali.

"Kan gue juga pengen bantu."

"Iya gue ngerti, udah ya kali ini aja kok. Lain kali gue bakal nyusahin lo lagi." Aku mengacak rambut Chanya pelan hingga membuat membuatnya semakin cemberut.

"Eh, gue ke perpus dulu ya? Minta bantuannya deh, buat kasih tau temen kelas. Pokoknya harus datang semua oke,"

"Gampang itu. Terima beres deh, ya nggak Nya?"

"Sip lah, gue cabut dulu ya?" Aku pun beranjak meninggalkan Chanya dan Clarissa.

***

Aku berjalan menyusuri koridor yang cukup panjang. Cuaca agak mendung hari ini. Tapi sayang aku belum melihat Kevin, jika tebakanku benar pasti dia sedang tertidur diantara padatnya rak buku di perpustakaan. Aku belum bertemu dengan dia sejak kemarin, entah sibuk apa dia hingga tak terlihat batang hidungnya.

Kulihat di perpustakaan hari ini cukup ramai oleh para siswa yang tengah konsentrasi membaca. Aku mengedarkan pandangan ke segala sudut tapi tetap saja aku belum menemukan sosoknya. Aku berjalan perlahan diantara rak-rak yang padat. Hingga akhirnya aku menemukannya dengan keadaan tertidur dalam posisi duduk diantara rak buku Ekonomi. Aku langsung menghampiri dan duduk disampingnya.

Ku Tunggu Kau di Ujung DermagaWhere stories live. Discover now