14. Trigger

3.2K 576 103
                                    

Yunho mengelus bulu-bulu lembut Jiji yang berada di sampingnya. Kucing lucu itu sudah nyenyak tertidur, bergelung nyaman ditemani oleh Hiro di sebelahnya. Sebentar lagi waktunya makan malam namun kekasihnya belum juga pulang. Jaejoong bilang ia ada pemotretan di Myeongdong.

Tetapi kemudian senyum Yunho mengembang saat ia mendengar suara pintu apartemen yang terbuka. Ia hendak berdiri saat ia dengar suara nyaring Jaejoong membahana di seluruh ruangan.

“Yunhhooo!!!” Jaejoong berlari ke arahnya sambil merentangankan kedua tangannya. Si manis itu mencampakkan tasnya di lantai sebelum melompat ke arah Yunho. Dengan sigap pria Gwangju itu menangkap tubuh Jaejoong yang melilitnya.

“Kau pasti lelah.” Yunho mengusap punggung Jaejoong lembut.

“Aku merindukanmu. Aku sangaaaatttt merindukanmu. Rasanya sedetik tidak bertemu denganmu membuatku sesak napas.” Yunho tergelak mendengar keluhan kekasihnya.

“Aku juga rindu padamu.”

Jaejoong memundurkan kepalanya agar ia bisa menatap wajah tampan sang kekasih. “Bahkan sekarangpun aku tetap merindukanmu—“ Jaejoong kemudian mendapatkan hadiah manis berupa ciuman dari Yunho.

Dengan suka cita pemuda cantik itu membalas setiap gerakan bibir Yunho di bibirnya. Saling menyesap, mengulum, dan melumat dengan lembut dan penuh manis. Tak lama kemudian Yunho melepaskan ciumannya dan juga menurunkan tubuh Jaejoong.

“Kau sudah makan?” tanya Yunho sambil mengelus wajah cantik Jaejoong yang nampak lelah.

Vokalis No.X itu menggelengkan kepalanya. “Aku mau makan malam bersamamu. Tunggu sebentar, aku mau mandi dulu setelah itu memasak untuk makan malam kita berdua.” Yunho mengangguk sebelum membiarkan kekasihnya memasuki kamarnya.

Tapi pintu itu kembali terbuka, kepala Jaejoong menyembul dari sana. “Mau memandikanku, Sayang?” godanya sambil mengedipkan sebelah matanya dan memberikan kecup jauh. Yunho langsung melemparkan bantal sofa ke arahnya namun tidak kena karena Jaejoong segera menutup kembali pintu kamarnya.

Yunho kembali duduk di sofa sambil mengulum senyum. Ia tidak mengerti bagaimana bisa perasaannya terhadap Jaejoong selalu bertambah hampir setiap saat. Hatinya selalu dipenuhi bunga-bunga saat Jaejoong berada di sampingnya. Kekasihnya telah melukiskan warna yang indah untuk dunianya.

Rasanya konyol sekali bagaimana ia dulu memandang sebelah mata pada teman serumahnya itu. Pada akhirnya sifat keras kepalanya luluh pada pesona dan usaha Jaejoong yang pantang menyerah.

Satu jam kemudian Jaejoong keluar dari kamarnya dengan wajah lebih segar dan rambut basah. Pakaiannya pun sudah berubah menjadi lebih santai. Si cantik itu langsung menuju tempat kramatnya untuk membuat makan malam bagi mereka berdua.

“Perlu bantuan?” tawar Yunho saat memasuki dapur.

“Bisa kau rebus air?”

“Itu sih gampang.”

“Awas kalau kau sampai menghancurkan dapurku!” ancam Jaejoong sambil mengacungkan pisau ke arah Yunho.

“Ya ampun, hanya memasak air sih tidak akan membuat dapurmu luluh lantak. Apa setidak percaya itu kau pada kemampuan memasakku, hm?” ucap Yunho sambil menggigit jari Jaejoong.

“Kau tipe orang yang akan membuat makanan-makanan itu menyesali keberadaan mereka,” ejek Jaejoong sebelum memulai kegiatannya mengiris bahan makanan.

Namun Yunho yang baru saja menyalakan kompor dan meletakkan panci berisi air di atasnya hanya bisa tertawa. “Tega sekali kau pada pacarmu sendiri,” ucapnya sambil mengecup leher Jaejoong. “Kalau begitu aku menata meja makan saja deh.”

Share The WorldWhere stories live. Discover now