9. Dear J

4.2K 643 102
                                    


"Bir?" Jaejoong menawari Yunho sekaleng bir. Mereka berdua duduk bersisian di balkon apartemen dengan pemandangan lampu-lampu cantik gedung-gedung pencakar langit menemani malam mereka berdua.

"Terima kasih." Yunho menerima kaleng bir itu dan membuka penutupnya. Satu kaleng bir hanya untuk malam ini tidak akan membuatnya hangover. Apa salahnya kan?

Untuk sejenak tak ada yang bersuara di antara mereka, yang ada hanya suara-suara klakson mobil yang bersinggungan di jalanan di bawah sana.

Sebelum kemudian Yunho memecah kebisuan tersebut. "Hmm... Jaejoong-ah." Yunho bergumam memanggil Jaejoong, sekilas ia nampak ragu, terlihat dari bagaimana ia menimang kaleng birnya, Yunho juga tak berani menatap Jaejoong karena ia tahu apa yang akan ia tanyakan sekarang ini adalah hal yang sensitif bagi Jaejoong.

"Wae?"

"Aku tahu ini melanggar peraturan kita tapi ... maukah kau bercerita soal Siwon?"

Ekspresi Jaejoong langsung berubah. "Siwon?"

Yunho gelagapan. Mungkin meminta Jaejoong menceritakan soal pria itu bukanlah ide yang bagus. Yunho tak mau namja cantik itu bersedih. "Tapi jika itu terlalu berat untukmu maka sebaiknya lupakan saja. Aku tidak ingin membebanimu."

"Gwaenchana. Akan kuceritakan. Akhirnya kau menanyakannya juga."

"Kau yakin? Aku tidak akan memaksamu. Jadi kapanpun kau ingin berhenti, berhentilah."

"Araseo. Hm... ceritanya lumayan panjang, dari mana aku harus mulai?" Jaejoong menimang kaleng birnya lalu menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai bercerita. "Hmm... Siwon adalah mantan kekasihku. Kami berpacaran saat masih kelas 10. Sebelum pindah ke Seoul, aku bersekolah di Chungnam. Siwon adalah pacar pertamaku. Aku tidak pernah membayangkan aku bisa punya seorang kekasih setelah mengetahui bahwa aku seorang gay kupikir aku akan melajang selamanya.

"Masa awal pacaran kami terasa menyenangkan seperti halnya kebanyakan remaja yang baru pertama kali berpacaran lainnya. Naif dan terasa menggiurkan. Sampai suatu hari ... seseorang memergoki kami sedang berciuman di lab kosong dan melaporkannya ke kepala sekolah."

Yunho terkejut, sementara Jaejoong hanya bisa tersenyum getir mengingat masa lalunya yang pahit. Berawal dari sanalah, hidupnya berantakan dan ia harus kehilangan segalanya.

Menceritakan masa lalunya sama artinya dengan membuka luka lama yang telah ia kubur-kubur dalam di sudut paling dalam hatinya. Saat ini pun, ia mati-matian menahan perih dan air matanya.

Kendati demikian Jaejoong tetap ingin menceritakannya pada Yunho, pria yang kelak akan menerima seluruh kepercayaannya.

"Tentu saja sekolah gempar dan sayangnya itu harus sampai di telinga keluargaku. Aku tidak pernah memberitahu keluargaku kalau aku seorang gay dan ketika berita ini muncul, bisa kau bayangkan bagaimana terkejut, marah, dan malunya mereka mempunyai anak sepertiku.

"Aku tidak pernah membayangkan sama sekali akan datang kejadian seperti itu di hidupku. Kupikir aku akan menghabiskan sisa hidupku dengan menyembunyikan orientasi seksualku. Tapi kau tahu apa yang lebih parah dan menyedihkan?"

"Apa?" balas Yunho pelan. Dalam hati ia meringis, melihat tatapan Jaejoong yang penuh luka. Dalam hati ia bertanya, ada berapa banyak bekas luka yang susah payah Jaejoong tutupi sehingga orang lain akan selalu menganggapnya pemuda yang bebas dan tanpa masalah.

Siapa yang mengira pemuda yang cerewet, jahil, periang, dan bersinar seperti Jaejoong menyimpan masa lalu yang kelam?

"Choi Siwon, si berengsek itu melimpahkan semua kesalahan padaku. Dia menuduh bahwa akulah yang pertama menggodanya dan bilang kalau aku memaksanya untuk berciuman, dia juga berkata bahwa aku mengancamnya jika tidak mau berciuman. Waahh aktingnya benar-benar jempolan, kau harus lihat wajah busuknya saat itu. Aku ingin merobek mulutnya, mencongkel matanya, mengeluarkan otaknya lalu kuinjak-injak."

Share The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang