1. The Beginning

12.9K 815 96
                                    

Halo readernimdeul :)
Ini adalah ff baru yang saya janjikan kemarin hehehe

Sebelum ke cerita saya mau ngasih tahu beberapa hal. Biasakan baca blurb/deskripsi cerita dicover yah, karena selain memuat summary, juga memuat warning. Soal update, saya mah suka nggak tentu. Jadi sabar aja kalo suka lama yah.

Selamat membaca ^^

***

Seoul diguyur hujan hari ini. Lalu lalang orang berpayung seakan tak pernah membuat jalanan Gangnam sepi.  Ramalan cuaca bilang tiga hari kedepan Seoul akan terus dilanda hujan lebat disertai angin kencang.

Dan di tengah cuaca seperti ini aku malah terdampar di sebuah restoran Italia di Gangnam. Harusnya saat-saat hujan seperti ini lebih baik aku berada di tempat tidurku, bergelung dengan selimut dan tidur sepanjang hari.

Ini semua gara-gara si bebek Junsu yang tiba-tiba saja mengajakku makan siang dan mengganggu waktu tidur cantikku. Untung dia yang traktir, kalau tidak, aku sih ogah. Dia kan uangnya banyak.

Sekarang, sudah mengganggu waktu berhargaku, dia malah terlambat datang padahal dia yang mengajak. Dasar bebek peking, awas saja dia kalau datang akan kutendang bokong seksinya itu. Biar rata sekalian.

Tahu Kim Junsu tidak? Dia ini cukup terkenal loh. Di Korea tidak ada yang tidak tahu dia. Junsu itu seorang komposer dan produser musik terkenal. Meski masih kuliah, bakat Junsu ini memang tidak perlu diragukan lagi.

“Joongie!” oh itu dia, bebek peking sudah datang. Ckckck… lihat gayanya, mau makan saja dia sudah seperti mau red carpet, oh bagus dia bahkan membawa mobil sportnya yang mewah dan mencolok mata itu. Adduuhh, dia pake acara lambai-lambai tangan segala lagi. Membuatku malu saja.

Dan yah, Junsu ini selain bakatnya yang cemerlang, dia juga berasal dari keluarga kaya. Ayahnya punya bisnis resort dan hotel mewah, ibunya mantan Miss Korea yang punya galeri seni di Cheongdam, sementara kakak kembarnya Junho adalah seorang aktor musical terkenal. Mereka punya gen yang sempurna.

“Kau sudah menunggu lama?” tanyanya enteng sambil duduk dengan santai.

“Heh, mana bokongmu?”

“Kenapa?” tanyanya dengan wajah sok polos, cih.

“Aku mau menendangnya. Kemarikan bokokngmu.”

“Enak saja! Kau saja yang tendang pantatmu sendiri.”

“Mana bisa menendang pantat sendiri, dasar bodoh!”

Shut up, bitch!”

Jangan salah paham. Begitulah memang cara sayang kami memanggil satu sama lain. Saking dekatnya aku bersahabat dengan mahluk imut satu ini, memanggil dengan kasar seperti itu tidak akan membuat kami sakit hati. Kami sudah kebal.

This is your menu,” seorang pelayan pria datang memberikan buku menu pada kami dan oh dewa dia ini tampan sekali, tahu pemeran Four di film Divergent? Wajah mereka mirip sekali! Aku bahkan tidak bisa mengalihkan mataku darinya.

“Kau mau makan apa?” aku mengabaikan pertanyaan Junsu. “Lihat mulutmu, berhenti melihatnya seperti itu, bitch.”

Junsu sialan! Tidak bisa apa dia membiarkan sahabatnya menikmati ciptaan Tuhan yang indah di depanku ini? Alhasil, Four gadungan itu tertawa cekikikan melihatku. Bagus, sekarang imejku turun.

“Kenapa kau senang sekali mengganggu kesenanganku, Bebek? Pokoknya aku mau yang paling mahal,” ucapku sambil membuka buku menu.

“Terserah kau saja. Aku kan punya banyak uang.”

Share The WorldWhere stories live. Discover now