"Fafa kali yang nangkep. Bukan bapak." Cicit David pasrah.

"Kurang ajar! Ih! Kalau dibilangin guru nurut sedikit kenapa! Susah sekali diatur. Untung pintar. Kalau bodoh, Bapak masukan sekalian kamu ke kandang macan." Pak Hendra menyentlik - nyentlik pelan telinga David dan membuatnya meringis kesakitan.

"Terima kasih ya Isfany. Kamu sudah bantu Bapak menaklukan buronan bandel ini." Pak Hendra menunjuk kepala David.

"Enggak masalah, Pak. Omong omong, buat kesalahan apa lagi si David?." Tanya gadis yang telah diketahui bernama Isfany. Panggilan "Fafa" adalah panggilan kesayangan David untuk menyebut gadis pujaan hatinya yang sudah lama ia incar.

"Sangat gila. Bapak liat dengan mata kepala Bapak, dia bikin mewek cewek satu kelasnya." Jawab Pak Hendra. Isfany tertarik dan ingin tau lebih lagi.

"Si cewek nangis gegara enggak terima diputusin David. Kebetulan Bapak lewat TKP jadi tau adegan detailnya. Dan Bapak dengar, David mau cari percobaan cewek lain. Gila sangat!." Lanjut Pak Hendra menahan gelak tawanya.

"Bapak apa apaan sih! Jangan buka aib saya di depan calon istri dong?! Mau taruh dimana muka tampan nan keren saya ini?." David menunjuk mukanya yang tidak terima aibnya dibuka.

"Mukamu bakal ditaruh ke ruang BK. Selamanya akan dipajang di ruang itu. Isfany, Bapak duluan ya. Ayo ikut!." Pak Hendra memapah semangat tubuh David pergi dari tempat itu. David ngomel omel tak jelas di sepanjang koridor. Mengutuki dirinya dan guru di sampingnya. Jahat!

"Dasar playboy." Desis Isfany tertawa sambil geleng geleng kepala.

>skip<

Jam 10.30. Di sekolah menjadi jam pelajaran ke 6. Di kelas XI IPS 1. Kelas mengalami jam kosong. Guru mapel di jam tersebut memilih mengakhiri jam lebih cepat. Akibatnya, kegaduhan sana sini tak bisa dielakkan.

Seperti yang terjadi di bangku pojok belakang. Bangku itu menjadi tempat faforit badboy yang menjadi most wantednya sekolah. Sebutlah mereka adalah Hanif, David, dan Evan. Mereka sering disebut sebagai trio HDE.

"Pak Hendra gila! Masa dia tega buka aib gue di depan bidadari gue." Celetuk David ditambah gelak tawanya.

"Sst! Jangan keras keras. Nanti ketua kelasnya denger terus nanti kita dilaporin ke Pak Hendra." Evan men-sst sambil membungkukkan badan.

"Ketua kelasnya gue, oon." David meninju pelan bahu Evan.

"Oh iya ya, hahaha." Evan tergelak.

"Woy! Bisa diem gak sih!." Teriak salah seorang cewek di kelas itu. Cewek itu adalah yang tadi disebut sebut Pak Hendra. Cewek yang baru saja diputusin oleh David.

"Ckck. Liat noh! Mantan lo masih gak terima!." Kini giliran Hanif yang menyeletuk sambil menepuk bahu David.

"Sakit, ogeb!." David membalas memukul paha Hanif.

"Ajak balikan dong, Dav." Rayu Evan dengan segala kemanjaan di raut mukanya.

"Udahlah. Gak enak bahas beginian." David meminta kedua teman somplaknya berhenti menjahili cewek itu. Bukan karena masih cinta atau apa. Dia hanya tidak mau omongannya nanti membuat cewek itu sakit hati.

"Terus sekarang mau apa?." Tanya Hanif.

"Emmm...mmmm...." Evan dan David berpikir lama sekali.

"Cepetan dijawab, PE'AK." Hanif kesal pertanyaannya tidak dijawab jawab.

"Kerjain kelas IPA yuk." Usul Evan.

"Gak enak, sob. Pasti ada gurunya. Tau sendiri kan di sekolah ini kelas IPA selalu dimanjakan. Jadi bakal jarang ada jam kosong di kelas itu. Mending kelas sebelah aja. Kayaknya sama sama gak ada guru tuh." Yang David maksud adalah kelas XI IPS 2.

The End of My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang