Final

51 2 0
                                    


              Aku berjalan kearah dapur dimana para koki sibuk memasak pesanan para pelanggan yang kelaparan di depan sana. Aku berdiri di ambang pintu dan mengamati mereka.

Aku mengeluarkan sebuah korek api gas dan menyalakannya. Ku perhatikan sejenak kobaran kecil api yang menyala.

Duuk! Korek yang kupegang terjatuh saat seseorang menabrak punggungku dari belakang.

"hei nak, jangan menghalangi jalan. Pelanggan tempatnya didepan sana"

Ucap seorang waiters yang menabrakku barusan. Ia memandangku sekilas tanpa menghentikan langkahnya. Sepertinya ia terburu-buru untuk mengambil sesuatu. Aku memungut kembali korek api yang terjatuh tadi. Setelah menyalakannya lagi, aku melempar korek tersebut kearah dapur. Korek itu bergeser dan berhenti dibawah meja besi.

Hanya seorang koki yang melihat apa yang kulakukan, tapi tidak mengindahkan perbuatanku. Ia sibuk dengan penggorengan didepannya. Aku mengeluarkan sesuatu dari dalam tasku. Sekantong spirtus yang aku beli dari toko matrial. awalnya koki tadi masih tak acuh dengan apa yang aku keluarkan, sampai aku dengan cepat melemparkan spirtus itu kearah dimana korekku terjatuh, sang koki hampir berteriak. Namun ledakan dengan cepat terjadi saat spirtus itu mengenai korek yang masih menyala tadi.

Tubuhku terlempar keluar dapur dan menabrak keras kaca dibelakangku hingga pecah. Tubuhku yang kini mendapat banyak luka goresan mendarat dengan kasar disebelah kaki meja. Kesadaranku hampir hilang saat ini. Orang-orang didalam ruangan tersebut berteriak histeris. Namun teriakkan mereka tidak bertahan lama karna pita suara mereka terbakar oleh api yang dengan cepat menjalar. Aku melihat beberapa orang terbaring sekarat dilantai. Seperti seorang pria dipojok sana, dia hanya bisa berbaring dan berteriak tanpa suara karna sebagian tubuhnya terlalap api. Berharap kematian segera datang menjemputnya untuk mengakhiri penderitaannya.

Aku melihat sebentar kearah dimana aku duduk tadi. Tempat ayah dan ibuku berada. Tapi tidak ada siapapun disana. Aku pikir mereka berusaha lari untuk menyelamatkan diri. Aku berusaha bangkit. Menopang tubuhku dengan susah payah. Ditengah kobaran api aku bergegas menuju ke sebuah pintu yang terhubung pada sebuah tangga yang belum tersentuh api. Aku bergegas naik kearah lantai atas.

Angin musim panas berhembus saat aku sampai diatap gedung. Ada beberapa orang yang selamat sampai disini juga. Mereka terlihat shock dan beberapa wanita menangis. Melambai-lambai kebawah gedung untuk minta diselamatkan. Badanku masih terasa nyeri karna goresan kaca dan terkena sambaran api tadi. Aku berjalan pelan kearah tepi gedung yang berlawanan arah dari kumpulan "para orang selamat" itu. aku melihat orang-orang dibawah sana dan keadaan gedung dari atas sini.

Hampir seluruh gedung terbakar. Mengingat bangunan tua ini sebagian besar berbahan kayu yang berumur hampir satu abad. Aku melihat beberapa mobil pemadam kebakaran yang menyemprotkan air kearah gedung ini dibawah sana. Sementara orang-orang sibuk menonton melalui layar ponsel mereka. Merekam seluruh gedung yang tengah dilalap api. Beberapa polisi terus menerus menyuruh mereka untuk mundur. Menjauhi kejadian perkara. Beberapa dari mereka mengidahkan suruhan polisi. Seakan disekitar tubuh mereka ada perisai pelindung dari marabahaya.

Aku tersenyum. Baru kali ini aku bisa merasakan kebahagiaan. Kehampaan yang selama ini menghinggapiku seperti lenyap terbakar bersama kobaran api. Aku memejamkan mata. Tetap tersenyum.

"hei, jangan terlalu berada dipinggir! Kau bisa jatuh!"

Seseorang menarik lenganku untuk menjauhi tepian. Menyebalkan sekali. Aku pikir semua orang berada disisi sebelah sana. Pikirku. Selalu saja ada orang pengganggu seperti dia. Aku memandang kesal kearahnya.

"jangan ikut campur"

Balasku, pria itu hanya mengernyit.

"aku hanya memberitahumu"

Aku kembali melangkah ketepi gedung. Namun lagi-lagi dia menarik lenganku.

"kau sudah susah payah berada disini dan kau malah membahayakan nyawamu sekali lagi!"

"sudah kubilang jangan ikut campur!"

Aku melepas paksa tarikan tangannya dan mundur selangkah. Dia berjalan pelan kearahku, seakan aku adalah seekor kuda yang kabur dan berusaha untuk ditangkap.

"hei, hei.. tenanglah. Jika kau merasa tertekan kita bisa bicarakan baik-baik. Jauhi tepian itu"

Apa sih, pikirku. Dia benar-benar sok tau. Dasar pengganggu. aku menatapnya. Ku ulurkan tangan kananku kearahnya. dia agak bingung dengan apa yang kulakukan. Dengan ragu dia meraih tanganku, mencoba menarikku kearahnya. Namun dengan cepat kedua tanganku menarik dia kearah tepian dan menendang kaki kanannya. Tubuhnya oleng, terjatuh dan tersungkur keudara. Tubuhnya bergelantungan. Memegangi tanganku.

"lepaskan tanganku, brengsek!" gertakku,

"sialan! Aku mencoba menyelamatkanmu dan kau malah mencoba membunuhku?"

"hah. Kau hanya pengganggu untukku sialan!"

"tarik aku keatas dan kau bebas melakukan apapun!"

Aku memandangnya datar. Tersenyum kecil.

"aku akan melakukannya sekarang"

"apa yang.. heeei!!! tidakk!!!"

Sebelum semua orang datang kearah kami, dengan cepat aku bergerak meluncur kearah pria tersebut. Mendorongnya sekuat tenaga menjejak hampa udara. orang-orang berteriak dibawah sana. Sibuk merekam kearah kami berdua. Sedetik kemudian tubuhku dan pria ini tertarik gravitasi dengan cepat. Adrenalinku terpacu. Rasanya seperti terbang bebas. Kehampaan benar-benar lenyap didalam diriku. Pria tadi berteriak sepanjang kami terjatuh dari atasgedung tadi. BRAK!! 2 detik kemudian tubuh kami remuk menabrak daratan serentak dengan teriakan orang-orang yang berada disekitar gedung restoran ini.    

T E D I U MWhere stories live. Discover now