Broken Home

76 1 1
                                    


            Semakin lama kehidupan semakin membosankan. Semuanya terlalu hambar untuk dirasakan. Aku jadi benci semua orang. Akupun membenci diriku dan orang tuaku. Aku ini orang yang munafik. Selalu tersenyum seolah-olah menyebar kebahagiaan pada sekitarku. Berkata baik-baik saja tapi didalam diriku selalu terasa hampa. Bahkan terkadang menggerutu pada diri sendiri. orang tuaku? Entahlah. Apakah kebencianku pada diriku lebih besar daripada kebencianku pada orang tuaku. Rumah tangga yang jauh dari kata harmonis dan mereka selalu saja berteriak satu sama lain. Bosan. Rasanya bosan mendengar pertengkaran mereka.

Aku pikir perpisahan mereka adalah yang terbaik. Aku tidak lagi mendengar teriakan-teriakan menyebalkan dari kedua manusia tersebut. Aku pikir hidupku akan lebih baik dari itu. Namun tidak. Ini sama saja. Aku selalu hidup berpindah. Ibuku, kemudian ayahku. Ibuku yang selalu mengeluh dan menyalahkan semua retakkan rumah tangga adalah salah ayahku. Aku bosan mendengar keluhannya. Kau sama saja, bu. Selalu membawa seorang pria masuk kedalam rumah bahkan sejak kita masih tinggal dengan ayah. Tapi aku tidak mempertanyakan itu. Aku hanya mengiyakan semua ucapanmu. Aku tidak peduli. Aku sudah bosan.

Ayahku. Dia tidak jauh berbeda. Dia selalu mabuk setiap kali aku menemukannya diruang tamu. Dia meracau kemana-mana seperti orang gila. Menyebut-nyebut ibu sebagai jalang sialan yang membodohinya selama ini. tapi sesekali aku melihatnya tertawa gembira dengan dua orang pelacur dipangkuannya. Bahkan sejak kita masih tinggal dengan ibu. Tapi sudahlah. Aku tidak peduli. Lebih baik aku masuk kedalam kamar dan mengeraskan volume musik di headsetku.

"Sabar."

"Kasihan sekali."

"Kamu pasti sedih karna orang tuamu berpisah.."

senyum. Aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan belas kasihan mereka. Aku tidak butuh ucapan mereka. Aku tidak perlu dikuatkan. Aku saat ini tidak merasakan apapun. Entahlah. aku hanya bosan dengan sebuah rasa. Perasaan sedih, kecewa, bahkan bahagia. Rasanya hambar. Mungkin jiwaku sudah tidak lagi berada didalam tubuhku. Aku tidak merasakan apapun. Rasanya sia-sia aku hidup didunia. Untuk apa aku harus terus melanjutkan hidup?

Bunuh diri? Aku tidak jarang memikirkan berbagai cara untuk lenyap dari muka bumi. Tapi bukankah cukup membosankan jika aku hanya harus mati begitu saja dan semua selesai? Kenapa aku harus membiarkan mereka untuk melanjutkan hidup? Padahal kebosanan ini semua tercipta gara-gara mereka.

T E D I U MKde žijí příběhy. Začni objevovat