OUR LIFE -- 25. SIAPA MEREKA?

948 66 12
                                    

Berantakan! Belum di edit. Wkwk
Yes ngantuk akut!

Komen plus vote jangan lupa~

_________________________________________

10.00 AM.
Bandar Udara Internasional London Heathrow (London Heathrow International Airport).

"Kalian.. Baik-baik ya di sini. Saling menjaga satu sama lain." tutur Gina mengusap pucuk kepala putranya.

"Iya, iya umi." kekeh Gibran.

"Yaudah jadi anak yang baik! Jangan ngerepotin Uncle! Jangan jelalatan! Fokus, gausah maen-maen! Jadi contoh yang baik tuh kaya Yusuf. Jangan kaya si Yunus! Gausah ikutan gila kamu! Emang kamu anak siapa hah.. Pokoknya jangan ngerepotin." ucap Gina dengan sekali tarikan nafas yang membuat melongo semua orang yang ada disana.

Ini kok emaknya Gibran kek orang kesambet listrik aja. Maen samber aja. Mana nyerocos kaya kereta. Itu nanya apa gimana ya?

"Mi.. Umi.. Santai aja kali." bisik Gibran.

Gina membelalakan matanya ke arah putra semata wayangnya. Pengen banget dimasukin lagi biar ga ngerepotin. Trus kalo udah musnah, dia tinggal bikin lagi sama Arfan. Ehh..

Sebelum Gina merapalkan sumpah sarapannya. Cepat-cepat Gibran membuka suara sebelum kucing betina yang disebut sebagai Umi itu nyerocos untuk kedua kalinya. Malu yekan? Di bandara nyerocos kek petasan banting.

"Iya, Mi iya. Hati-hati ya, Mi. Dahhhh.." ucap Gibran seraya mendorong pelan tubuh mungil ibunya masuk kedalam pesawat jet pribadi keluarganya.

"Ihh.. Apaan si kamu! Umi bisa sendiri gausah di dorong-dorong. Kamu kira Umi itu apa hah? Troly? Kuran-" ucap Gina terpotong.

"Ssst.. Udah sayang. Gibran, dengarkan kata Umi tadi. Intinya hati-hati. Kita berangkat dulu. Assalamualaikum." ucap Arfan tenang sambil memeluk posesif istrinya.

Huhh.. Uminya kalo udah dipeluk sama herder, diem adem ayem. Tadi aja, anaknya hampir ditelen.

"Iya, Bi. Wa'alaikumsalam."

Sedangkan, Eca dan Fatah sedang berpelukan mesra dengan semua anak mereka. Zauf dan Zikra sudah melepaskan pelukan mereka diikuti dengan Maryam. "Umi, hati-hati ya." lembut Zauf.

Eca tersenyum simpul. "Iya sayang. Kalian juga ya. Bi, titip anak-anak. Kalo nakal balik ke indo kita bikin lagi yang kembar." ucap Eca sedikit terkekeh.

"Haha.. Siap, sayang."

"Kak Zahra mana, Um?" tanya Maryam yang sedang mencari-cari kakak iparnya. Dengan santai Eca menatap Putri semata wayangnya dan berkata.

"Tadi ke toilet katanya. Coba Yusuf kamu susulin gih." Zauf mengangguk samar dan langsung berjalan santai menuju toilet disekitar mereka.

Tak lama ia melihat dua orang berpakaian serba hitam sedang menggendong gadis cantik dengan hijab berwarna-- Tunggu! Itu istrinya! Zahra!.

Dengan secepat kilat Zauf berlari menyusul dua orang tersebut. Ia pun sambil menekan tombol alarm di pulpen yang selalu ia bawa.

Pulpen itu dilengkapi dengan GPS dan langsung terhubung ke unit bodyguard yang disebar agar segera menuju dimana ia berada. GPS itu juga terhubung dengan pulpen yang dimiliki Gibran, Zikra, Fatah dan Arfan.

"Sialan! Siapa mereka!" gerutu Zauf dengan suara rendah. Ia meminimalisir suaranya agar tidak terdengar pria bertubuh besar itu. Beberapa detik kemudian terlihatlah para bodyguardnya dari segala arah.

Zauf memberi aba-aba agar tetap tenang dan biasa dengan mengacungkan jari telunjuknya. Ia tidak ingin mencelakai Zahra dan calon buah hati mereka.

AFAF2 : OUR LIFE | ✔Where stories live. Discover now