OUR LIFE -- 13. GAS PRIBUMI

1.3K 95 1
                                    

Hualow!!!

Assalamualaikum!!

Malem!!

Met malemzzzz...

Malem kan ya? Berarti bintangnya lagi bersinar dong? Jangan lupa ya wkwk.

Voment!! Voment!!

______________________________________________

Sudah tiga hari mereka berkunjung ke Mansion Z untuk menengok keadaan double Z dan sekalian berlibur di London. Zahra merasa senang karena mereka memberikan keramaian pada mansion yang luas ini.

Berbeda dengan Zauf yang jengah dengan keramaian. Telinganya terkontaminasi karena teriakan saudara kembar dan sepupunya. Bukan hanya itu saja. Kini Zauf jadi kurang leluasa untuk menggoda Zahra, sang Istri tercinta.

"Kamu, kenapa?" tanya Zahra mengambil alih kursi yang ada disebelah Zauf. Mereka sedang duduk di balkon kamar mereka.

"Gapapa kok. Hari ini kamu ke kantor?" tanya Zauf menengok dan menatap manik mata Zahra.

"Iya, sebentar aja sih. Soalnya banyak yang harus aku tangani sebagian. Sebagian lagi Karina aja yang nangani. Emang kenapa?" Ucap Zahra.

"Kamu dirumah aja. Biar aku yang kesana." Ucap singkat Zauf namun sukses membuat Zahra bertanya-tanya dan mengerutkan keningnya.

"Kenapa, kamu? Lagian disana aku mau ketemu temen Karina yang mau kerja jadi Office Girl pribadi aku, honey." ucap Zahra lembut.

Zauf menoleh ke arah Zahra, mendaratkan lengannya ke perut datar Zahra. Memberikan kehangatan di perut Zahra dan juga nyawa yang sudah mendiami rahim Zahra sejak dua Minggu terakhir hingga beberapa bulan kedepannya.

"Kamu calon Umi. Jangan terlalu Capek, sayang," Zauf menatap lembut perut datar Zahra seolah-olah itu adalah seorang bayi mungilnya "Nak, bilang dong ke Umi biar Umi kamu istirahat aja dirumah. Abi khawatir tau sama kalian." Ucap lembut dan hangat Zauf lalu memberi kecupan hangat disana.

Hati Zahra menghangat. Ya, Zahra sedang hamil. Makanya keluarga besar datang ke London demi melihat Zahra yang tengah mengandung. Tapi sayangnya Orang tua Zahra tidak bisa hadir karena mereka sedang beribadah umrah dan kemungkinan Minggu depan baru kembali ke tanah air.

"Kamu nih, bisa aja. Haha aku gabisa libatin kamu. Lagian kan aku Direktur utamanya. Kamu jugakan punya perusahaan sendiri." Ucap Zahra dengan sedikit terkekeh geli melihat perhatiannya semakin bertambah besar.

"Aku yang anter kamu kalo gitu. Ini bukan pertanyaan tapi pernyataan yang tidak bisa dibantah." Tegas Zauf seraya bangkit dan segera berpakaian rapih untuk menemani istrinya dan juga calon anak yang semoga saja tampan.

Zahra menghela nafas pelan lengannya mengelus-elus perut datarnya. Ia bahagia. Sangat bahagia. Ternyata tukang es batu itu luluh juga karenanya.

Zahra terkekeh kecil dan masuk kedalam kamar mengganti pakaiannya dengan pakaian formal seperti biasanya.

Zahra kini memakai Blouse biru Navy selutut dengan celana bahan dan hijab yang senada. Zauf juga mengenakan Jas biru Navy sama persis seperti Zahra atau bisa dibilang mereka couple.

Sebenarnya setiap kali mereka berangkat ke kantor walaupun beda perusahaan tapi mereka selalu berpakaian couple.

"Sudah siap?" Tanya Zauf yang sedang melilitkan dasinya. Zahra melangkahkan kakinya menuju tempat Zauf berdiri. Ia mengambil alih dasinya dan memakainya dengan lihai. Zauf adalah sosok lelaki yang kurang pandai soal memakai dasi. Untungnya Zahra pandai memakaikan dasi.

AFAF2 : OUR LIFE | ✔Where stories live. Discover now