Perkenalan

162K 5.9K 109
                                    

Assalamu'alaikum 🥰

Karena banyak yang setuju jadi AR aku Publish ulang yah 😊 selamat membaca 🥰  صلوا على النبي

Mata sedikit bulat, bola mata hitam legam, dengan lesung pipi di sebelah kanan. Tinggiku 153 cm dengan berat 45kg. Kebayang ndak? Ha … ha! Siapakah aku? Yang pasti bukan boneka panda!
INILAH AKU!
Namaku Adonia Najma Orlin. Aku anak seorang kyai pemilik pondok pesantren, biasa dipanggil Mbak atau Ning Najma oleh para santri, katanya itu panggilan khusus untuk anak perempuan kyai. Ya sudahlah, yang penting jangan dipanggil Adonan.

Aku bukan seperti anak kyai lainnya, aku tidak suka pakai kerudung yang besar, tidak suka pakai rok, pokoknya kata Mbak Zahra—kakakku—aku seperti anak laki-laki. Kata Ummi, aku tidak bisa anggun. Kata Abi, aku nakal. Yang jelas, semua gelar yang jelek-jelek itu ada padaku, kalo yang baik sudah pasti untuk Mbak Zahra,dan semua itu membuatku kesal.

Satu hal yang harus kalian tahu, hobiku TIDUR. Di mana pun aku merasa nyaman, aku tertidur. Mulai dari di kelas, di dapur saat melihat mbak-mbak santri memasak, di kamar mandi, dan bahkan aku pernah tidur di atas tumpukan beras di pasar saat menunggu Ummi berbelanja.

Selain tidur, aku juga punya satu lagi hobi yang unik, yaitu membela kawan perempuanku ketika bertengkar dengan laki-laki saat aku masih Sekolah Dasar. Tidak peduli siapa yang salah, yang jelas bagiku perempuan harus menang dan laki-laki wajib mengalah.

Ada juga hobi tersembunyi yang aku miliki, yang hanya Ummi dan aku yang tahu. Hobiku itu adalah mendengar suara-suara penyiar di TV untuk kemudian menirunya.

Oh ya, satu lagi, aku juga bisa memasak. Sehingga Ummi dan Abi lebih senang masakanku daripada Mbak Zahra. Itu semua karena aku sering bermain-main di dapur, membuat keributan di dapur, dan seperti yang aku bilang tadi, aku pernah tidur di dapur karena menunggu mbak-mbak santri memasak.

Ceritalah sedikit, pernah suatu hari, saat aku masih Sekolah Dasar. Bibi dapur lupa menaruhkan garam pada kuah sup makanan santri, termasuk makanan Ummi dan Abi—karena Abi tidak ingin membedakan makanannya dengan santri. Jadi, aku iseng saja menaruhkan garam ke dalam sup itu. Tapi, aku tidak tahu kalau Bibi dapur lupa menaruhkan garam di sana. Tapi karena masakannya terasa pas dan Bibi dapur bilang pada Abi bahwa aku yang memasukkan garam pada sup itu, Abi jadi memujiku, katanya begini, “Anak pintar .... Pantas saja masakannya enak, ternyata Najma toh yang masukkan garam makanya pas begini rasanya.” Ya sudah, aku senang saja dipuji, sehingga aku sering menaruh garam pada semua masakan dapur dan tidak peduli meski sudah asin sekalipun. Sehingga para santri mengeluh karena masakannya asin, jelas aku dimarahi Ummi habis-habisan. Karena itu, aku dikirim ke pesantren ini. Padahal pesantrenku jauh lebih besar. Tapi kata Abi, kalau aku sekolah di pesantren sendiri, aku akan menjadi santri yang pemalas.

Padahal bukan hanya di rumah, di pesantrenku, di pesantren ini pun aku dikenal pemalas, dan hobi-hobiku masih terus istiqomah kulakukan, termasuk TIDUR.

Tapi jangan salah sangka dulu, semuanya menjadi berubah setelah aku mengenalnya, dia yang sudah menghalalkanku diam-diam, membuat kisahku dan dia menjadi menarik dengan caranya sendiri. Dia yang mengenalkanku pada kebaikan dengan cara halalnya. Dia membuat pernikahan yang tidak mewah namun tercatat dalam sejarah. Dan aku yakin, semuanya tidak akan mudah dilupakan oleh siapa pun yang membacanya.

Akad Rahasia ✅ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now