Kisah Sepuluh-Sedang Dilihat 'Rekreasi'

6 3 4
                                    

Saat kepalamu penat dengan soal-soal tes masuk perguruan tinggi, tentu bagian terkecil hatimu memerintah untuk keluar dari zona 'siksaan' itu. Tata memilih untuk rekreasi dengan cara sederhana.

"Tata udah jadi alumni Dosman, kenapa ikut acara Marfest lagi, Ta?" Ibu menyidangnya sebelum ia keluar dari pagar.

"Bu, Tata ingin datang. Ibu juga tahu kalau Tata dapat undangan alumni. Ini kebetulan Mita sama Nisha lagi di sini, Bu."

Memang benar begitu yang terjadi. Beberapa menit sebelumnya Mita dan Nisha memberikan kejutan ulang tahun pada Tata. Saat itu juga Tata dalam kondisi mata 5 watt. Badannya remuk usai menempuh perjalanan panjang.

"Ta, daripada dipakai datang ke acara Marfest gitu, mending belajar. Katanya belum srek sama akuntansi yang ayah pilih buat kamu."

Tata diam. Bagaimana pun ia tetap ingin menghadiri acara Marfest. Gadis yang sebentar lagi menjadi mahasiswa baru tersebut belum bisa beranjak dari acara pensi yang nama kerennya Malini Art Festival.

Ia melihat jam di ponsel yang menunjukkan pukul 18:42 waktu setempat. Rekreasi hati sekaligus temu kangen hanya bisa dilakukan hari ini. Sebab belum tentu hari esok dapat bertemu dengan teman-temannya.

"Tata mau jalan dulu, Bu. Ayah, Tata pamit sebentar ya. Kasihan teman sudah nunggu."

"Jangan sampai larut, Ta."

Gadis tersebut hanya mengangguk dan bergegas menuju Marfest.

...

"Jadi gimana, Ta? Bakal lanjut di mana?" Pertanyaan kesekian kalinya yang selalu Tata dapatkan tiap kali bertemu dengan orang-orang yang mengenalnya.

"Udah ada sih, cuma belum srek gitu. Duluan yah," jawabnya singkat.

Jiwanya mengikuti rekreasi hati. Menikmati setiap alunan nada guna menyegarkan pikirannya. Melupakan sejenak persoalan tuntutan misinya ke depan. Bazar dari tiap tim--terdiri atas tiga kelas menyambut kedatangan para undangan.

Tidak terasa satu jam menyegarkan hati dan pikiran telah usai. Ia harus kembali melanjutkan misi utamanya, lolos seleksi penerimaan mahasiswa baru. Targetnya besar tahun ini.

...

"Malam sekali pulangnya, Ta. Jangan kebanyakan senang-senangnya. Lanjut belajar ya, Ta. Nanti dipikir Ayah nggak serius niat Tata."

Kali ini Tata mendengar nada sumbang di kalimat Ibu. Hatinya teriris. Saat itu juga ia merasa kalau otaknya penat selama berhari-hari harus berhadapan dengan soal-soal.

Ini kali pertama Tata harus segera memerintah otaknya yang telah segar sejak beberapa jam lalu untuk belajar. Menyimpan segala materi di otaknya. Saat teman-temannya menikmati hari dengan jalan-jalan ala anak kekinian, Tata harus berkutat dengan buku-buku tebal.

Bangun saat sunrise dan tidur saat dini hari menjadi rutinitas Tata sejak sebulan terakhir. Saat seharusnya Tata hanya menunggu masa-masa ospek, malah ia tengah berjuang mencari tempat ospek baru--yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Ia rindu masa-masa menyegarkan hati dan pikirannya. Bukan rekreasi mewah yang ia inginkan, hanya saja rekreasi yang tidak dipermasalahkan saat kembali ke rumah.

Sudut KisahWhere stories live. Discover now