Kisah Enam-Interoffice Romance

10 4 2
                                    

Berada dalam satu tempat mencari finansial tentu membuat kami--aku dan dia menjadi sering bertemu. Tunggu, bukan itu saja alasannya. Aku berada dalam satu divisi dengannya. Kata orang sebuah percintaan bisa terjadi kalau ada kedekatan yang sifatnya berkala. Saat itu aku setuju bahkan sampai saat ini pun.

Namanya Jyo, laki-laki berambut sedikit ikal dan tinggi 182 cm yang bulan ini resmi berkepala tiga dan sampai saat ini belum siap untuk berumah tangga. Apalagi yang ia tunggu? Apa yang kurang dengan kami? Bukankah tiap hari bertemu dan menjalin dari sekadar profesional tidak cukup baginya?

Aku yakin dia memahami seberapa jauh kami melangkah. Jyo pernah mengatakan secara langsung padaku, saat aku meminta untuk naik ke tingkat selanjutnya. Saat itu juga aku mendapatkan penolakan.

Entah pesona apa yang aku dapatkan pada dirinya. Intinya aku hanya ingin dengan dia. Dia memang tidak pernah mengatakan kata-kata semanis gula hingga aku diabetes. Tidak sama sekali. Jyo melakukan dengan sangat sederhana. Melakukannya dengan perlahan dan pasti.

Katanya, percuma cinta kalau hanya di kata saja. Dia membuktikannya. Bagiku romantis versinya adalah dengan perilaku, bukan gombalan yang bisa mengambang di langit.

Jyo biasa memegang tanganku, mengusap puncak kepala dengan sangat lembut, saling suap bahkan tidak jarang menggunakan satu pipet yang sama. Jangan heran, kami biasa melakukan lebih dari itu.

...

A/N
Aneh ya? Maafkeun :(
Hmm yah jadi gini kalau bocah ingusan disuruh bikin r o m a n c e. Iya kalian nggak salah baca, lebih tepatnya interoffice romance, Guys. Ditunggu kritik dan sarannya /siapsediateh

Sudut KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang