Prolog

29.9K 2.1K 28
                                    



"Dengan masukin the most eligible bachelor ke program baru kita, gue yakin share and rating-nya bakal tinggi banget!" Sarah, salah satu produser Soma TV mengemukakan gagasannya menggebu-gebu.

"The most eligible bachelor?" asisten produsernya, Tomi, menaikkan sebelah alis, "Siapa maksud lo?"

"Siapa lagi? Ya, Aydan Dirgantara lah."

Seketika hening. Sepuluh orang di dalam ruang meeting itu membelalak lebar, menatap Sarah seolah ia sudah tak waras.

"Sar, makan apa lo tadi pagi?" Wawan—kepala divisi produksi sampai mendecakkan lidah, "Next deh," tanpa menunggu Sarah menjawab pertanyaannya, ia menatap Tomi, "Lo punya ide nggak, Tom?"

"Kalau menurut saya sih Pak—"

"Wait, wait, wait." Sarah buru-buru mengangkat tangan kanannya, meminta perhatian mereka, "Gue serius beneran. Sejak awal kita bikin konsep The Chosen One, gue sudah mikir kandidat utama buat acara ini, ya dia. Nggak ada yang lain."

"Gue tahu sih mbak, atasan ngasih anggaran besar. Secara TCO mau dijadikan acara eksklusif prime time," Tasya, staf paling junior di tim, ragu-ragu berkata, "tapi kalau kandidatnya Aydan Dirgantara, gue nggak yakin dia mau."

"Bukan nggak yakin lagi, Tasya, tapi nggak mungkin!" timpal Tomi frontal, "Lo mikir dong Sar, Aydan Dirgantara bukan artis. Meski level popularitasnya setara selebriti papan atas... tapi tetap aja. Mana mau konglomerat turunan bangsawan, plus pengusaha yang pernah masuk list Forbes 100 orang terkaya di Asia ikut reality show beginian."

Untuk kali pertama, Sarah tersenyum, penuh misteri. "Gue punya ide."

***

A/N: Hai semua, selamat membaca. Cerita sedikit ya, TSP ini awalnya ditulis dengan latar Jepang untuk proyek next novel saya, tapi berkat saran dari salah satu sahabat (thank you so much, Wan) yang mengatakan akan lebih menarik kalau dibuat versi Indonesia, akhirnya saya pun memutuskan untuk menulis sesuai sarannya. I hope you guys like it.

See you~ 

The Supernumerary Project (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang