23. The Reason Why You are Important

Mulai dari awal
                                    

"Jika kau masih kuat, maukah kau menunggu selagi aku mengambil motorku?" pria tua itu terbatuk hebat, membuatnya tidak dapat berkata sepatah kata.

Untuk terakhir kalinya, lelaki bertopeng itu melihat sekeliling tempat mereka berdiam, "aku akan pergi. Tunggu aku, Paman," Ray hendak berdiri, namun pria itu menahan tangannya. Pegangannya terlampau kuat dari perkiraan lelaki bertopeng itu. Pria yang terluka parah, yang terlihat sangat lemah ini, mungkinkah dapat menggunakan tenaga sebesar ini?

Tidak mungkin.

Lelaki bertopeng itu melepas tangan pria tua tersebut dengan tangannya yang lain, "ada apa, Paman?" dia menggenggamnya hangat, memberinya ketulusan seolah penjaganya.

Pria tua itu berkata berat," kha-jima," dia menatapnya dengan penuh ketakutan. Kegetiran yang besar terlihat jelas pada raut mukanya.

"Kita tidak tahu kapan bantuan datang. Jika aku tidak pergi, kondisimu tidak akan lebih baik," Ray meyakinkannya. Dia tidak ingin pria ini menyerah dengan hidup hanya karena luka-luka yang diperolehnya malam ini, "kau memiliki anak, bukan? Kau harus bertahan untuknya, jadi, biarkan aku pergi, Paman. Tunggulah sebentar, aku tidak akan lama."

"Andwe, khajima. Mereka ... pasti akan membunuhku," pria itu tetap bersikukuh melarangnya pergi. Genggamannya semakin erat. Tatapannya yang besar dan air mata yang memelas pedih, menimbulkan perasaan curiga dari lelaki bertopeng itu. Pria tua itu tidak memedulikan berapa banyak tenaganya yang tersisa, dengan keegoisannya dia tidak melemahkan pegangannya pada Ray. Dia nampak frustasi dan hanya mengandalkan kehadiran Ray disisinya.

"Apa ..." Ray terbata, "apa yang sebenarnya terjadi? Apa kau melihat, atau, mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya?" Tanya Ray menuntut, tapi pria itu sekadar menggeleng dan terus menitikkan air mata. Ray bertanya kembali, "kenapa mereka ingin membunuhmu? Katakan padaku, Paman!"

"Jangan pergi, kumohon ..." ucapnya mengemis.

Sebagai lelaki yang dimintai permintaan dengan bayaran air mata, dia tidak bisa menjawab. Dia hanya dapat memandangi kondisi pria ini. Kondisi sulit yang dialaminya, harus segera berakhir. Dia membaca apa yang dikehendaki pria ini, maka itu dia mengharapkan sesuatu yang dapat membuatnya yakin kalau seseorang yang diselamatkan olehnya dan kawanannya adalah orang yang tepat.

"Katakan, katakanlah kepadaku, maka aku akan memiliki alasan yang cukup untuk menyelamatkanmu," pria itu terperangah, "karena hingga detik ini, yang aku yakini 'kau merupakan target mereka'. Tapi, karena mereka menyerangmu dan membawa senjata di wilayah kami, kami terpaksa menjauhkanmu. Kau harus tahu bahwa kami membela orang yang tidak bersalah. Kami berpihak pada keadilan. "

Pria tua itu kembali menangis. Bahunya terguncang, "aku ..." perkataannya putus oleh rengekan kecilnya, "aku ... "

"Kau kenapa?"

Pria tua itu mengangkat wajahnya, "aku tahu mereka ..."

"Ray!"

Seseorang di seberang jalan meneriakkan namanya, membuat perkataan yang diucapkan pria itu tak terdengar. Ray menengok seseorang itu, namun segera mengabaikannya.

"Kau tahu sesuatu tentang apa, Paman? Bisa kau ulangi?"

"Mereka-

Door!

Bertepatan di waktu yang sama, wajahnya tersiram oleh darah. Matanya melebar seakan hampir keluar karena cairan merah dan kental itu terpercik banyak. Hampir seluruh wajahnya dipenuhi oleh darah karena sebuah kepala didepannya telah tertembak dari arah belakang. Ray sangat terkejut hingga berefek pada waktu yang dimilikinya. Setiap detik yang berjalan usai bunyi tembakan, menjadi dua kali lebih lambat dari biasanya.

Man In Mask: Amour ets SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang