[28] Drabble - Menang yang Terasa Kosong

38 10 2
                                    

Nama : NadiaUsername WP : RintikGerimisJudul : Menang yang terasa kosongGenre : Dark-AngstWords : 304 kataNo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nama : Nadia
Username WP : RintikGerimis
Judul : Menang yang terasa kosong
Genre : Dark-Angst
Words : 304 kata
No. Peserta : 28

***

Telak.

Mereka menang telak. Mereka pulang dengan bangga dan penuh bahagia. Kemerdekaan negeri ini sungguh sangat tidak terduga. Pasalnya, pasukan mereka masih sangat belia, negeri kecil yang tidak memiliki banyak pejuang dan senjata seperti ini sangat kecil kemungkinan untuk menang. Namun siapa sangka, dengan otak cerdik, mereka mampu membawa kemenangan.

Di salah satu pondok kecil, gadis bersurai sepinggang itu nampak mencari-cari di antara banyak orang yang datang–para pejuang.

Ayah dan kakak laki-lakinya tidak terlihat di sana, pikirannya mulai mengatakan hal-hal yang tidak akan disemogakannya. Jantungnya berdegup kencang, seiring dengan detakan di dadanya, dia melangkah dan meninggalkan pondoknya.

"Gysdelia!"

"Ah! Paman Tija! Apakah anda melihat Ayah dan Kakak saya?"

Tija terdiam, gadis di depannya baru berusia 15 tahun, haruskah dia mendengar berita buruk ini?

"Paman? Apakah anda mendengar pertanyaan saya tadi?"

Tija melangkah mendekat, lalu menepuk kedua bahu mungil Gysdelia. Lalu beliau berkata, "Ayah dan Kakakmu sungguh luar biasa, Nak. Kau harus bangga dengan mereka, karena pengorbanan merekalah kita semua bisa meraih kemenangan. Kita merdeka!"

Gysdelia tidak bodoh untuk tidak memahami perkataan Tija–Ayah dan Kakaknya telah tiada. Menunduk lalu melangkah mundur perlahan sambil berkata, "iya, Paman. Saya bangga dengan mereka, saya permisi." Gysdelia mulai melangkah lebih cepat, menuju pondok kecilnya.

Diam. Gysdelia merasa, kemenangan kali ini sangat kosong. Negerinya bebas, dan sekarang dia yang tertawan oleh sebuah rasa yang membuat wajahnya memerah dan matanya memanas, membuat hari yang cerah kala itu menjadi badai yang entah kapan akan berlalu.

Gysdelia menghapus air matanya, lalu keluar, melangkah menuju danau.

"Ayah, Kakak, maafkan Gysdelia yang telah merasa bahwa kematian kalian adalah salah negeri ini karena tidak bisa melindungi kalian, kalian pergi karena mencintai negeri ini dengan sepenuh hati, maka aku akan membela negeri ini sampai Tuhan mempertemukan kita semua lagi. Sampaikan salamku pada Ibu, ya."

Gysdelia akan belajar merelakan, dan meneruskan perjuangan keluarganya.

···

«Terima kasih sudah membaca»

Event 73 Tahun IndonesiakuWhere stories live. Discover now