[22] Drabble - Sang Pemuda Tanpa Nama

60 14 0
                                    

• Nama : Wit Nur Rokhmah• Username Wattpad : sny_22• Judul : Sang Pemuda Tanpa Nama• Genre : Dark-Angst • Words : 440• No

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


• Nama : Wit Nur Rokhmah
• Username Wattpad : sny_22
• Judul : Sang Pemuda Tanpa Nama
• Genre : Dark-Angst
• Words : 440
• No. Peserta : 22
• Isi :

Sore ini tak terasa seperti biasanya, semuanya terasa sangat tenang. Bukan ketenangan yang menenangkan, namun lebih ke keheningan yang terasa mencekam. Sejak sang mentari kembali ke peraduannya, warga kampung segera menutup rapat semua celah yang ada dirumah mereka. Beberapa malah ada yang mengungsi ke tempat yang menurut mereka lebih aman.

"Nang, apa kamu yakin mau ikut mereka? Hanya kamu satu-satunya yang ibu miliki." Wanita paruh baya itu menatap putranya dengan sendu, berharap pemuda itu mau membatalkan rencananya yang terlampau berbahaya.

"Sapto melakukan ini demi ibu dan semua warga, Sapto tak bisa tinggal diam. Nipon sudah meracuni warga dan membunuh pak Dokter. Mana bisa Sapto berdiam diri?"

Setelah memeluk dan mencium kedua kaki ibunya. Pemuda itu -Sapto- melangkah dengan pelan menuju sang kekasih hati yang rencananya akan dia pinang dua bulan lagi.

"Har, kalau setelah ini aku tak selamat.." pemuda itu menggantungkan ucapannya, "aku mau kamu menjaga ibuku, Har. Hanya dia satu-satunya keluarga yang kumiliki. Kalau ibu bertanya tentangku, bilang saja kalau aku mengikuti PETA untuk menumpas orang-orang keji itu."

"Tapi mas..."

"Mas sayang kamu dan ibu, tapi.. Ini adalah jalan satu-satunya agar kita bisa terbebas dari orang-orang keji itu. Setelah ini kalian harus pergi ke rumah pakde untuk berlindung. Mas dan yang lainnya akan menyerang mereka malam ini juga."

* * * *** * * *

Ia tak menghiraukan luka yang ada di lengannya, luka ini tak separah luka yang harus bangsanya alami. Rasanya tubuhnya hampir mati rasa, namun dalam jiwanya masih berkobar hasrat untuk membunuh orang-orang keji yang mengaku sebagai saudara tua mereka itu. Pemuda itu menghembuskan napasnya perlahan. Sebelum kedua irisnya menutup, ia merasakan salah seorang nipon berhasil mengikat kedua tangannya.

Suara teriakan dan rintihan berhasil membawa kesadarannya kembali, pemuda itu mengedarkan pandangannya dan menemukan tentara Jepang yang berbaris rapi dilengkapi dengan persenjataan mereka. Dengan senjata lengkap seperti itu, Sapto tau apa yang akan terjadi padanya dan kawan-kawannya yang lain. Pembantaian yang keji dan membabi buta pasti akan terjadi lagi.

Dengan tangan yang terikat, pemuda itu meraih gelang pemberian ibunya yang selalu ia kantongi, "Bu.. Maafkan Sapto karena belum bisa membahagiakan ibu selama ini," pemuda itu merasakan rasa perih diulu hatinya, "jika ini adalah saat terakhir Sapto di dunia ini, Sapto bahagia, bu. Setidaknya aku telah berusaha demi orang-orang yang kusayangi."

Bertepatan dengan suara letusan peluru yang bersahutan, kedua iris pemuda itu sepenuhnya tertutup. Membawa jiwanya terbang pergi untuk selamanya. Meski setelah ini tak ada yang mengenalnya, tak apa. Setidaknya Sapto telah berjuang untuk negeri dan kota yang ia cintai meskipun ia harus kehilangan nyawanya.

Mungkin suatu saat nanti anak cucunya akan mengenal dirinya, sang pemuda tanpa nama sebagai salah satu pemuda Semarang yang gagah dan pemberani.

···

«Terima kasih sudah membaca»

Event 73 Tahun IndonesiakuWhere stories live. Discover now