3 |aksi (2)

41.6K 4.5K 205
                                    

Adara berdecih saat titik air hujan mulai jatuh membasahi bumi. Benar-benar seperti sudah direncanakan. Detik pertama bel pulang berbunyi, detik itu pula hujan mulai turun.

Banyak siswa yang tampak kecewa, karena kepulangan mereka gagal. Apalagi hampir keseluruhan membawa motor. Ada yang menunggu hujan reda dan ada juga yang nekad menerobos hujan.

Dan Adara memilih opsi pertama. Bukan karena cewek itu takut kebasahan, namun angkot ataupun ojek tidak terlihat untuk mengantarnya pulang. Ponsel Adara benar-benar rusak setelah jatuh, ia tidak bisa menghubungi Aji. Padahal, kalau bersama Aji, setidaknya bisa menempuh hujan dengan mantel cowok itu.

Adara menunggu dalam diam. Beberapa hari dikelas baru, Adara masih belum bisa bersosialisasi.

"Belum pulang, Ra?" sebuah suara bertanya ramah.

Adara mendongak, melihat Aksa tersenyum bersahabat kearahnya.

"Belum nih, nunggu reda dulu kayaknya," balasnya singkat.

"Oh, nggak cowok yang biasa itu?" Aksa ikut duduk dikursi panjang tempat Adara, cowok itu merapatkan tubuhnya.

Dalam jarak sedekat ini, Adara dapat mencium aroma rambut Aksa yang membuatnya jantungan.

"Hah? Cowok biasa?"

"Iya, cowok yang tiap hari antar jemput lo 'kan?"

Adara tidak tau Aksa mengetahuinya dari mana, namun kemungkinan besar pasti cowok itu melihatnya bersama Aji. Dalam diam, pikiran Adara malah melantur jika seandainya Aksa cemburu dengan kedekatannya bersama laki-laki lain.

"Dara?"

Adara menoleh. Menatap Aksa yang masih menatapnya dengan senyum lebar. "Ya?"

"Gue benar-benar minta maaf atas ponsel lo tadi,"

"Astaga, Sa, nggak usah bahas lagi gue udah iklas kok."

Aksa bergumam. "Tapi gue benar-benar merasa bersalah, gue usahain hape lo gue ganti dengan yang sama persis kalau perlu,"

Adara tau Aksa tetap akan memaksa seperti tadi, maka dari itu ia hanya diam.

"Ra?"

"Ya?"

"Ra? Boleh gue manggil lo dengan kata itu?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Aksa membuat Adara mengernyit. "Kalau lo ngerasa suka manggil gue dengan panggilan itu, silahkan."

Aksa tersenyum miring. "Ra. Gue suka kata itu. Tapi jangan sampai orang lain manggil lo dengan sebutan yang sama ya, Ra. Anggap aja 'Ra' adalah panggilan spesial dari gue."

Adara tersenyum. Diam-diam menyukai ucapan Aksa yang terdengar ambigu.

"Ra, gue masih ngersa bersalah benget sama lo, Ra. Sebagai permohonan maaf dari gue, gimana kalau lusa kita makan malam? Terserah dimana tepat yang lo suka?"

Lusa? Berarti...

"Please, Ra. Selain permintaan maaf, sebenarnya Lusa gue ulang tahun, Ra. Orang tua gue diluar negri, gue butuh seseorang seengaknya ngebuat gue melalui momen ulang tahun kali ini berbeda. Gue benar-benar sendiri setiap tahunnya, Ra, gue ngerasa hampa."

"Tapi---,"

Lusa besok juga ulang tahun Aji.

"Please?"

Adara kehabisan kata. Disisi lain ia ingin menerima ajakkan Aksa, apalagi cowok itu menampilkan ekspresi memelas yang membuatnya langsung merasa iba, namun disisi lain ia juga punya sahabat yang sudah sejak kecil bersamanya dan juga membutuhkannya.

Aji pasti akan marah jika dirinya melewatkan ulang tahun cowok itu.

Adar berdehem. "Gue nggak janji, ya?"

Aksa terdiam. Dalam beberapa detik rahang laki-laki itu tampak mengetat. "Oh, oke." detik setelahnya Aksa tersenyum lebar.

Adara ikut tersenyum. Ia menggosokkan kedua tangannya saat rasa dingin mulai menyergapnya. Aksa yang melihat itu tanpa basa-basi mengambil jaket dalam ranselnya dan menyelimuti tubuh mungil perempuan itu.

"Dingin, ya?" bisik Aksa.

Adara sempat kaget dengan aksi cowok itu namun hanya mengangguk kecil. "Iya dingin."

"Lo mau pulang bareng gue? Gue bawa mobil tapi gue perkir didepan." tawar Aksa.

Adara pastinya mau jika ditawari tebengan gratis saat hujan begini. Apalagi oleh Aksa. Namun egonya sebagai cewek harus mengatakan kalimat ini dulu; 

"Eh, nggak deh, nanti malah ngerepotin."

"Astaga, Ra. Kalau gue ngerasa kerepotan, gue nggak bakal nawarin lo," Aksa terkekeh. "Mau, ya gue antar?"

"Boleh deh, kalau emang nggak ngerepotin lo."

Akhirnya dua orang itu melangkah menuju parkiran, mereka berjalan melewati lorong, mengingat hari sedang hujan.

"Ra, lo tunggu gue di halte, ya?" suruh Aksa begitu mereka sampai dihalte. Adara menuruti cowok itu dan berlari menuju halte didepan sekolahnya.

Di halte ternyata Adara tidak sendiri, banyak siswa dari sekolahnya berada disana tampak asik bermain ponsel.
Mengingat ponsel, membuat Adara mendadak kesal. Mungkin hidupnya akan sangat membosankan tanpa benda itu dalam beberapa waktu.

Tak berapa lama, sebuah mobil keluar dari perkarangan sekolah. Kaca mobil itu turun dan menampakkan wajah Aksa. "Ayo, Ra." panggil Aksa.

Beberapa orang disana secara tiba-tiba langsung memusatkan perhatiannya pada sosok Aksa. Tidak mengherankan memang.

Namun saat Adara akan mendekati mobil Aksa, sebuah motor dari arah berlawanan berhenti didepannya. Sebuah motor sport yang Adara kenal.

"Aji?"

Sosok diatas motor itu Aji, sahabatnya yang tampak mengenaskan dengan mantel serta sarung tangannya. Derasan air hujan melewati mantel hijau yang dikenalkan cowok itu.

Aji membuka kaca helmnya, sedikit berteriak. "Pasang nih mantel sama helm lo!" ia menyodorkan sebuah tas berisi mantel lengkap dengan helm merah muda, miliknya.

Adara buru-buru memakainya karena kasihan melihat perjuangan Aji menjemputnya dari sekolah cowok itu. Namun sangking terburunya, Adara sampai lupa sosok Aksa yang masih memperhatikannya didalam mobil.

Tepat sebelum menaiki motor, Adara baru ingat Aksa. Langsung saja cewek itu mendekati mobil cowok itu. Aji yang melihatnya tentu bingung. Adara mengetuk kaca mobilnya.

"Sa, maaf, gue pergi sama teman gue aja. Nggak apa-apa 'kan?" ucap Adara menyesal.

Aksa diam. Sebelum akhirnya tersenyum. "Nggak apa-apa kok. Lo pergi aja sana. Dia udah nunggu tuh,"

Adara mengucapkan kata maaf sekali lagi sebelum menaiki motor Aji dan benar-benar meninggalkan Aksa yang masih diam dalam mobilnya.

Dalam keheningan, Aksa meremas kemudinya kuat-kuat. Ekspresi ramah diwajahnya berubah menakutkan.Aksa menatap tajam bayang-bayangan Adara yang perlahan mulai menjauh.

***

Note:

Cuwicuwi besok bisa molor. Bisa selesain drakor what wrong with secretary kim 😘

Selamat malam merdeka, say.

Don't be Naughty [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang