2 | aksi (1)

46.4K 4.7K 295
                                    

Pukul setengah tujuh, Adara sudah pergi ke sekolah bersama Aji. Walau tidak bersekolah ditempat yang sama, sahabatnya itu selalu Setia mengantar jemputnya bersama motor besar cowok itu.

Saat sudah berada digerbang SMA Fortuna, Adara turun dengan memeganggi bahu Aji.

"Thank's Ji!"

Aji tersenyum dibalik helemnya, lalu motor cowok itu mulai melaju meninggalkan Adara.

Saat cewek itu memasuki area sekolah, hanya beberapa siswa yang terlihat disana. Beberapa dari mereka masih menyandang tas diluar kelas.

Begitu memasuki kelas, Adara melihat sosok Aksa yang duduk di kursinya sambil membaca buku. Hanya ada Aksa disana.

"Hai,"

Mendengar suara Adara, cowok itu mendongak. Beberapa detik ada kilat aneh dimata Aksa. "Oh, hai," kata Aksa tersenyum tipis. "Datang pagi?"

Adara mengangguk, duduk disamping cowok itu. "Iya,"

"Oh, sama siapa? Orang tua? Atau... Pacar?" mata Aksa kembali menatap bukunya.

"Oh, sama teman." ucap Adara santai. Meletakkan tas, cewek itu mulai membuka ponsel.

Adara tidak dapat melihat ekspresi apa yang cowok itu tampilkan saat ini, karena saat ia tengah asik melihat ponselnya. Entah kenapa, dia merasa hari ini lebih terasa ringan dari biasanya. Setelah pembicaraan singkat beberapa hari yang lalu, Adara dan Aksa sudah lebih nyaman satu sama lain.

Walau begitu, dalam beberapa momen, Adara masih gugup ketika berbicara dengan Aksa. Dia benar-benar tidak menyangka Aksa se-elastis itu berbicara dengannya. Pantas saja cowok itu disukai banyak perempuan.

Pemikiran itu membuat Adara mendengus tiba-tiba.

"Adara gue---,"

"Bhahahahah!" sebuah pesan datang dari Aji. Cowok itu mengabarkan sudah sampai disekolah. Namun bukan hanya itu, sahabatnya itu mengirim sebuah foto, berikut dengan caption.

Aji: disekolah masih sepi, gue duduk dikursi depan kelas, taunya ada kucing disamping gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aji: disekolah masih sepi, gue duduk dikursi depan kelas, taunya ada kucing disamping gue. Sialnya kucing ini nggak sendiri. Mereka lagi pacaran dan gue berasa jadi congek diantara kucing ini.

Beberapa menit berikutnya Adara masih belum bisa menghentikan tawanya. Dia sudah berusaha untuk tidak tertawa setidaknya demi menjaga image didepan Aksa.

Baru saja tawanya reda, Aji kembali mengirim sebuah pesan lagi. Dan Adara bersumpah akan memukul Aji nanti karena membuatnya kembali tertawa. Adara yakin wajahnya sangat jelek saat ini.

Aji: nanti mau jemput jam berapa?

Cewek itu siap membalas ketikkan pesan itu untuk Aji, namun detik berikutnya, ponsel diatangan Adara terlepas dari tangannya dan selanjutnya jatuh dengan dramatis ke lantai keramik putih dibawah sepatunya.

Beberapa detik, cewek itu terdiam. Terpana dengan apa yang terjadi. Sebelum suara penyesalan Aksa terdengar.

"Maaf, astaga, sorry Adara, gue nggak sengaja," Aksa mengamit lengan Adara. "Gue barusan rengganggin tangan, nggak tau nya malah kena lo. Sorry banget, Ra." wajah Aksa penuh akan penyesalan.

Adara sebenarnya kesal apalagi saat ia mengambil ponsel itu, layarnya sudah pecah, namun melihat Aksa memohon begitu, ia jadi bingung harus mengatakan apa.

"Ya, nggak papa," hanya itu yang bisa Adara ucapkan.

"Biar gue ganti, ya? Gue benar-benar ngerasa bersalah,"

"Nggak usah," kata Adara buang muka.

Aksa diam beberapa saat. Sebelum menarik tangan Adara kuat hingga membuatnya menatap mata cowoknya. "Gue ganti, ya? Please gue benar-benar nggak enak sama lo." mata Aksa masih seperti sebelumnya. Memancarkan rasa bersalah.

"Nggak usah, Sa, gue----" Adara menghentikan kalimatnya saat genggaman tangan Aksa semakin erat. Adara tetap diam, menahan sakit. Mata Aksa seperti bersalah tapi kenapa Adara juga melihat senyum lebar cowok itu?

"Nggak usah, Sa. Gue serius lo nggak usah ganti, lagian gue emang mau ganti hape kok," Adara masih berusaha tersenyum.

Tangan Aksa masih mencengkeram kuat pergelangan tangannya. Adara tidak tau mengapa, namun ekspresi Aksa setelah ia mengatakan kalimat itu, membuatnya keget.

Ekspresinya... Tampak marah namun masih memamerkan senyumnya.

"Ayolah, lo nggak usah nggak enak, gue bakal ganti Adara, gue kasih semua yang lo mau."

Pendengaran Adara mungkin bermasalah, tapi sosok Aksa sangat menakutkan saat ini. "O-oke lo boleh ganti tapi lo nggak usah maksain diri kalau terasa terlalu berat buat lo."

Akhirnya Adara menyerah. Aksa terasa sangat kuat meremas tangannya.

Senyum lebar terbit dibibir tebal Aksa. "Gue seneng dengarnya," cowok itu mulai merenggangkan tangannya, melepaskan Adara sepenuhnya.

"Lo tau? Gue selalu diajarkan bahwa kesalahan yang kita lakukan harus dibalas dengan kebaikkan yang setimpal,"

Adara hanya mengiyakan singkat. Dirinya masih syok dengan sosok Aksa beberapa saat lalu. Adara tidak mengerti, namun Aksa beberapa menit lalu bukan seperti Aksa yang ia kenal.

***

Note:

PENDEK BANGET!!!

pasti itu respon pertama. But, gue lagi males. Besok up lagi yash.

Besok gue ada pensi disekolah. Males banget deh, abis pasti nanti di kurung dalam sekolah. Berasa apa deh gue.

Don't be Naughty [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang