Syukron Yusuf

2.9K 135 11
                                    

Halo assalamualaikum sahabat Jamilah, Jamilah datang lagi ya! 

Selamat membaca!


Ada rasa lega tersendiri ketika hati sudah memilih mantap untuk pergi, namun jiwa ini masih memberontak menginginkan ia tetap tinggal disini

-Jamilah-

Kacau! semuanya kacau balau. Dunia Mila seketika runtuh akibat luapan isi hatinya kemarin. Ingin rasanya untuk pergi menyisakan kenangan manis yang kemungkinan akan terkubur dalam di hatinya. Tetes air mata seakan mendukungnya untuk tetap mempertahankan rasanya kepada sang pria. Pria yang hampir berhasil mewujudkan mimpi seorang gadis, yakni bahagia bersama orang yang dicinta.

Bukan lagi menangis mendekam diri di kamar, bukan lagi mengalihkan pikiran dengan menonton drama negeri ginseng. Bukan juga meluapkan emosi dengan makan. Haruskah Mila pergi sejauh mungkin? karena sampai sore hari ini, 5 hari setelah kejadian di warung kopi 'Asyiqol' pria pematah hatinya tak berhenti berjuang untuk berkomunikasi lagi dengannya. Walaupun Mila sudah memblokir nomor ponsel pria itu, lagi dan lagi ia menghubunginya dengan nomor yang berbeda tiap harinya.

Mila mendongak mendapati secangkir kopi diulurkan oleh tangan seseorang. Ia menatap pria itu dalam diam, mencoba menelisik mata si pria. Karena ingin mengetahui bagaimana keadaan si pria setelah berhasil ia patahkan hatinya?

Mila menerima cangkir tersebut, menyesapnya perlahan. Kopi kali ini terasa sangat pahit seakan-akan tenggorokannya pun menolak dimasuki. Namun sebagai bentuk rasa terima kasih ia kembali menyesap kopi tersebut dalam diam.

"Kata orang, kopi membuat hati menjadi tenang. Tapi kataku air wudhu dan menghadap sang khalik adalah sebuah keputusan yang tepat" Mila masih terdiam meresapi perkataan pria yang sedang duduk di sampingnya. Mereka seakan mengabaikan tatapan mata penuh penasaran dari para santriwati yang melintas.

"AlQuran adalah obat paling ampuh" ucap pria itu lagi. Mila tak juga mengangkat kepalanya. Ia masih nyaman saja menatap tanah yang sedang ia pijak. Ia malah berpikir perkataan apalagi yang akan keluar dari mulut Yusuf kali ini. Ya, Yusuf duduk bersamanya di beranda pondok pesantren. Ia mengorbankan rasa malunya demi menemani galau ria sang pujaan hati meski ada sedikit rasa tak rela karena gadis impiannya tengah memikirkan pria lain.

Yusuf beranjak bangkit setelah hampir 10 menit ia terdiam menemani Mila, hanya dua kaki ucapannya yang keluar setelah itu ia ikut merenung, merenungi nasib hatinya yang sedang teriris-iris pedih. Langkahnya terhenti oleh panggilan Mila kepadanya.

"Suf, aku minta maaf"

Yusuf berbalik, menatap sang pujaan hati yang masih menunduk. Bersama gadis cantik di depannya selama 5 tahun berhasil membuat hatinya berbunga-bunga. Meski setelah itu ia harus menelan pil pahit bahwa gadis itu ternyata diciptakan bukan untuk dirinya, begitulah pemikiran Yusuf.

"Kopinya dihabiskan ya mbak, saya mau bantu abi ngajar dulu. Assalamualaikum" senyuman manis ia lemparkan kepada Mila yang tak akan mungkin dilihat oleh gadis itu, karena ia masih saja menunduk. Sebenarnya apakah tanah itu lebih ganteng daripada wajah si Yusuf? tentu bukan karena yang paling ganteng menurutnya adalah Mahrus Aly. Aishh... kenapa nama itu lagi yang muncul? Tak bisakah Mila hidup tenang tanpa dibayang-bayangi oleh pria tersebut?

"Waalaikumsalam warahmatullah" jawab Mila lirih, sangat lirih karena Yusuf sudah berjalan menjauh. Kemungkinan malah sudah masuk ke kelas yang harus ia ajar sore ini. Mila juga seperti itu, mendapatkan titah dari sang simbah untuk mengajar nahwu di salah satu kelas namun Mila menolaknya secara halus dengan tidak pernah berangkat mengajar.

JAMILAH (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang