Latihan Bersamamu

3.7K 188 5
                                    

Holaaa ketemu lagi, jadi karena aku stress habis ngerjain soal biologi berdekade-dekade dialihin aja kali ya ke update JAMILAH. Makasih buat yang udah nambahin JAMILAH ke reading list kalian, makasih juga yang udah baca, vote dan juga komentar. Intinya makasih semua. Enjoy yea!

Mila yang baru saja selesai melaksanakan sholat subuh segera beranjak keluar kamar ketika mendengar suara kegaduhan yang berasal dari luar. Disaat menutup pintu, pandangannya menerawang ke seluruh penjuru rumah mbak Uswatun. Ia mendapati mas-mas santrinya mbak Uswatun berjalan kesana kemari, ada yang mengangkat kursi dan memindahkannya. Ada yang menyapu lantai, mengelap perabotan, membersihkan jendela, begitu pula di dapur yang tak kalah hebohnya.

Mila memanggil Iwan yang baru saja melintas di depannya. "Mas Iwan!" Mila berlari ke arah Iwan. Iwan yang merasa dipanggil seseorang berhenti dan berbalik badan kemudian tersenyum ramah.

"Ya mbak Mila, kenapa?" Mila merasa risih ketika diperhatikan oleh para santri mbak Uswatun yang kebetulan tidak dikenalinya. Ia pun segera bertanya "Ibu kemana mas?"

"Ibu sedang belanja ke pasar mbak, tadi sama mas-mas" Mila mengangguk kemudian mengucapkan terima kasih. Iwan kembali melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Mila memilih berjalan ke teras rumah. Ia menghembuskan napas lega ketika melihat suami mbak Uswatun sedang duduk ditemani beberapa santri di sekelilingnya.

"Abah", panggil Mila pelan. Sosok yang dipanggil abah menoleh, "Eh nduk, sini duduk!" Mila pun menurutinya dan duduk di kursi single yang terletak di samping kursi yang diduduki abah.

"Kamu tahu kan kalau besok itu haulnya simbah? Jadi abah suruh mas-mas buat bersih-bersih. Kamu tolong kasih tahu abahmu ya suruh datang kesini!" pinta abah di sela-sela beliau memberikan pengarahan kepada mas-mas. Mila mengangguk mengerti.

Haul simbah Anwar (pendiri pesantren) biasanya diperingati dengan pengajian umum dan lomba-lomba untuk para santri. Lomba itu dilaksanakan esok harinya setelah pengajian umum. Tentunya ini bukan lagi menjadi hal baru bagi para santri karena mereka harus ekstra berkerja untuk persiapannya. Dimulai dari pembersihan tempat sampai ke penataan snack semua dilakukan oleh santri.

Mila yang mulanya merasa malu sekaligus tidak enak kepada santri mbak Uswatun akhirnya tersenyum senang ketika melihat mbak Uswatun turun dari mobil. Mila beranjak menghampirinya dan berniat membantu membawakan barang belanjaan namun segera dicegah mbak Uswatun.

Dan disinilah sekarang, Mila duduk dengan muka ditekuk di samping mbak Uswatun yang tengah melihat-lihat hasil pekerjaan santrinya. Mbak Uswatun sedang mencicipi makanan yang baru saja dibuat oleh santrinya. Ia tersenyum lebar yang kemudian membuat para koki santrinya yang dipimpin oleh Niam menghembuskan napas lega.

"Mbak, biarin aku bantu apa gitu. Gak enak duduk-duduk terus" rengek Mila yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari mbak Uswatun.

"Orang disuruh nganggur malah susah, kamu ini! Udah sana nanti kerjaan buat kamu itu special" usir mbak Uswatun saat Mila mulai menggelayuti lengannya.

Disaat Mila dalam mode merengek kepada mbak Uswatun, abah datang diikuti Mahrus Aly dan Fajar, santrinya di belakangnya. Abah mengambil tempat duduk di kursi sofa yang terletak di ruang tengah kemudian Aly dan Fajar berdiri di sampingnya. –kayak gini berasa dua orang ini jadi pengawalnya abah deh! Hihi-

"Milaa sini nduk!" teriak abah memanggil Mila, Mila menoleh dan berjalan mendekati abah dengan wajah menunduk ketika sadar bahwa ada Aly di samping abah.

Mila sudah berdiri agak jauh dari abah, "Kamu tadi pingin ngerjain sesuatu kan? Abah punya tugas buat kamu" abah tersenyum misterius menatap Mila kemudian mengalihkan tatapan matanya kepada mbak Uswatun yang juga tersenyum menggoda kepada Mila.

"Abah sama mbak Uswatun kenapa deh? Senyum-senyum gitu" gerutu Mila sebal.

"Jadi gini, kata mbakmu suaramu itu bagus, berhubung besok waktu pengajian gak ada vokal rebananya karena Madota sedang sakit jadi abah minta kamu sama Aly yang jadi vokalnya, bisa kan?" Mila terbengong-bengong, ia menatap abah dengan pandangan tak percaya.

Mila segera menggeleng pelan, "Jangan Mila lah bah, Aly aja sendirian gak papa kan dia udah asli vokal kalau Mila kan bukan" Mila melirik ke arah Aly yang dibalas dengan senyuman manis dari pria itu.

"Pokoknya abah pinginnya kamu sama Aly, oke? Jadi kalian bisa latihan dulu sana! Fajar kamu bisa dampingin mereka kan?" Fajar mengangguk seraya tersenyum sopan. "Siap abah"

Aly tersenyum menatap Mila, "Gak papa mbak, saya yakin kok mbak bisa. Jadi boleh latihan sekarang aja?" Duh Mila melting dibuatnya, ini kenapa pake iya-iya aja sih si Aly gak tahu apa kalo hatiku lompat-lompat, pikir Mila.

Mila tak bisa berbuat apa-apa kecuali mengikuti Aly ke masjid yang kini sudah dipenuhi para pemain rebana. Tampaknya mereka sudah siap tinggal menunggu sang vokalis.

Mila duduk berjauhan dengan Aly, berusaha menciptakan jarak antara keduanya. Aly memberikan sebuah kitab yang disambut Mila dengan tangan bergemetar. Mila sama sekali tidak berani menatap Aly sekarang, jantungnya berdetak tak terkendali. Ini berasa mimpi yang sama sekali tidak pernah mampir dalam benaknya.

Aly memulai sebuah lagu dengan suara yang sangat merdu, Mila semakin berkeringat dingin. 2 kalimat lagi, Mila harus menyambung lagu yang dinyanyikan Aly kemudian mereka akan menyanyi bersama.

Ya Allah Mila gak kuat, ini begitu berat untuk Mila. Suara Mila tampak sulit untuk keluar. Hatinya bergetar hebat ketika mendengar sang pujaan hati menyanyikan shalawat nabi. Mila berasa menikmati sebuah nyanyian surga yang begitu indah. Karena keindahannya Mila tidak sadar kalau sedari tadi ia melamun dan tersenyum sendiri yang mengakibatkan dirinya diperhatikan oleh santri yang lain karena tidak segera menyambung lagunya.

"Mbak, mbak Milaa" Aly memanggil Mila namun tak ada sahutan dari gadis berjilbab merah muda yang kini sedang tersenyum itu.

Mila tersentak kaget ketika mendengar suara gendang dipukul di telinganya, pipinya memerah menahan malu ketika melihat para santri sedang tertawa akan tingkahnya itu.

"Hahaha mbak Mila mikirin apa sih sampai tidak fokus?" Tanya Aly sambil tertawa lebar. Mikirin kamuuu ingin sekali Mila berteriak seperti itu, namun diurungkannya ketika pikiran akan tertawaan para santri itu keluar lagi. Alhasil Mila dibuat malu setengah mati karena kejadian ini.

Fajar yang memang sudah kenal dekat dengan keponakan dari Ibu pondoknya itu berceletuk, "Mbak Mila terhipnotis suaranya Gus Aly, jadi sampai gak fokus. Ya kan mbak?" kini semua santri menggoda Mila.

"Mas Fajar apa sih bukan kok" jawab Mila tanpa bisa menyembunyikan semburat merah di pipinya.

Aly menatap Mila lama, "beneran juga gak papa kok mbak" dan suara terakhir dari Aly menambah riuh suasana latihan rebana pagi ini.

Haduh kalau aku di posisi Mila tenggelamin aku ke samudra aja Ya Allah, dakuu gakuaaat. Jadi siapa yang baper?

Terus ikutin cerita Jamali ya gaess,,, makasih buat yang udah ngikutin sejauh ini. Jangan lupa ajak temen-temennya buat baca juga.

Klik tombol bintangnya jangan lupa. AILOVYUU!!

Aeen

JAMILAH (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang