ㅡ04. Hatredㅡ

2.9K 595 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

"Sir, kita tidak bisa ke rumah anda, "

Chanyeol menoleh, kedua alisnya bertaut bingung. "Kenapa? "

"Ituㅡsebenarnya, banyak sekali wartawan di sana. Jadi sepertinya akan lebih baik jika kita tidak ke sana lebih dahulu. "

Hana yang mendengar percakapan antara Chanyeol dan Minjoon di kursi depan, lalu Hana menoleh pada Hanse yang kini sudah asyik dengan ponsel di tangannya dengan menyenderkan tubuhnya pada Hana.

Isakan Hana sudah hilang beberapa saat lalu, dan Juga Hyojoo sudah terlelap berpindah di pangkuan Chanyeol.

"Lalu, kita akan ke mana? " tanya Hana pelan. Satu tangannya mengusak pelan surai Hanse, kedua matanya menatap Chanyeol kosong.

"Bagaimana jika ke rumah saya? "

"Apa anda tidak keberatan Sir? " tanya Minjoon memastikan.

Chanyeol terlihat berpikir untuk beberapa detik, sebelum kemudian melirik pada Hana lewat kaca spion.

"Bagaimana? " tanya Chanyeol.

"Ya, tidak apa. " kata Hana pelan.

...

Dua bulan, rasanya berjalan begitu lambat. Sangat lambat.

Hana sudah kehilangan segalanya, kecuali Chanyeol, Juga Hanse dan Hyojoo.

Perusahaan sudah benar-benar jatuh ke tangan Kim Daesik, adik dari ayah Hana, si pengkhianat sialan yang merampas semua milik keluarga Hana hingga tak bersisa.

Selama dua bulan ini, Chanyeol dan Hana tinggal di rumah milik Minjoon dalam satu rumah. Membuat rumah tersebut terasa sempit, karena kebanyakan penghuninya. Sebenarnya Hana merasa tidak enak, terutama Minjoon dan istrinya yang kini akan segera melahirkan, ditambah Chanyeol juga Hana, dan kedua anaknya, yang tinggal di sana.

Istri Minjoon sebenarnya keberatan dengan kehadiran keluarga Hana, dia dengan terang-terangan selalu menunjukkan ketidak sukaannya.

Oh, satu lagi. Yoon Jina, seorang wanita berusia dua puluh lima tahun, dia adalah pengasuh Hyojoo. Sedikit tentangnya, dia adalah wanita sebatang kara yang dulu melamar menjadi pengasuh Hanse ketika Hana mencari pengasuh saat itu.

Jina mengabdikan dirinya pada Hana, bahkan disaat Hana sudah jatuh pada titik terendah. Wanita yang lebih muda beberapa tahun dari Hana itu, tetap memilih bersama Hana dan juga Chanyeol, kemanapun mereka pergi, meski tidak dibayar sekalipun.

'Aku tidak tahu harus kemana kak, jangan pernah menyuruhku pergi ya. Aku sudah menjadi adikmu sejak hari dimana kakak membawaku ke rumahmu, aku akan selalu bersamamu, apapun yang terjadi. '

Deretan kalimat itu keluar dari bibir Jina, ketika Hana menyuruh Jina untuk berhenti menjadi pengasuh Hyojoo. Karena saat ini, Hana sudah tidak memiliki apapun lagi, bahkan untuk sekedar membayar Jina.

Sudut bibir Hana terangkat, menampilkan senyum tipis. Melihat bagaimana Hyojoo tertawa ketika Jina mengajaknya berbicara.

Rasanya memang sulit, Hana yang selama ini hidup dengan segala kebutuhan terpenuhi. Segala hal serba mudah, dan kini semuanya menghilang.

Namun, melihat bagaimana Jina yang bersikeras ingin bersamanya. Chanyeol yang bekerja keras untuk membuat keadaan lebih baik, dan Hanse juga Hyojoo di sisi Hana. Semua itu menyadarkan Hana, untuk tidak terlalu terpuruk lebih dalam.

"Ayah pulang." itu Chanyeol.

Hana yang awalnya duduk di sofa, memerhatikan Jina bermain bersama Hyojoo. Segera beranjak, ketika Chanyeol memasuki rumah.

Kedua kaki Hana melangkah, menghampiri Chanyeol, "Bagaimana? " tanya Hana, mengambil alih tas jinjing yang sebelumnya berada di genggaman Chanyeol, lalu melepaskan jas yang melekat di tubuh Chanyeol.

Chanyeol menghela napas pelan, membalikan tubuh Hana yang sebelumnya menghadap ke arahnya. Kedua tangan Chanyeol memegang bahu Hana, "Kita bicara di sofa. "  kata Chanyeol mendorong Hana pelan. Hingga keduanya berjalan beriringan seperti anak kecil yang tengah bermain kereta-keretaan.

Hana yang mendapatkan perlakuan tersebut hanya mampu tertawa pelan.  "Baiklah-baiklah, dan secangkir kopi juga? "

Chanyeol ikut tertawa pelan. "Ya, dan kopi juga, seperti biasa."

Hana sudah membuatkan kopi untuk Chanyeol, Jina sudah tidak berada di ruang tamu lagi, ia sudah membawa Hyojoo ke kamar. Wanita itu pasti mengerti, jika kedua orang dewasa tersebut akan membicarakan hal serius.

"Rumah dan apartementnya sudah terjual. "

Hana tersenyum bahagia, "Serius? "

Chanyeol yang melihat raut binar di wajah sang istri, mengangguk pelan. "Lima rius. "

Hana menunduk dalam, berterima kasih pada Tuhan karena hal ini. "Syukurlah, aku senang sekali. "

"Kita akan pindah lusa, aku sudah bicara pada bibi Minah. Kita akan tinggal di rumahnya, di Busan. "

Chanyeol meraih tangan Hana membawa punggung tangan sang istri pada bibirnya. "Hm, jadi jangan bersedih terus. Kita bisa melewati ini, "

"Memulainya lagi dari nol. "

Hana mengangguk pelan, dengan kedua mata yang kini sudah berkaca-kaca. "Terima kasih Chan, "

Hana mendekatkan tubuhnya pada Chanyeol, dengan kepala yang bersandar pada bahu Chanyeol. "Jangan pernah meninggalkan kami ya, aku tidak tahu akan jadi apa jika kau pergi. "

"Kau ini, " kata Chanyeol setengah tertawa. "Memangnya aku akan kemana, kau dan Hanse, juga Hyojoo adalah duniaku. Mana mungkin aku pergi dari kalian. "

"Aku akan selalu di sini, bersama kalian. "










...

Hatred [ three PCY ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang