1. First Meet

188 10 0
                                    


Tidak ada kata lain yang bisa mendeskripsikan Forks kecuali dingin, hijau, dan lembab. Manik bola mata biru gelap tersebut memperhatikan sekelilingnya dibalik kaca mata hitam yang dikenakan. Tangannya bergerak memutar setir mobilnya berbelok melewati pertigaan jalan yang membawanya ke keramaian kota kecil tersebut. Bisa dia lihat toko-toko kecil berjajar dengan mobil-mobil yang terparkir di depannya. Walau pun ini merupakan daerah yang kecil tetapi masih banyak ditemui anak-anak muda yang tengah duduk santai di kafe atau pun toko es krim.

Meski pun Forks merupakan kota kecil dan dingin nyatanya tidak menciutkan banyak pendatang yang kemari. Melihat luasnya pantai yang mengelilinginya bersama dengan luasnya hutan yang seakan akan memakanmu hidup-hidup jika sekalinya masuk ke dalam sana.

Itulah tujuannya dia datang kemari.

Dari sudut matanya ia bisa melihat kumpulan anak muda yang tengah berbicara, meninggalkan satu gadis berambut cokelat hangat dan kulit pucat seakan berusaha untuk menyatu dengan dunia yang tak dimilikinya. Pandangannya keduanya sempat bertemu. Layaknya cerita romantis yang dituliskan dalam narasi tentang bagaimana kedua tokoh utamanya bertemu. Sayangnya bukan itu yang berada didalam pikiran pemuda itu ketika melihat sosok tersebut. 

Jalanan yang dilaluinya semakin sepi digantikan dengan deretan rumah yang nampak berjauhan. Lahan seakan bukan masalah besar di Forks ketika sudah meninggalkan tengah kota. Sampai mobil tersebut berhenti di depan pagar sebuah rumah yang masih terkunci, membuat pemuda bertubuh tinggi tersebut keluar dari mobilnya untuk membuka pintu pagar tersebut. Rumah dengan pagar besi tinggi itu membuat rumah disekitarnya menjadi sangat berbeda, seakan rumah tersebut di desain di waktu yang berbeda. Dengan sekeliling pagarnya yang tidak terawat karena lama tak ditinggali bahkan suara pagar yang terbuka nampak berderit meronta untuk dipindahkan. 

Sambil menghela napas pemuda itu membawa mobilnya untuk masuk kedalam perkarangan rumah tersebut.  Menutup kembali pintu mobilnya ketika dia sudah meraih tas besar yang berisi barang-barang ketika pergi ke kemah dulu. Dia bergerak ke belakang bagasi untuk mengeluarkan tas lain yang tak kalah besarnya. Membawanya dengan satu tangannya sembari mendaki anak tangga pendek dengan mudah lalu membuka pintu kayu berwarna gelap dengan kunci di tangan satunya.

Napasnya terasa pendek ketika mencium bau debu dan kayu. Menyalakan lampu-lampu yang berkedip hingga beberapa diantaranya bisa dia dengar menolak untuk memberinya cahaya terang untuk melewati bagian belakang rumah. Bisa dia dapati sofa ruang tamu yang ditutupi kain lebar untuk mencegahnya rusak dan berdebu bersama dengan beberapa barang-barang lain yang juga nampak sudah lama berada disana namun tidak pernah sekali pun digunakan. Tidak mengherankan mengingat rumah ini memang tidak pernah dijamah semenjak pertama kali dibangun.

Atau seperti itulah yang dia dengar dari real estate.

Dia berjalan membuka pintu demi pintu sampai akhirnya dia menemukan satu kamar tidur yang berisi tempat tidur luas, lemari, dan beberapa furnitur yang disusun oleh interior desain. Meletakkan kedua tas besarnya yang membuat debu berhembus. Lengannya membuka kain putih yang melapisi tempat tidur tersebut untuknya bisa duduk disana lalu merebahkan tubuhnya. Perjalanannya sangat jauh untuk bisa sampai kesini, tempat tinggalnya jelas jauh dari kata siap tinggal, bahkan ia tidak tahu kemana harus mengisi perutnya yang sudah berbunyi sejak tadi.

Bukan masalah besar.

Toh dia juga pernah tidur ditempat yang bahkan jauh dari kata layak untuk merebahkan tubuhnya.

.

.

.

Hal yang Bella ketahui sejak pindah ke Forks adalah jika dirinya tinggal di kota kecil dengan populasi yang bahkan bisa dikumpulkan dalam satu tempat maka informasi dan gosip sangat cepat menyebar disini. Sama seperti ketika kabar jika dia berhasil mengencani salah satu Cullen tahun lalu dan juga kabar hubungan keduanya sudah berakhir di awal tahun ini. Membuatnya mendapatkan pandangan penuh khawatir dari Jessica seakan mengatakan jika memang mereka para manusia biasa tidak akan bisa tinggal di dunia yang sama dengan para dewa Olympus. Sedangkan disisi lain Bella harus lebih banyak tersenyum meski pun Mike dari tadi terus mendekatinya terlepas apakah Jessica masih berada disisinya.

MoonlightWhere stories live. Discover now