xi. kracosta

1.5K 301 94
                                    

[sebelum peristiwa tembak-tembakkan bomin dan yena]

"eh yang ini bukan sih rumah kak arin?" tanya lua sembari menggaruk tengkuknya sendiri.

setelah perjanjian mereka berdua di lobby tadi, sanha dan lua langsung bergegas keluar sekolah dengan berboncengan di atas motor sanha menuju rumah kak arin.

sepanjang perjalanan lua gak berhenti nanyain sanha apakah dia baik-baik aja karena dengan cara bawa motornya, jelas pemuda itu gak baik-baik aja.

beneran ugal-ugalan banget, beberapa lampu merah aja diterobos sama dia. lua udah takut bukan berakhir di mcd makan mcflurry, tapi di rumah sakit atau enggak kantor polisi.

amit-amit, batin lua sembari menggeleng-gelengkan kepala.

untung pada akhirnya mereka sampai dengan selamat di komplek perumahan lua yang merupakan komplek perumahan kak arin juga... lua benar-benar gak berhenti bersyukur karena Tuhan telah sangat baik membiarkannya hidup.



fokus kembali kepada lua yang sekarang tengah celingak-celinguk mencari keberadaan rumah kak arin, dan sanha yang memelankan laju motornya untuk membantu gadis itu.

seingat lua, rumah kak arin itu pagarnya besi semi kayu gitu... tapi begitu mereka sampai di jalan rumahnya, lua malah menemukan banyak pagar rumah yang serupa.

lua baru ingat kalau jalan gagak, alias jalan rumah kak arin, itu punya model rumah yang sama semua.

lua jadi tengsin... tadi padahal dia udah pede banget nunjukkin jalan ke sanha karena diiming-imingi mcflurry. tapi kalo begini ceritanya, kayaknya mah say bye to mcflurry.

"ini bukan ya, dim?" tanya lua sembari menunjuk salah satu rumah asal.

"lah anying, den??? katanya lu tau???" sanha memberhentikan motornya dan menengok ke arah lua.

"sejujurnya nih ya, dim..."

"jangan bilang lu lupa." sanha membuka helmnya, memperlihatkan raut muka tidak percaya.

"gue lupa, hehe."

"DEN PIYE THOOOOOO???"

"AAAA MAAP DIM ASLI DAH! LUPA GUA!!!"

lua berusaha teriak semeriah mungkin biar sanha gak jadi marah. soalnya sanha tuh jarang marah, tapi kalo marah serem banget lua gak sanggup.

sanha geleng-geleng sembari berdecak. "dena.. dena.."

good, dimas gak marah.

"dimas.. dimas.." balas lua kemudian.

"APAAN KOK JADI GUA?!"

"yah gak sepenuhnya salah gue lah!" sungut lua. "lagian lo pacar macam apa yang gak tau rumah pacar sendiri?! kayak woi??? gue aja tau rumah kak jibeom padahal baru dua bulan jadian???"

"den pan tadi udah gua jelasin! gua tu—"

"ya itu mah elunya aja berarti! lagian gimana ceritanya sih bisa gak tau rumah kayak gitu?!"

"kan tadi—"

"bener-bener aneh banget lo tuh. pacaran kayak gak pacaran."

"den—"

"kesel banget gua."

"DENA GUA KAPAN NGOMONGNYA!" pekik sanha. "gantian dong, bebek aja gantian."

"gue bukan bebek."

sanha menghela napas lelah. baru pertama kali sanha tuh nemu orang yang lebih melelahkan daripada dirinya sendiri. bener-bener every single word yang keluar dari mulut sanha, dibantah sama lua dengan cepatnya. capek sanha.

iridescent | millennialsWhere stories live. Discover now