xvii. senyebelin kedengarannya

1.8K 253 53
                                    

"masih punya pertanyaan?"

gadis dengan rambut hitam legam itu menyibak rambutnya sembari menatap pemuda di hadapannya dengan tatapan penuh tanya.

noufal jeno, selaku pemuda yang ditanya, tersenyum lebar sembari menggeleng. "enggak."

siyeon membalas senyuman itu. "kalo ada, nanti malem telfon gue aja ya."

"siap, bu bos!" seru jeno sembari bergerak menyesap es kopinya.

hari ini tepat setelah siyeon menyelesaikan pembelajarannya di tempat les, seperti biasa jeno akan menjemput dan mengajaknya ke salah satu tempat makan di sekitar sana untuk menanyakan soal-soal di buku paket yang jeno gak ngerti.

dan kebetuan hari ini siyeon punya tempat yang mau ia tuju. kalau biasanya dia akan jawab "terserah" dan berakhir jeno yang nyariin tempat, hari ini enggak.

jeno juga bingung kenapa siyeon tumben-tumbenan kayak gini.

"mau langsung pulang?" tanya jeno.

siyeon tidak menjawab dan malah mengedikkan bahunya tanda tak tau.

nah, siyeon kalau kayak gini tuh berarti ada maunya, dan maunya bukan pulang. jeno udah paham betul dengan kelakuan gadis di hadapannya ini. maklum, pendekatannya udah jalan lima bulan soalnya, jadi udah saling banyak tau.

"mau kemana? gua anter."

"gak tau... rasanya kayak gak mau pulang aja." ucap siyeon. "don't get me wrong, gue lagi gak ada masalah di rumah atau semacamnya, cuma males banget pulang."

jeno ngangguk-ngangguk. "mau jalan-jalan aja?"

"males juga..."

jeno terdiam sebentar. "yeon,"

"hm?"

"pulang aja yuk."

"males, jen."

"ini masalahnya udah jam setengah sepuluh, takut dicariin papa lu." ujar jeno sembari menyalakan handphone siyeon untuk menunjukkan jam. "yuk pulang."

"lo kalo mau pulang duluan, duluan aja." sungut siyeon.

jeno mengulum bibirnya. "yeon, nanti kalo pulangnya kemaleman gak boleh pulang bareng gua lagi loh... tau kan papa lu gimana."

siyeon menghela napasnya begitu mendengar kalimat itu. kalimat paling ampuh dalam mematahkan argumen siyeon, karena kalimat itu nyata adanya. kalau siyeon pulang kemaleman lagi nanti jeno yang dimarahin terus jeno juga yang gak boleh deket-deket sama siyeon. dan siyeon gak mau itu terjadi.

gadis itu akhirnya mengangguk mengerti. "tapi nanti puterin dikit dulu ya, jen, jangan langsung sampe rumah gitu, gue males banget."

"oke!" jeno lantas bangkit dari tempat duduknya dan mengambil kunci motornya. tidak lupa, jeno membawakan tas siyeon dan buku-buku bekas mereka belajar bersama tadi.

siyeon di belakangnya cuma tersenyum tipis.

kalau dipikir-pikir, dari laki-laki yang pernah dekat dengan siyeon sebelumnya, jeno adalah laki-laki yang paling click buat siyeon. dari paras sampai kelakuan, jeno nilainya sempurna.

pemuda itu selalu all out dalam memperlakukan siyeon. jujur siyeon sadar kalau sikapnya akhir-akhir suka menjengkelkan, suka gak bisa diprediksi, dan juga suka seenaknya. tapi jeno gak pernah marah atau ikut kesal. yang ada cuma senyum, sabar, dan mengeluarkan kalimat-kalimat menenangkan.

jeno sabar banget, tapi bukan itu yang siyeon mau.

siyeon maunya jeno mengeluarkan emosi paling jujurnya ketika sama dia. yah, kata orang, manusia itu selalu menginginkan apa yang dia gak punya sih... tapi serius, kalau begini siyeon rasanya kayak sama sekali belum kenal jeno.

iridescent | millennialsWhere stories live. Discover now