BAB 3

29 3 0
                                    

Gadis berusia 15 tahun sedang berjalan lemas menyusuri gang perumahan. Langkahnya kadang-kadang terhenti ketika melihat orang yang Ia kenal menyapanya.Beberapa kali Ia juga membenarkan letak tas sekolahnya.

"Nara pulang" ucapnya ketika mencapai pintu rumahnya.

"sepi ya? haha lupa gue" Nara menepuk jidatnya pelan.

Nara melangkah menuju meja dapur, entah kenapa hari ini dia merasa kekurangan cairan.

Seragam putih abu-abunya masih melekat utuh dibadannya, sekarang Nara sudah terlentang membentuk bintang diatas tempat tidurnya.

"Astaga, sebanyak itukah dosa gue ?" Nara bermonolog didalam kamarnya.

"Mana Gea, dari tadi ketawain gue mulu"Sebal Nara.

Nara berguling kesebalah kanan menghadap ke boneka setengah besar, kesayangannya.

"Miu, tidur yuk ngantuk" Nara berucap sambil mengambil boneka tersebut dan memeluknya erat.

'Tokk tok tokk'

"KAK NARA !!!" belum 1 menit Nara memejamkan matanya, sekarang matanya malah membulat sempurna dengan keadaanya yang terduduk.

"ampuni dosa Nara Ya Tuhan" Nara mengelus dadanya, merasakan bahwa jantungnya sedang olahraga.

Nara berjalan cepat menghampiri pintu. Membukanya dengan cepat dan berkacak pinggang pada orang yang didepannya.

"Monyet ya lu, ngapain pakek teriak sih" omel Nara.

"Hehh .. kakaknya monyet, lo tau kan kalau gue gak teriak lo pasti gak denger"

Nara mendelik kesal atas ucapan adiknya itu, dan sekarang malah dia yang ditinggal didepan pintu.

"Ervian Nafaro, adik gue yang paling gue benci. ITU ES KRIM GUE!!!!"  Nara berteriak tepat didepan sang adik yang sedang santai menikmati es krim ditangannya.

"Iya gue ganti, Nara" Mata Nara membulat sempurna, bisa naik darah jika terus berurusan dengan Naro.

"Bodo Ro bodo" ucap Nara jengkel

"Bodo Ra bodo" Naro malah mengikuti gaya bicara sang kakak.

Banyak orang berkata mereka itu bagai pinang di belah dua. Naro versi cowok untuk Nara, Nara versi cewek untuk Naro. Mereka hanya selisih satu tahun, kalau ayah dan bunda nya ditanya selalu jawab 'ayahmu kebobolan sayang'. Nara hanya mengangkat bahu acuh, tidak mempermasalahkan.

"Kak" panggil Naro didepan pintu kamar sang kakak.

"kenapa?" Tanpa membuka pintu Nara menjawab panggilan adiknya itu.

"Gue mau main, pulang malem. Lo dirumah sendiri dulu ya" pamitnya, namun dengan seketika pintu kamar Nara terbuka lebar.

"Lo bercanda kan?" tanya Nara memastikan

"Ngapain juga gue bercanda, ini juga hukuman buat lo. Gara-gara nganterin lo tadi pagi, gue kena hukuman tahu gak" ketus Naro

"Kan kepepet Ro. Jangan keluar ya" Nara mengeluarkan jurus andalannya. puppy eyes.

"Kali ini gue gak akan terpengaruh sama muka melas lo kak. Udah gue mau berangkat" Bahu Nara merosot menatap adiknya yang sudah berada diatas motornya.

"Naro mah adik paling durhaka ! udah tahu ini habis magrib, mana berani gue dirumah sendiri. Gea juga gak mungkin gue suruh kesini, secara rumah gue ke dia kayak ujung ke ujung. Berasa enggak punya emak sama bapak gue." Nara menggerutu kesal terhadap adiknya.

"Dirumah sebesar ini gue sendiri, lah merinding sendiri gue jadinya" Nara berjalan menuju kamarnya, namun langkahnya terhenti.

Seperti ada yang berjalan diteras rumah, Nara memberanikan diri untuk melihat teras rumah melalu celah jendela. Langkahnya seperti orang besar yang ingin masuk kedalam rumahnya.

'maling apa hantu ya?' batin Nara

Nara membuka pintu secara perlahan, setelah terbuka hampir setengahnya gerakan Nara terhenti.

"Ya Tuhan bantu Nara" lirih Nara meramal beberapa doa.

satu

dua

ti.. tiga

"HUAAAA!!"

brukk.

.......

Si LimaWhere stories live. Discover now