Part 21. Jangan Kecewain Orang Baik

70 5 0
                                    

Mobil melaju menuju basecamp Aikido. Bima menyetir tanpa suara musik yang terdengar. Dia mendendangkan suara hati. Begitu indah, sempurna dan melankoli. Dia baru saja menyenangkan hati orang. Dia merasakan nikmatnya membantu orang. Puncak kedua rasa itu ialah, dia merasa dicintai. Dan penampakan cinta itu berwujud dari rangkulan seorang yang ikhlas, yang tidak akan mengemis apapun demi meraih tujuan. Dia merasakan cinta suci, meski hanya menadah remah-remahnya belaka. So miracle, inilah hari terindah.

"Ah, hai Alex...."

Panggilan masuk via selular, Alex di seberang sana.

"Bro, udah terima transferan gue kan?"

"Udah banget, malah udah abis. Thanks ya."

"Edaaann.... Dipake buat apaan. Nyimeng sekampung lo?"

"Haram. Nggak mungkin gue nyentuh-nyentuh."

Pecah. Total pecah tawa Alex. Kena sambet apaan nih anak. Udah berani-beranian ngomong ranah haram-halal segala.

"Sedep bener gue dengernya. Jadi alim gitu lo sekarang."

"Sekali-kali tobat, coy!" ujar Bima, yang sepertinya mulai enjoy dengan pencitraan barunya.

"Jadi, apa gara-gara yang baju putih? Emang apa yang udah dia lakuin buat lo?"

"Dia ngasi kesempatan untuk gue berbuat baik, itu aja."

"Ampun deh, Bim! Ciri-ciri lo cintrong beneran kok makin keliatan gini sih. Dude, lo masih napak kan? Lo sadar kan dia siapa, lo siapa."

Pernyataan itu membuat suasana hati Bima sedikit berubah. Iya, dia harus sadar dia siapa. Dia laki-laki, Sakti laki-laki. Ini nggak lazim. Bukan bagi siapa-siapa, termasuk bagi dirinya sendiri. Peduli setan dengan jagat raya yang sudah merestui percintaan sesama jenis. Dia sedang bicara dengan gerakan-gerakan perlahan di dalam hatinya. Kedunguan dan kebingungan. Kenapa harus merasakan ini, dan kenapa dia nggak sepenuhnya nyaman dengan kenyataan ini.

"Tapi beneran dia orang baik, Lex." ucap Bima lirih.

"Justru karena dia baik, makanya gue pengen lo bangun ngeliat kenyataan." jawab Alex dengan nada serius yang santai, sesantai persahabatan mereka selama ini. "Jangan remehin orang yang selama ini berbuat baik. Kalau dia kecewa, mungkin dia nggak bakal mau kenal kita lagi. Selamanya."

Selamanya... Benar-benar ngeri.

Batang pagar basecamp Aikido Indonesia terbuka lebar. Bima langsung memakirkan mobilnya di samping satu-satunya mobil yang ada disitu, mobil Om Sam. Motor butut Sakti terparkir di jajaran motor. Alex dan Bima sudah selesai bertayang pandang lewat video call. Kata-kata Alex menghujam tepat di bagian sensitif kenalaran Bima. Ketepatan yang senalar dengan yang juga disampaikan Sakti tadi, di pinggir danau. Tentang doa, harapan yang pasti dikabulkan Tuhan. Bima tertunduk dalam. Hendak berbisik dengan sisa iman yang dia punya. "Ya Tuhan, kalau memang perasaan ini salah, seret aku pada-Mu, biarin. Kalau benar, berikan aku satu cinta untuk manusia, selama-lamanya." []

The Sketch of BimAddictionWhere stories live. Discover now