seven years war

218 40 2
                                    

"aku duluan ya," ujar ashton sambil melepaskan rangkulannya tepat didepan kelas sejarah.

"ya, makasih udah mau nganterin," ujar gue pelan,

"kayak yang ke siapa aja," ujar ashton sambil mencubit pipi gue.

"gausah cubit-cubit, ih!" protes gue sambil memukul lengan ashton pelan. ashton tertawa kecil lalu menyuruh gue untuk masuk.

"masuk, gih. telat entar," ujarnya. gue mengangguk.

"pulang bareng?" tanya gue yang dibalas anggukan oleh ashton.

"dadah ashton!" seru gue sambil melambaikan tangan kepada ashton yang semakin menjauh. ia membalas lambaian tangan gue lalu menghilang.

gue tersenyum dalam diam. beberapa minggu ini tentunya gue melakukan kegiatan baru. salah satunya adalah ashton yang selalu menjemput dan mengantarkan gue pulang. biasanya michael yang selalu melakukan hal itu atau terkadang dengan mang go-jek.

gue rasa semuanya berubah. ashton yang memakai aku-kamu ketika berbicara dengan gue. tentunya gue juga menuruti keinginannya. belum lagi calum. zayn, dan harry yang kali ini terlihat agak cuek dari sebelumnya. mungkin mereka tak ingin mencampuri urusan gue karena gue juga udah punya pacar. gue udah dewasa dan bisa mengurus diri sendiri.

gue menghampiri meja kelompok gue yang sudah terisi oleh zayn dan harry. gue pun menyapa mereka dan mereka menyambut gue secara antusias. senang sekali ketika mereka masih mau menjadi teman gue saat michael masih marah sama gue.

"eh wan, hari ini masih pd I kan?" tanya harry,

"kayaknya sih iya, har. soalnya perjanjian versailles belum dijelasin. tapi denger-denger sih sekarang review materi sebelum uas," ujar gue menjawab pertanyaan harry.

"oke, deh," ujar harry.

"wanda," panggil zayn. gue menoleh kearah zayn.

"calum mana?" tanyanya,

"calum?" tanya gue bingung, "mana gue tau, lah. emang gue emaknya," ujar gue.

"ya kan biasanya itu curut ngabarin lo. emangnya gapernah ngabarin lagi ya?" tanya zayn. gue menggeleng.

"iya anjir! lo tuh udah berasa pawangnya calum, wan. tapi gara-gara lo jadi pacarnya ashton lo melepas peliharaan lo anjir," ujar harry,

"nah bener si harry!" seru zayn,

"apaan anjir gue dikatain hewan?" mendadak suara ngebass muncul diantara kami bertiga. kami langsung gelagapan setelah mengetahui calum sudah duduk ditempatnya sambil menatap kami bertiga.

"eng–engga cal, siapa yang ngomong gitu, anjir?!" seru zayn menutup-nutupi,

"gausah boong, anjing. gue gak buta," ujar calum,

"serius gak buta? headset nya dipake gak, pak?" ujar harry,

"cukup disini saja. gue gakuat sama kalian," ujar gue,

"kirain gakuat sama ashton, wan," celetuk zayn,

"eh?" ujar gue refleks. gue bingung.

"apasih, zayn," ujar calum yang sedang mengeluarkan buku cetak dan bindernya.

"apa, cal? tiba-tiba," ujar harry,

"kenapa sih?" tanya gue heran,

"ini ada apa?" tanya zayn,

"buntut kuda, kan lu yang mulai," ujar gue,

"apaan?"

"apasih, kayak anak goblok aja," ujar calum,

kelas sejarah • 5sosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang