age of enlightenment

189 42 27
                                    

"zayn, calum, zayn," bisik gue kepada zayn saat melihat calum baru memasukki kelas sejarah dunia.

"lo tanya, bego," ujar zayn sambil menyikut lengan gue,

"kalo dia masih marah gimana?" tanya gue,

"woi!" seru calum lalu ia menepuk pundak zayn, "si harry mana?" tanyanya.

"tau nih, belum dateng aja si harry," ujar zayn.

"eh gue keluar dulu, ya. nyari si harry," ujar zayn lalu meninggalkan gue sendiri disini bersama calum. zayn awas ya auto geleng teronton. gue menatap calum dan tersenyum canggung. ia membalasnya dengan senyuman kecil.

"cal," panggil gue. ia menoleh kearah gue.

"lo–marah sama gue?" tanya gue pelan.

"enggak," jawab calum,

"terus, kenapa lo–jauhin gue?" tanya gue ragu. sejujurnya melawan gengsi itu susah. calum hanya menatap gue.

"gue pikir gue ada salah sama lo sampe lo jauhin gue,"

"gue salah apa?" tanya gue sekali lagi,

"enggak, wan," ujar calum, akhirnya, "lo gak salah apa-apa kok," calum tersenyum.

"bener?" gue meyakinkan calum,

"iya beneran," ujarnya sambil tertawa kecil,

"maaf," lirih gue,

"kenapa minta maaf?" calum menyentuh pundak gue sambil menunduk sedikit agar kami saling bertatapan satu sama lain.

"abisnya gue berasa bersalah gara-gara lo cuekin gue," rengek gue. calum tertawa kecil lalu mencubit pipi gue.

"najis ya yang udah baikan," ujar harry dan zayn yang baru saja datang. calum langsung menjauhkan tangannya dari pipi gue dan kami berdua berlaga seolah tadi tak terjadi apa-apa.

"eh, kok malah diem-dieman?" seru zayn.

"har yaudah kita keluar lagi anjeng. kayaknya kita ganggu mereka," ujar zayn lalu mereka berdua bangkit dari kursi mereka masing-masing. saat mereka berjalan menuju pintu, datanglah pak beben yang memasukki kelas.

"heh kamu zayn, harry! mau kemana? duduk-duduk," seru pak beben yang membuat mereka menelan ludah dan kembali ke meja kami.

"mampus," gumam calum yang masih bisa terdengar oleh gue. gue terkekeh pelan dan menatap calum. calum menatap gue juga sambil tertawa kecil.

"aih, awas ya lu berdua," gerutu zayn,

"lah kok nyalahin kita, anjing?" seru calum kepada zayn. zayn menatap calum sinis lalu ia mengeluarkan buku dari tasnya.

mendengar sebab umum dan sebab khusus perang dunia satu yang diutarakan pak beben kali ini berasa berbeda. iyalah, kali ini gue kayak gaada beban hidup lagi. dengan ashton dan calum, gue sudah berdamai. untuk masalah crystal dan temannya, gue tau mereka masih suka ngawasin gue. tapi mungkin itu bukan masalah besar. michael, gue bener-bener gak tau apa yang akan terjadi antara gue dengan michael. but as long as michael happy, gue gapapa. apalagi melihat michael dan crystal baik-baik aja tanpa ada gue yang selalu menjadi masalah diantaranya. mungkin seimbang dengan apa yang sudah gue lakukan diantara hubungan mereka, walaupun gue gak salah sekalipun.

gue tak henti-hentinya menatap calum sambil menggeram karena kakinya terus menyenggol kaki gue. terkadang gue membalas dengan menendang kakinya. calum langsung tertawa kecil dan menonjok lengan gue pelan. zayn dan harry hanya menatap kami yang sedang asyik menggangu satu sama lain dengan bingung.

"har, dunia milik berdua ya?" ujar zayn.

"hooh, anjir." ujar harry.


κελασ σεςαραη • 5σοσ


gue berjalan sendirian di koridor. gue lalu menepi di loker gue dan memasukkan buku pelajaran hari ini. gue juga membereskan loker gue

"wanda gue tunggu di luar, ya," ujar zayn dan harry yang melewati gue. gue mengangguk dan melambaikan tangan kepada mereka. gue kembali menatap loker gue dan menutupnya.

"wan?" gue segera menoleh dan melihat ashton yang berdiri disebelah gue.

"eh, ashton. kenapa?" tanya gue.

"gue mau ngomong sesuatu. boleh gak?" tanya ashton,

"yap. go on," ujar gue. terlihat ashton memperhatikan keadaan sekitar lalu menatap mata gue dengan genggamannya di kedua tangan gue.

"lo–lo mau gak jadi pacar gue?"

mata gue membelalak. gue gak percaya atas apa yang cowok didepan gue ini utarakan. banyak sekali orang yang berlalu lalang menatap kearah kami.

"gue–gue–" ujar gue gelagapan,

"please, wan,"

gue dilanda bingung. pasalnya gue berbaikan dengannya saja adalah hal yang salah. apalagi jadi pacarnya? gue bingung juga karena sebenernya–I have a little crush on him. tapi calum–gue juga menyimpan perasaan pada calum. terlebih kami yang baru baikan. but, gue khawatir jika calum hanya sekedar menganggap gue temannya. sedangkan ashton, dia sudah mengutarakan perasaannya pada gue dan lagian gue juga suka kan sama dia.

"iya," jawab gue pelan,

"iya apa, wan?" tanya ashton,

"iya gue mau," ujar gue. terdengar sorakan dari orang-orang di sekeliling kami.

"makasih, wanda," ashton memeluk gue. gue terkaget dan perlahan gue membalas pelukannya walau ragu.

saat gue memeluknya, mata gue menangkap sosok calum yang memandang gue kecewa. kemudian ia memutar badannya dan pergi meninggalkan gue dan ashton disini.

saat gue mencoba menyelamatkan satu hati, tak sadar ada hati lain yang ikut hancur.

maybe i don't deserve both of ashton and calum because im just a girl who doesn't even know what is love about.


κελασ σεςαραη • 5σοσ


ci3 washton jadian

kelas sejarah • 5sosWhere stories live. Discover now