Sihir Istanbul

118 2 0
                                    


Perjalanan pertama kali merayapi Kota Istanbul menggunakanbusDoraksudahterasamengesankan.Dari daerah Yeşilköy, tempat Bandara Ataturk, bus langsung menuju pusat Kota Istanbul. Dan perjalanan pun dimulai dari sepanjang jalan Savaklar Caddesi, Topkapi Edirnekapi Yolu, 10. Yil Caddesi hingga Belorat Kapisi Caddesi yang membentang di sebelah kirinya Theodosian Walls. Tembok Theodosius yang dibangun oleh Kaisar Theodosius II pada paruh abad ke-5 M dan terhampar sepanjang kurang lebih 22 kilometer dari Teluk Golden Horn hingga Laut Marmara. Tembok pertahanan Kota Konstantinopel inilah yang berhasil menahan gempuran pasukan Dinasti Utsmaniyah hingga akhirnya jebol oleh meriam raksasa di masa Sultan Muhammad al-Fatih.

Selanjutnya bus merangkak menujujalan Kennedy Caddesi. Dan...

"Subhanallah.."

Suguhan panorama laut di pinggiran jalan sudah mengisyaratkan akan kemolekan negeri Turki dan juga penduduknya. Pemandangan sore pantai Laut Marmara sungguh memesona mata. Hampir sepanjang pantai adalah tempat-tempat nyaman untuk bermain anak-anak, area fitness terbuka, lapangan rumput dengan pepohonan, bangku-bangku bersantai untuk memandang lautan atau pun membaca buku, bahkan tak jarang satu keluarga bersantai bersama di sana sambil diselingi acara barbeque.

Tiba-tiba bus melewati satu pemandangan yang sangat indah di tepi pantai laut Marmara. Tak mau kehilangan kesempatan menjepret keindahannya, segera ia arahkan kameranya dan...

"Masya Allah."

Sebuah panorama ranting pepohonan yang sedang meranggas tanpa dedaunan laksana tirai yang menyelimuti moleknya tubuh seorang gadis Marmara dari sentuhan nakal cahaya mentari.

Tapi...

Sejenak hati Azhar berbisik-bisik. Alangkah indah dan anggunnya para pejalan kaki muslimah Turki dengan balutan jilbab yang juga indah seindah pemakainya itu?

Ia pun teringat ungkapan seorang Ibnu Bathutah, pengembara muslim yang banyak menjelajah negeri-negeri dan mencatatnya. Saat menjelajah negeri Anatolia ia berkata, "Negeri yang disebut Bilad ar-Rum ini adalah satu di antara wilayah-wilayah paling baik di dunia; di dalamnya Tuhan telah membawa bersama-sama barang-barang yang baik yang disebarkan ke negeri-negeri lainnya. Penduduknya adalah orang-orang yang paling elok dalam rupa, paling bersih dalam berpakaian, paling nikmat dalam hal makanan, dan yang paling ramah di antara makhluk-makhluk Tuhan."

Ya Allah, kuatkanlah hati hamba-Mu sebagaimana Kau kuatkan hati Nabi-Mu, Yusuf.

Terbayang olehnya, betapa rumit hatinya bila dalam kondisi belum menikah seperti sekarang ini kemudian silih berganti bertemu dengan wanita-wanita bak bidadari.

Tapi mereka bukan bidadari.

Sejurus kemudian terjadi dialog dalam hatinya.

Ya, mereka memang bukan bidadari. Tapi toh yang bukan bidadari saja sudah seindah itu Allah ciptakan. Tanpa menggoda pun ia telah menggoda mata. Tanpa memikat pun ia telah memesonakan jiwa. Ya, itulah rumitnya. Titik.

Dan dahulu pun orang-orang munafik di masa Nabi pernah mengutarakan alasan tak masuk akalnya saat beliau memobilisasi kaum Anshar dan Muhajirin untuk berjihad melawan Romawi dalam Perang Tabuk. Mereka sampaikan kepada Nabi bahwa mereka tak bisa ikut perang karena takut tergoda oleh kecantikan wanita-wanita Romawi. Padahal sebenarnya mereka enggan berjihad karena kebencian yang mereka sembunyikan di hadapan Nabi, juga karena takut mati.

Bahkan ada satu kisah yang seharusnya menjadikan setiap mukmin waspada dan takut bila nantinya kisah tersebut terulang, kepada siapa saja. Ya, kisah seorang tabiin bernama Abdullah bin Abdurrahim. Ia seorang mujahid fi sabilillah yang hafal Alquran, dan namanya pun sebaik-baik nama. Namun sungguh akhir kehidupannya sangatlah tragis, sebab ia telah menggadaikan keimanannya hanya karena kecantikan seorang wanita Romawi.

HADIAH CINTA DARI ISTANBULWhere stories live. Discover now