Istanbul, Aku Datang!

165 5 0
                                    



"Bila dunia ini satu negara, maka hanya Istanbul yang paling layak jadi ibukota."

Tak pelak, seorang Napoleon Bonaparte pun mengukir kata-kata penuh kagumnya. Ia tertawan oleh kemolekan Kota Istanbul.

Dan kini, Azhar berkesempatan melihat dan membuktikan kata-kata sang Napoleon. Bahkan tak sekedar itu. Ia ingin merasakan dan menyapa negeri yang pernah disebut oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Negeri yang akhirnya bisa ditaklukkan oleh sebaik-baik pemimpin yang memimpin sebaik-baik pasukan.

"Demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya. Sungguh Kota Konstantinopel akan ditaklukkan. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya."

Tak bisa ia bayangkan bagaimana perasaannya saat tiba untuk menjejakkan kakinya di kota tersebut. Lalu berkunjung ke Masjid Muhammad al-Fatih, Masjid Suleymaniye dan beberapa tempat bersejarah saat ia ditaklukkan.

Bahkan...

Andai diperkenankan ada mesin waktu yang mampu membawanya ke masa kejayaan Kekhilafahan Turki Utsmani di masa Sultan Agung Muhammad al-Fatih. Lalu menyaksikan pertempurannya membuka Kota Konstantinopel dan detik-detik menegangkan saat memindahkan kapal-kapal armada pasukannya melewati daratan untuk bisa sampai ke Golden Horn...

Atau mengembara menyaksikan jihad Sultan Salim menaklukkan tentara-tentara Syi'ah pimpinan Syah Ismail Shafawi dalam perang Jaldiran...

Juga melihat setiap detik perjuangan Sultan Sulaiman saat membuka negeri-negeri Eropa lainnya hingga ke Viena Austria dan memandangi jiwa-jiwa patriot pasukan Islam mengarungi samudera dengan Armada lautnya pimpinan Khoiruddin "Barbarossa" dan saudaranya, Aruj...

Pasti jiwanya tak kuasa selain mengucap dan memekik kalimat Allahu Akbar!

Ia bisa bayangkan saat nanti dirinya berdiri di sana, saat satu demi satu matanya memunguti penggal-penggal sejarah yang tersimpan di setiap jalanannya, tanahnya, batuannya, temboknya, udara dan anginnya, hingga selat dan lautnya.

"Aku bisa runtuh seperti runtuhnya bangunan-bangunan peninggalan sejarah

Bila aku tak berdiri di hadapannya seperti berdirinya seorang bakhil yang hilang cincinnya di tanah"

Sungguh tak ada untaian kata terindah selain ucap syukur ke hadirat Allah Zat al-Kariimul Mannaan. Ia telah menulis takdir buat dirinya, seorang hambanya-Nya untuk berjalan menjejakkan kaki ke sebuah negeri indah yang berada di permukaan bumi-Nya.

Tak terbayang sebelumnya bahwa mimpi menjejak negeri Muhammad al-Fatih bisa terlaksana, lalu Madinah dan Mekkah.

Sangat di luar dugaan dan prasangka.

Istanbul adalah salah satu kota di negeri muslim Eropa yang telah menghias lembar-lembar sejarah dengan goresan pena bertinta emas. Dan sungguh sudah sejak lama hati, pikiran, kaki, tangan, dan juga matanya ingin bersegera menyapa lalu berdialog dengan menara-menara dan kubah masjid khas seperti bangunan Romawi. Desain-desain bangunan berteknologi arsitektur tinggi.

Ya, dan akhirnya mimpi itu terwujud.

Lalu setelahnya takdir Allah menuntunnya untuk menjejak kaki di negeri yang dahulu pernah didiami oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Kota Madinah dan Mekkah adalah lembar sejarah emas Islam mulai tertulis. Banyak tempat berharga untuk bisa dikunjungi. Lalu mencoba memaknai kembali dengan cara dialog dengan mata dan hati.

Azhar menyadari, hanya ungkapan alhamdulillah yang wajib ia lantunkan bila kemudian dirinya ditakdirkan oleh Allah bisa berkunjung ke kota-kota tersebut. Dan baginya memang tak ada kata selainnya yang pantas untuk menghias dan membasahi bibir seorang muslim selain mengucap alhamdulillah. Sebab Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda bahwa alhamdulillah adalah kata yang memenuhi timbangan.

HADIAH CINTA DARI ISTANBULWhere stories live. Discover now