Kagum?

1.2K 75 14
                                    


Sorry for typo and happy reading😊😉

Adzan shubuh terdengar indah dari speaker masjid, mengajak siapa saja untuk bangun dari buaian tidur.
Perlahan mata Azmi ikut terbuka terajak oleh panggilan Ilahi yang bersuai indah. Namun, ada yang aneh. Perutnya terasa ada yang berat, pundak kirinya pun. Azmi palingkan wajahnya ke arah kiri, ternyata disampingnya ada Putri yang masih tidur nyenyak dengan kepala dipundak Azmi dan tangan yang melingkar diatas perut Azmi.

Sejenak Azmi mengernyit mengingat perjanjian yang dibuat Putri. Kemudian edarkan pandangan mencari 2 guling yang menjadi sekat untuknya dan Putri. Ternyata guling itu sudah jatuh ke bawah kasur.

"Put.. Put.. Tidur kok banyak tingkahnya, dikira saya guling apa?" gumam Azmi.

"Huh!!" Azmi tiup wajah Putri dengan keras membuat Putri terkesiap bangun.

"Aaaa!!!" teriak Putri saat sadar ia ada disamping Azmi.

"Udah ketebak, paling bakal heboh," gumam Azmi.

"Kenapa gue ada disamping kakak!! Gulingnya mana!! Kenapa Kakak ngelewatin batas?!!!" cerocos Putri.

"Siapa juga yang ngelewatin, orang situ sendiri yang ngelewatin batas padahal kamu sendiri yang bikin sekat."

"Nggak usah boong!!"

"Sekarang liat aja siapa yang berubah posisi? Saya dari tidur tetep ada di sisi kanan, lha kamu? Tidur di sisi kiri ujung-ujungnya nempel ke kanan. Untung saya nggak sampe jatuh.
Terserah kamu anggap saya bohong atau gimana, sekarang ayo kita ambil air wudlu udah shubuh," jawab Azmi kemudian beranjak dari kasur.

***

"Kamu mendingan bersih-bersih rumah terus cuci piring," tutur Azmi setelah mereka selesai sholat shubuh.
"Terus situ?"
"Saya yang masak aja."
"Oke deh," jawab Putri kemudian melepas mukenah dan meninggalkan Azmi.

"Tumben Putri mau, biasanya heboh dulu. Tapi Alhamdulillah, sedikit ada perubahan dengan sikapnya, semoga aku berhasil menuntunmu menjadi sebaik-baiknya wanita," gumam Azmi.

***

"Baru masak?" tanya Putri yang baru saja selesai menyapu halaman dan setiap sudut ruangan.
"Iya," jawab Azmi singkat.
"Masak apa?"
"Apa aja asal pake cinta."
"Mulai deh."
"Hehe... Masak ayam kecap."
"Ooo, gitu dong kalo ditanya langsung dijawab, nggak pake gombal dulu."
"Iya deh, yaudah kamu cuci piring sana masih kotor tuh."
"Iya ya... Sabar napa!" jawab Putri kemudian melakukan apa yang diperintah Azmi tadi.

"Pyarr!!!"

"Astaghfirullah!!" kaget Azmi saat  mendengar suara piring pecah dan seketika itu ia dekatkan langkah ke arah Putri.

"Kamu nggak apa-apa Put?"

"Nggak apa-apa, bentar gue ambil sapu dulu," ucap Putri yang ingin melangkah, alih-alih melangkah melewati serpihan piring pecah, kakinya malah terkena pecahan piring.

"AAAWW!!" pekik Putri sambil memejamkan kedua matanya merasakan sakit yang menjalar ke seluruh tubuh dari kakinya itu.

"Pelan-pelan Put. Astaghfirullah... Sini pegang tangan saya!" ujar Azmi yang dituruti Putri kemudian menarik Putri berjalan sedikit mundur walau sedikit pincang Putri berjalan karena beberapa serpihan pecahan piring yang menancap dikakinya, dan membawa Putri duduk ke kursi yang ada di dapur.

"Saya ambil serpihan yang nempel di kaki kamu ya...." ujar Azmi lembut.

"Pelan-pelan ya kak...." pinta Putri yang sudah mengeluarkan air matanya.
"Iya, kamu tahan ya."
"Iya kak."

"Bismillahirrahmaanirrahiim...." ucap Azmi memulai mengambil serpihan pecahan piring itu, sesekali ia dengar Putri berdesis mencoba menahan rasa sakit. Kemudian Azmi bersihkan luka itu juga darah yang terus merembes menetes ke ubin.

"Kamu bisa jalan?" tanya Azmi.
"Sakit kak." jawab Putri.

Sepersekian detik kemudian tiba-tiba Azmi angkat tubuh Putri, menggendongnya untuk ia bawa ke kamarnya karena kotak p3k ada di kamarnya.

"Kenapa sifat lo berubah-ubah? Kadang lo ngeselin, kadang lo bikin gue naik darah, kadang lo lucu, kadang lo tegas, dan.. Sekarang? Kenapa lo bersikap romantis ke gue? Apa lo gini karena status kita? Atau bener-bener tulus dari hati lo?" batin Putri menatap wajah suaminya yang tengah menggendongnya itu.

Sesampainya dikamar, Azmi dudukkan Putri diatas kasur dengan perlahan.
"Sebentar." ucap Azmi yang mengambil kotak p3k di laci nakasnya.

"Tahan ya, mungkin ini bakal perih, tapi kalo nggak saya kasih alkohol kamu bisa infeksi. Jadi jangan heboh dulu."

"Puk!" Putri pukul lengan Azmi.

"Kok dipukul sih?"

"Abisnya ngejek gue."

"Kan kamu emang hobby heboh. Mendingan kamu cengkram pundak atau lengan saya daripada teriak-teriak, ingat! Suara kamu itu aurat kamu! Nanti kalo kedenger tetangga gimana?"

"Ish.. Udah cepetan diobatin." desak Putri. 

Dengan telaten Azmi obati luka Putri sesekali ikut merasa sakit karena cengkraman Putri yang.... Maa Syaa Allah.

"Selesai. Kamu istirahat aja, biar saya yang bersihin piring tadi sama nerusin cuci piring," nasihat Azmi setelah selesai mengobati.

"Terus masaknya?"

"Kamu udah laper?"

"Engh... Iya sih."

"Saya buatin bubur aja dulu gimana?"

"Nggak ngerepotin nih?"

"Kenapa repot? Justru sebenarnya semua ini tugas saya sebagai suami, sedang tugas seorang istro hanya menuruti setiap perkataan suami dan mendidik anak-anaknya dengan baik."

"Yaudah deh, boleh."

"Kalo gitu saya tinggal dulu, kalo ada apa-apa panggil saya aja."

"Oke."

Azmi pun keluar dari kamar, melanjutkan kegiatan didapur yang sempat terhenti.

Agak lama Azmi didapur. sekembalinya dari dapur, Azmi bawakan bubur untuk Putri.

"Bubur ala chef Azmi sudah datang!" ucap Azmi yang membawa semangkuk bubur.

"Lama bener,"cemberut Putri.

"Semuanya itu butuh proses Put, nggak bisa langsung instan, kalaupun instan paling kualitasnya kurang baik. Ya..Kayak seseorang yang mau berubah dari kejelekan menuju kebaikan, istilah dulunya taubat kalo ngetrend nya itu hijrah. Mereka itu semua butuh proses, perlahan naik, naik, naik ke tingkat yang lebih baik sampai akhirnya ia ketingkat yang paling tinggi sebagai hamba Allah," jelas Azmi.

"Iya deh iya... Udah kan? Yaudah sini buburnya."

"Ini." jawab Azmi memberikan bubur ke Putri, kemudian melangkah hendak keluar.

"Kak." cegat Putri membuat Azmi menoleh.

"Thank's." ucap Putri yang dijawab dengan senyum dan anggukan dari Azmi.

***

Hijrahku Samaraku [Hiatus]Where stories live. Discover now