ANGEL - 27 [LAST PART]

Start from the beginning
                                    

Secara perlahan, Alvaro menceritakan tentang masa lalunya, tentang apa yang membuat Sandra salah paham dan berujung marah kepadanya.

Setelah menceritakan semuanya kepada ibu dari wanita yang dicintainya itu, Varo pun menundukan kepalanya. Sungguh, ia sangat malu.

Gio tersenyum, mengusap kepala teman lelaki putrinya yang menunduk. "Mami kira kalian udah pacaran," ucapnya membuat Varo mengangkat kepalanya.

"Jadi, gimana perasaan kamu sama Felicia itu?"

"Masih sayang Mi, cuma Varo lebih nggak mau kehilangan Sandra."

Gio berdecak. "Kamu ini," ucapnya sambil tertawa.

"Varo harus gimana dong Mi?"

Gio mengangkat bahunya acuh. "Tanyain aja tuh sama yang nguping di balik tembok."

Sandra yang sedari tadi berdiri di balik tembok pun memukul kepalanya pelan. "Ketahuan gue," gumamnya.

Beberapa menit setelah ibunya memanggil, Sandra memang bergegas keluar dari kamarnya. Dia ingin tahu, apa yang akan dikatakan laki-laki bernama Varo itu. Tetapi, begitu langkah kakinya mendekat dan nyaris sampai di ruang tamu ... Sandra menghentikan langkahnya begitu mendengar Varo yang sedang bebicara lebar dengan ibunya, hingga sang ibu meminta Varo untuk berbagi cerita padanya. Alhasil, Sandra pun menunggu di balik tembok untuk mengetahui apa yang akan dikatakan oleh Alvaro.

"Sini Sand, jangan nguping terus," ujar Gio membuat Sandra mau tak mau melangkahkan kakinya mendekati sang ibu seraya mengerucutkan bibirnya.

"Sejak kapan Mami tahu?" tanya Varo dengan wajah geli, apalagi melihat wajah masam wanita yang duduk di depannya.

"Sejak kita bicara, Sandra udah nguping," jawab Gio seraya terkekeh.

Gio memang menyadari anaknya berdiri di balik tembok itu begitu dia menyimpan nampannya. Karena posisinya persis menghadap pintu masuk ruang tamu. Makanya, dia berinisiatif untuk memancing Alvaro berbagi cerita padanya, supaya putrinya pun tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Kamu nggak marah sama aku lagi kan Sand?" tanya Varo dengan dramatis. Matanya menatap Sandra penuh harap.

Sandra masih diam di tempat, tanpa ingin repot membalas ucapan Alvaro.

Gio tersenyum di tempatnya. "Ya udah, Mami masuk dulu. Kalian selesaikan masalahnya sampai beres. Jangan ditunda-tunda, nggak baik. Dan Sand, jangan childish gitu, open minded sayang. Dengerin dulu apa yang Varo katakan, okay? Good luck!"

"Makasih Mi," ucap Varo. Sungguh, ia sangat berterima kasih pada Ibunya Sandra. Giovani memang sosok ibu yang luar biasa baiknya.

Setelah kepergian Giovani dan hanya menyisakan mereka berdua, Alvaro pun beranjak dari duduknya. Karena kemudian, dia berpindah menjadi duduk tepat di samping Sandra membuat Sandra sedikit bergeser.

Alvaro menghela napasnya pelan. "Sand...."

Sandra menoleh sekilas, sebelum memfokuskan pandangannya kembali pada layar persegi panjang yang digenggamnya.

"Maaf," ucap Varo membuat Sandra menoleh kembali. Tetapi kali ini ... Sandra menatap Varo lebih lama.

"Aku nggak maksud buat nyembunyiin semuanya dari kamu." Alvaro berucap seraya menundukan kepalanya. "Karena sekarang kamu udah tahu semuanya, jadi kamu mau kan maafin aku?"

"Sumpah Sand, aku nggak pernah jadiin kamu pelampiasan dari Feli, nggak."

"Ha? Feli?" tanya Sandra dengan ekspresi terkejut.

Seketika, Alvaro membekap mulutnya. Dia lupa, jika Sandra belum mengetahui jika wanita yang ia ceritakan pada Giovani itu bernama Feli. Karena sedari bercerita tadi, dia hanya menggunakan inisial A dan B serta C.

"Siapa Feli?" tanya Sandra kemudian.

Alvaro berdehem, berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

"Siapa sih?" tanya Sandra yang penasaran dengan nama yang terasa tak asing itu.

Alvaro masih saja diam di tempat. Sesekali, dia menghembuskan napasnya dengan pelan. Mengurut dadanya, seraya mengucapkan basmalah dalam hati.

"Anu, duh...."

"Masih nggak mau jujur? Yaudahlah, ngapain minta maaf juga."

Alvaro menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bentar, kasih aku waktu buat napas dulu ya sayang...."

Sandra berdecih pelan. "Sayang-sayang, pala lu peang!" gumam Sandra yang masih dapat terdengar oleh Varo.

"Feli ... seseorang yang ada di masa laluku," ucapnya pelan, bahkan kepalanya menunduk.

Sandra meringis begitu melihat wajah Varo yang terlihat sendu ketika menyebutkan nama ’Feli’

"Do you still love her?"

Setelah diam selama beberapa menit, Alvaro pun mengangguk. "Aku nggak munafik, aku sayang sama dia. Tapi, perlu kamu ketahui ... kalo aku lebih nggak mau kehilangan kamu Sand, please stay with me."

Alvaro kembali meyakinkan Sandra, kembali menceritakan tentang perasaannya, juga tentang Feli. Semula Sandra terkejut ketika ia tahu kalo Feli yang dimaksud Varo itu ternyata Felicia adiknya Reno, laki-laki yang pernah mengisi hatinya.

"I love you," ucap Sandra tiba-tiba membuat Varo yang tengah menundukan kepalanya pun mendongak, menatap Sandra dengan wajah berbinar. Merentangkan kedua tangannya, memberi kode supaya wanita yang duduk di sampingnya itu memeluknya. "Apaan sih?" tanya Sandra yang kini pipinya tampak merah merona. Rupanya ... dia salah tingkah.

Secepat mungkin, Alvaro menarik tangan Sandra sehingga wanita itu terjatuh dalam pelukannya. Mendekap tubuh Sandra dengan erat, sesekali mengecup puncak kepalanya dengan sayang. "I love you more, more and more!"

Beberapa menit keduanya berpelukan, Sandra pun melepaskan pelukannya. Dia menatap Alvaro seraya tersenyum manis. "Bang, kamu masih inget kata Mami kan kalo aku nggak diizinin pacaran sama Papi?"

Sontak, Alvaro menepuk keningnya pelan. "Jadi?"

"We are just a friend," ucap Sandra seraya menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, membuat pose seimut mungkin membuat Varo gemas sendiri.

"Tetapi nggak papa, you are my angel and will always be like that. Aku mencintaimu, bidadari tanpa sayapku."

THE - END

---

Serius selesai? Iyalah! 😂😂😂
Start : 01 Oktober 2017
End   : 20 Juni 2018
Ngaret emang😆😆😆

Pokoknya, makasih buat delapan bulannya whahahahha
Makasih juga buat yang udah stay dari awal sampai akhir ehehe

Ambil yang baik dan buang yang buruknya ya!

20 Juni 2018
Ekapertiwi❤

ANGELWhere stories live. Discover now