ANGEL - 25

4.1K 230 1
                                    

Dalam hati, Sandra sudah bertekad jika hari ini dia akan menanyakan semuanya pada Lyly, sahabatnya ... sekaligus adik kandung dari laki-laki yang bernama lengkap Naufal Alvaro Putra.

Sebelum benar-benar masuk ke dalam kelasnya, Sandra menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia berdecak pelan begitu netranya menangkap seseorang yang sangat familiar sedang duduk dengan tenang di kelasnya.

"Good morning, my sunshine," sapa Varo begitu melihat gadis yang sedang ditunggunya sedari tadi akhirnya datang juga.

Sandra memutar bola matanya dengan malas. Sungguh, entah untuk alasan apa ... dia menjadi kesal dengan laki-laki di depannya ini. Apalagi, kalimat Velicia masih terbayang jelas dalam ingatannya.

Pelampiasan....

Pelampiasan....

Pelampiasan....

"Kenapa sih?" tanya Varo begitu melihat sikap Sandra yang tidak seperti biasanya.

Sandra mengangkat kedua bahunya dengan acuh yang malah membuat Varo kembali bertanya.

"Nggak, gue nggak papa," jawab Sandra akhirnya yang merasa jengah dengan tingkah laki-laki yang duduk di depannya ini.

"Gak caya gue."

"Ya terserah lo deh, mau percaya apa nggak! Bukan urusan gue juga," ucap Sandra ketus. Setelah itu, dia beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkan Alvaro sendiri.

Sedangkan di tempatnya, Varo melongo. "Kenapa deh tu bocah," gumamnya kemudian beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya menuju kelas tercinta.

---

Berkali-kali Sandra menggelengkan kepalanya membuat Viona yang memang duduk di sampingnya pun bersuara, "Kenapa sih?"

Sandra menoleh, dia menggelengkan kepalanya lagi membuat Viona bergidik ngeri. Perlahan, Viona pun beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya menjauhi Sandra yang kini sedang menelungkupkan wajahnya di meja dengan lengannya sebagai bantalan.

Karena berjalan dengan sesekali menoleh ke belakang, tak sengaja tubuhnya menabrak tubuh seseorang.

"Ngapain sih Vi?" tanya Rayhan yang tertabrak Viona.

Viona terperanjat kaget, masih dengan menoleh ke arah sahabatnya berada ... dia akhirnya berbicara. "Tolongin gue Ray!" ucapnya pelan.

Rayhan mengerutkan kening. Nada suara Viona terlihat seperti orang yang ketakutan. "Habis lihat hantu lo?"

"Lebih dari itu!" jawab Viona yang kini sedang mengelap keringat yang bercucuran di area lehernya.

"Maksud lo?"

"Sandra, Ray!"

"Kenapa dia?" tanya Rayhan masih dengan intonasi yang datar.

Viona menghembuskan napasnya dengan perlahan. "Entah, dia aneh pokoknya. Dari tadi tuh sikapnya aneh banget. Geleng-gelenglah, mukul-mukul kepalanya sendiri, kadang mengusap wajahnya dengan kasar. Dan ketika gue tanya kenapa, dia malah geleng kepala lagi. Sumpah ya, nyeremin tau!"

Rayhan mendengkus begitu mendengar penuturan wanita di depannya ini. "Maksud lo, dia kesurupan gitu?"

Viona mengangguk dengan cepat. "Bisa jadi! Kita harus panggil anak Rohis Ray!"

"Lah, siapa tahu dia lagi sakit," ucap Rayhan masih dengan santai.

"Ya ampun Ray, lihat deh tuh anak lagi ngapain sekarang," balas Viona seraya menunjuk Sandra yang kini memukul-mukul tangannya di meja.

Seketika, Rayhan pun bergidik ngeri. "Iya juga ya, auranya beda. Jangan-jangan...." Rayhan menggantungkan ucapannya membuat Viona berteriak.

Sherly yang baru saja datang dari kantin pun bersuara begitu mendapati Viona yang sedang berteriak histeris. "Kenapa sih?" tanyanya yang malah membuat Rayhan menjerit. Sherly yang datang tiba-tiba membuat keduanya terpelonjat kaget.

"Lebay kalian," ucap Sherly yang kemudian berdecak pelan.

"Hah, Ly! Bagus, lo di sini," ucap Viona terengah-engah.

"Emang ngapa?"

"Sandra Ly, Sandra!"ujar Rayhan seraya menggoyangkan lengan Sherly membuat si empunya menepis dengan kasar. "Kenapa emang?"

Viona dan Rayhan menggeleng dengan kompak. "Gak tahu!"

"Dia aneh Ly," ujar Viona yang langsung diangguki oleh Rayhan.

Sherly mengerutkan keningnya. "Aneh, maksud lo?"

Perlahan, Viona menceritakan tentang kelakuan Sandra yang menurutnya aneh yang terjadi beberapa menit yang lalu.

Setelah mendengarkan cerita Viona sampai akhir, Sherly malah memutar bola matanya dengan malas. "Asumsi apaan sih kalian ini!"

"Lo lihat deh, auranya horor gitu," ucap Rayhan mengompori.

Sherly mengibaskan tangannya. "Udahlah bubar, kalian ini lebay banget," ucapnya yang kemudian melangkahkan kakinya menuju Sandra berada.

Begitu dirinya sudah berada di depan Sandra, Sherly mengusap lengan sahabatnya itu membuat Sandra mengangkat kepalanya.

"Lo kenapa?" tanya Sherly.

"Ly," ucapnya lirih. Wajahnya terlihat sendu, dan seketika Sherly tahu kalau temannya itu sedang dalam mode tidak baik-baik saja.

"Kenapa?" kini Sherly berjongkok di depan sahabatnya itu, menggenggam jari-jari Sandra yang terasa dingin.

"Gue butuh bantuan lo, gue pengen lo jujur sama gue."

"Ha?"

"Just it, gue butuh elo. Can you do it for me?"

"Sekarang?" tanya Sherly memastikan yang langsung diangguki Sandra.

"Tapi, bel masuk tinggal beberapa menit Sand."

"Please," ucap Sandra memohon membuat Sherly mau tak mau menganggukan kepalanya.

Kini mereka sedang berada di sebuah garden kafe yang jaraknya agak jauh dari sekolah. Keduanya memutuskan untuk pulang lebih awal alias bolos.

Setelah memesan minum, Sandra pun membuka mulutnya. "Gue butuh lo, gue pengen lo jujur sama gue Ly."

"About?"

"Your brother, dan semua tentang dia."

"Apa yang perlu lo tahu tentang dia?"

"Apa bener, kalo Abang lo pernah ditinggal sama kekasihnya?"

"Putus maksud lo?" tanya Sherly yang dibalas gelengan oleh Sandra. "Ditinggal mati."

Sherly yang sedang asyik menyeruput caramel macchiatonya pun tersedak. Tak lama beberapa menit kemudian setelah memesan, minuman mereka datang. Dikarenakan hari memang belum masuk jam makan siang.

"Kata siapa?" tanya Sherly gelagapan. Kedua tangannya meremas tisu yang sebelumnya ia pakai untuk mengelap mulutnya.

"Gue pengen lo jujur."

"Sand...."

"Gue pengen tahu Ly, dan gue pikir gue berhak tahu. Gue berhak memastikan," ucap Sandra menggebu-gebu. "Gue nggak mau kalo gue cuma dijadiin pelampiasan," ucapnya pelan yang kini menundukukan kepalanya.

Sherly berdecak pelan. "Lo jangan sok tahu gitu! Nggak ada yang namanya pelampiasan, nggak! Abang gue tuh cinta sama lo tulus Sand!"

"Kalo tulus, dia bakalan terbuka sama gue Ly. Dia bakalan percaya sama gue!"

"Percaya sama gue, kalo dia cuma butuh waktu."

"Sampai kapan ha? Sampai kapan gue harus nunggu sesuatu yang tak pasti ini. Gue tahu kalo resiko mencintai itu harus siap untuk disakiti, tapi ini ... wah! Bahkan hubungan kita belum resmi dan gue udah dapat ngerasain gimana rasanya kecewa karena tidak dipercaya."

"Sand...."

"Gue ngerti sekarang. Dan, bilangin sama dia ... thanks for wasting my time! Akhirnya gue tahu, mana yang modus dan mana yang tulus. Selain komunikasi, kepercayaan itu penting dalam suatu hubungan Ly. Gue nggak bisa kalo gini."

---

20 Juni 2018
Eka pertiwi

ANGELWhere stories live. Discover now