chapter 9

6 7 1
                                    

“Liburan yuk!” ajakku  ketika aku dan ketiga sahabatku berkumpul dikantin, mereka yang tengah asik menikmati makan siangnya seketika langsung mengarahkan pandangannya ke arahku.

“Ayukk!!! Kemana Ar? Kapan?” tanya Cellin yang paling bersemangat.

“Jadi gini, aku berpikir kita dikelas dua belas ini sudah penat sekali dengan semua aktivitas dan tugas-tugas menumpuk, aku berencana sehabis kita ujian nasional kita refreshing, kita jalan-jalan, kalau masalah tempat sih kali ini aku ingin kita ke luar negeri, ke negara Eropa!” jawabku santai.

“Ara..Ara.. memang sih gampang bilang ke luar negeri, siapa coba yang tidak tertarik? Tetapi pasti biaya makan, transportasi dan lain-lain diluar jangkauan kita! Aku kan selama ini jika pergi keluar negeri dengan keluarga, semua biaya ditanggung oleh mereka.” Sambung Adeeva.

“Aku yakin Ara sudah memikirkan segalanya tentang itu Dev, biarkan dia melanjutkan rencananya dulu” balas Kairav. Aku mengacungkan jempolku pada Kairav.

That’s right! ternyata Kairav yang paling memahamiku, so, setelah kemaren seharian aku dirumah, aku melihat ada tiket dan hotel gratis untuk empat orang, satu.. dua.. tiga.. empat. Pas untuk kita” jelasku sambil menghitung jumlah kami. Mereka melongo mendengar kalimatku.

“Gratis?” Adeeva berbicara tak percaya, “Dev! Bisakah kau membiarkan Ara menjelaskan dulu?” sambung Cellin kesal.

“Oke, jadi gini, ada satu tempat di Eropa yang ingin ku kunjungi dari dulu, yaitu Dublin. Nanti kalian coba cek di mbah google deh itu ibukota negara Irlandia, pokoknya aku ingin kesana” jelasku dan sedikit menjelasklan negara Dublin kepada ketiga sahabatku, aku tahu mereka kemana saja pasti setuju, apalagi keluar negeri, ke negara tetangga Singapura juga mereka tak masalah.

“Oke, lalu?” tanya mereka hampir serentak, aku sangat senang membuat mereka penasaran.

“Setelah aku cari-cari artikel tentang negara itu, aku mendapatkan satu iklan tawaran dengan memberi tiket, penginapan, seorang guide selama satu minggu dan tanpa biaya apapun! Kecuali makan dan kebutuhan kita selama disana, kalau itu masalah gampang. Nah kan dia seperti undian gitu yah, pokoknya syaratnya selama kita disana kita harus membuat rekaman Video aktivitas dan kemana saja kita selama disana, kita ngapain saja, kalau itu kupikir bukan hal yang sulit, kita bisa atur itu nanti, dan syarat-syarat lain nanti kujelaskan dan aku jamin itu tidak terlalu sulit. yang penting kita memiliki kamera dan diberi izin.” Jelasku, mereka mendengarkan dengan serius penjelasanku.

“Yah sama aja Ar, kalau syaratnya cuma itu saja aku yakin banyak yang ikut, dan kemungkinan kita terpilih itu sangat kecil sekali” ujar Kairav, Cellin dan Adeeva menyetujui.

“Iya Ar, bagaimana kalau kita tidak beruntung dalam undian itu?” tanya Cellin sedih.

Insyaallah aku bisa mengaturnya, itu urusanku, aku tak mungkin membicarakan ini pada kalian kalau aku tak mempunyai solusinya. Aku sudah bercerita juga dengan mamaku, karena ternyata yang mengadakan liburan gratis itu adalah teman baik mamaku. Mama sudah berjanji akan mengusahakan agar kita yang terpilih, entah bagaimana caranya biar itu menjadi urusan mereka” 

Seketika mereka bertiga terlihat sangat senang dan bersorak kegirangan mendengar kalimatku.

“Aku ikut Ar.. aku mau!!!!” ujar mereka bergantian, sebenarnya aku juga sangat senang memikirkan rencana liburan ini, apalagi ada dukungan dari mama dan papa.

“Dan sekarang tugas kalian untuk menceritakan ideku ini dengan orang tua kalian, dan berusaha untuk mendapatkan izin dari mereka. Kabari aku segera, jika semua sudah mendapat izin, kabari aku secepatnya dan aku yang mengatur hari dan tanggal yang tepat, mengerti?” aku menaikkan sebelah alisku meminta tanggapan.

“Mengerti Ara!” jawab mereka serempak, lalu aku tertawa keras melihat mereka kegirangan seperti itu, aku mengacungkan jempolku.

“Cuma berempar ya Ar? Coba bisa lebih, aku ingin mengajak Leo, hehhe”

“Kau ini Dev, Ara saja tidak sibuk mengajak Zian, mengapa jadi kau yang sibuk membawa pacarmu itu” ujar Cellin sewot, mendengar nama Zian membuat pikiran ku melayang-layang, andai aku masih bersamanya, aku pasti ingin pergi dengannya juga, dan Sheryl pastinya.

“Ara aja tidak heboh mendengar kalimatku, mengapa kau yang sibuk sih Cell?” balas Adeeva sewot.

“Oh ya Cell, kau tidak mengajak Noah?” canda kairav ketika Cellin kesal karena Adeeva.

“Kau ini Kai! Kujodohkan kau nanti dengan tukang kebun dirumahku” ujar Cellin kesal. Cellin yang malang, selalu menjadi bahan ledekan.

“Tidak usah tukang kebun rumahmu Cell, supirku saja, dia jomblo” sambungku, seketika Cellin dan Adeeva tertawa terbaha-bahak.

“Ara!” teriak Kairav kesal, sampai sekarang Kairav memang tak sedang dekat dengan siapapun, dia belum mendapat tambatan hati yang cocok untuk dirinya.

“Ar, kau hari ini bawa mobil?” tanya Adeeva

“Ya, supirku sedang sakit, jadi aku terpaksa menyetir sendiri.”

“Hati-hati ya Ar, kau kan sudah jarang membawa mobil sekarang” ujar Kairav perhatian, “Tenang saja, ini bukan kali pertama aku menyetir kan? Tapi  makasih ya”

“Baiklah, makanan ku sudah habis, aku deluan pulang yah, Leo sudah menunggu didepan gerbang” Adeeva membayar makanannya dan pergi meninggalkan kami bertiga.

“Enak yah Adev, diantar jemput dengan pacarnya, aku kapan ada yang antar jemput” keluh Cellin berujar sendiri.

“Makanya Cell, kau terima saja cinta Noah, dia lumayan kok” ledek Kairav.

Talk to the hand” Cellin menjulurkan telapak tangannya pada Kairav, lalu beberapa saat kemudian kami segera menghabiskan makan siang dan beranjak pulang.

Setelah dari kantin, aku ke kelas mengambil buku catatanku yang tertinggal lalu segera bergegas menuju tempat mobilku terparkir, ketika aku berjalan menuju parkiran aku melihat Cellin sedang menunggu jemputannya didepan gerbang, tiba-tiba aku melihat mobil Mazda2 bewarna hijau berhenti didepan Cellin, Cellin terlihat kaget, sipemilik mobil itu membuka kaca mobilnya, Cellin lebih terkejut lagi karena orang itu adalah Noah.

Aku yang memandang kedua makhluk itu dari jauh hanya bisa tersenyum geli membayangkan bagaimana gugupnya Cellin didepan Noah saat ini.

“Hai Cell, sedang apa kau berdiri diam disitu? Panas sekali siang ini, pulang sama aku saja yuk” ujar Noah terdengar memberi tawaran, Cellin terlihat semakin salah tingkah, tanpa sadar dia menggaruk-garung kepalanya bingung harus bertingkah seperti apa, dia benar-benar tak menyadari aku yang sudah terkekeh dibelakangnya.

“Aku pulang sendiri aja deh No” jawab Cellin menolak, Cellin memang tak pernah berpacaran selama hidupnya, dia selalu gugup jika harus berurusan dengan kaum adam, apalagi cowok itu Noah, hampir seluruh sekolah ini tahu Noah menyukai Cellin.

“Udah pulang sama aku aja, aku tidak jahat kok. Aku akan mengantarmu sampai dengan selamat didepan rumahmu” ujarnya lagi masih berusaha agar Cellin mau pulang dengannya. Setelah beberapa lama berpikir, akhirnya aku melihat anggukan dari Cellin. Lalu Noah keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Cellin. Romantisnya!

“Akhirnya anak itu mau juga menerima tawaran Noah! Hahahaha” Aku berjalan menuju parkiran, aku berusaha membayangkan bagaimana Cellin didalam mobil berdua dengan Noah, pasti dia sangat gugup.

Aku tahu Noah baik, aku menyetujui jika mereka menjadi sepasang kekasih, bagaimanapun aku tahu sebenarnya Cellin juga menyukai Noah, sangat jelas terlihat dari wajahnya jika dia mendengar nama Noah,  hanya saja masih malu mengakuinya.

SHARAWhere stories live. Discover now