chapter 6

14 7 0
                                    

“Apa? Adev dan Kai bertengkar? Bagaimana bisa seperti itu Ar? Astaga” Leo terkejut mendengar penjelasanku dan Cellin tentang Adeeva dan Kairav.

“Kau ini bagaimana sih Leo, kenapa bisa tidak tahu? Apa Adev sama sekali tak bicara tentang itu denganmu?” tanya Cellin kesal karena Leo tak tahu apapun.

“Dia tak bilang apapun Cell, disekolah juga kita jarang bertemu, dan dia juga menghindar jika aku menemuinya, aku pikir dia hanya marah karena aku tak bisa menemaninya ke toko buku malam itu” ujar Leo pasrah dengan tatapan kesal Cellin.

“Iya mungkin itu juga salah satu penyebabnya, ditambah lagi dia melihat kau dengan Kairav” tambahku.

“Tapi aku tak bermaksud seperti yang kalian pikirkan, aku hanya menawarkan Kai karena aku kasihan melihat dia malam-malam sendirian dan saat itu hujan mau turun, lagipula aku mengenalnya sebagai sahabat pacarku, apa salahnya?”

“Kita mengerti Leo, tetapi dalam hal ini Adev juga tidak salah, anggap saja ini salah kalian, mengapa tak langsung memberi konfirmasi padanya malam itu juga”

“Ya, kau benar Ar, pacarku itu benar-benar pencemburuan sekali.. bagaimana mungkin dia bisa berpikir aku dan Kairav? Ya ampun”

“Kau harus bicara dan minta maaf padanya, aku tak tahan melihat mereka bertengkar dan salah paham seperti ini.” ujar Cellin,

“Aku tahu Cell, tenang saja, aku sangat memahami sifatnya, aku tahu apa yang seharusnya kulakukan pada gadis Arabku itu, kalau begitu, aku ingin kerumah Adev sekarang, terimakasih atas penjelasannya Cell, Ar. Aku pergi dulu ya”

“Oke sama-sama, hati-hati Leo, semoga Adev bisa mendengar penjelasanmu” Lalu Leo pergi, tinggalah aku dan Cellin duduk berdua di kafe ini, jam sudah menunjukkan pukul 18.00 wib dan hari mulai gelap.

“Ar! Zian kan menunggumu, temui sana!” ujar Cellin, aku masih diam ditempat dudukku melihat orang-orang berlalu lalang didepan kami.

“Kau yakin Cell? Aku masih sangat belum siap berbicara dan bertemu dengannya”

“Kau harus menghadapi kenyataan sayang, kau tak boleh seperti ini terus menerus, walaupun aku tak paham apapun tentang percintaan, tapi aku tahu kalian masih saling mencintai” Cellin merangkul bahuku dengan lembut, aku mendesis pelan, jelas aku masih mencintai Zian, tak ada yang salah dengan hal itu.

“Lalu bagaimana denganmu? Apa bisa kau pulang sendiri? Apalagi hari sudah mulai gelap, biasanya kau selalu memintaku mengantarmu” candaku.

“Jangan Khawatir, demi bang Zian aku rela pulang sendiri kali ini, aku sudah tujuh belas tahun seminggu yang lalu Ara! Setidaknya sudah berani naik taksi sendirian hahaha”

“Oke baik sekali, pulang sana, sebelum hari makin gelap, hati-hati sayang, sampaikan salamku untuk ayah dan bundamu”

“Siap Kapten, jangan lupa temui Zian, aku pulang, dadahhh” Gadis Swiss itu mencium kedua pipiku dan melangkah meninggalkanku.

“Tambah dewasa saja dia, hahahaha. Kau terlihat sangat cantik sekali sore ini Cellin, sahabatku paling bawel”

***

A

ku berjalan mencari Zian, aku tahu dimana tempat biasa dia menungguku, dia pasti sedang menghisap sisha di kafe favorit kami. Zian bukan cowok perokok, dia anti narkotika, namun dia sangat senang menghisap sisha, jika kami kesini pasti kami memesan sisha sebagai penutup.

Awalnya Zian yang memperkenalkanku dengan asap yang berasal dari arab itu, kami selalu memesan rasa mint, kami menyukai aroma mint.

Dari kejauhan aku melihat Zian, aku mengenali bajunya sore itu, dan benar saja, dia sedang menghisap sisha-nya lalu menghembuskannya, rasanya aku ingin pulang saja, tak sanggup menemuinya, melihatnya terluka lebih dalam karenaku.

SHARAWhere stories live. Discover now