"Main sama siapa? Dimana? Jam berapa pulangnya?"

Alana memutar bola matanya dengan malas menyadari sifat posesif Dirga muncul lagi setelah mereka berdamai.

"Gue bentar doang, ish. Gak sampe malem juga,"

"Nanti pulangnya kabarin, biar gue jemput."

Alana mendengus, "iya, iya. Udah ya."

"Hati-hati."

Alana memutus sambungan bertepatan dengan berhenti nya taksi di depan rumah Fiko. Ia kemudian masuk ke dalam rumah Fiko dengan santai, seperti biasanya. Namun tidak ada tanda-tanda kehadiran lelaki itu disana, lantas Alana beranjak menuju kamar yang berada di lantai dua tersebut. Dan benar saja, Fiko tengah tertidur pulas di ranjang miliknya. Alana tersenyum jahil sambil memandang ke arah lelaki itu.

Alana menaiki ranjang itu lalu melompat-lompat dengan riang, membuat tubuh Fiko bergoyang-goyang. Menyadari itu, lelaki itu mulai membuka matanya dan melihat Alana yang sedang tertawa menatap dirinya.

"BANGUN KEBO!" teriak gadis itu tepat di telinga Fiko.

Fiko mendengus seraya menyipitkan matanya, "sejak kapan lo disini?"

"Bangun dulu," balas Alana menarik-narik tangan Fiko untuk duduk. Fiko pun bangkit duduk di tepi ranjang sambil menatap gadis itu.

"Gue nungguin lo sampai ketiduran nih," kata Fiko.

Alana terkekeh, "aduh, sweet banget sih kamu." balasnya dengan nada manja.

"Sini duduk," Fiko menarik tangan Alana untuk duduk di sebelahnya. Ia kemudian mengubah arah duduknya menjadi berhadapan dengan Alana. "Mau cerita apa?"

Alana merengut, "fasilitas gue disita." melasnya seraya menggaruk pipi.

"Gara-gara?"

"Gue ngedorong ceweknya Riga."

Fiko menaikkan sebelah alisnya, "ngedorong gimana?"

"Ya, gue dorong sampai paha nya luka. Tapi kan karena gue kesel,"

"Bentar, lo bilang ngedorong ceweknya Riga? Emang cewek dia siapa?"

"Viola."

"Itu cewek bukan pacar nya, gue gak tau juga siapa."

"Tapi gue liat mereka deket banget,"

"Iya memang deket, tapi yang jelas bukan pacarnya."

Alana manggut-manggut, "terus gimana dong? Fasilitas gue disita sebulan,"

"Makanya jangan buat masalah terus." balas Fiko sambil mengacak rambut Alana dengan gemas.

"Gue bilang kan bukan gue yang salah," bantah Alana kesal.

Fiko mencubit hidung Alana pelan, "iya, iya. Udah gak usah dipikirin,"

Gadis itu mendengus lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia menatap langit-langit kamar Fiko dalam diam. "Bang,"

"Hm." gumam Fiko yang sedang menatap layar ponselnya.

Difficult LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora