25

8.3K 297 4
                                    

●●●

Dengan surat panggilan di tangannya, Alana memasuki rumah dengan gontai. Ia menghempas tubuhnya di sofa lalu segera melepas sepatu sekolahnya. Lagi-lagi dirinya harus di skors karena masalah sepele yang disangkutkan dengan dirinya.
Gadis itu melempar sepatu sekolahnya dengan kasar ke lantai seraya berdecak sebal.

"Heh, anak gue kenapa muka nya ditekuk gitu?" Aldina tiba-tiba datang menghampiri Alana lalu duduk di sebelah gadis itu.

Alana menoleh, "nih surat cinta buat mama." gadis itu menyodorkan surat panggilan tersebut.

Aldina yang sudah menduga itu berupa surat panggilan, langsung menjewer telinga Alana. "MAMA UDAH BILANG JANGAN BUAT MASALAH LAGI! KAMU INI GAK CAPEK YA BUAT MASALAH TERUS? BUAT ULAH APA LAGI KAMU?!" ucapnya garang.

"Ini bukan salah Alana, ma. Alana dituduh doang," ucap Alana sembari meringis kesakitan.

Aldina kemudian melepas jewerannya, "Semua fasilitas kamu mama sita! Se-mu-a-nya!"

"Apa?!"

"Gak ada apa, apa. Semua fasilitas kamu mama sita sebulan!" ucap Aldina lalu meninggalkan Alana yang masih memelas. Gadis itu kemudian kembali duduk di sofa dengan lemas. Ia meraih ponselnya yang ada di saku lalu mendial sebuah nomor.

"BANG FASILITAS GUE DISITA, GUE HARUS GIMANA," sembur Alana saat panggilan tersambung.

Terdengar kekehan di seberang telpon, "buat masalah lagi kan lo,"

"Bukan gue yang salah tapi." melas Alana.

"Terus siapa? Kakek lo?"

"Lo bukannya belain gue malah jelek-jelekin gue ya,"

"Sini ke rumah gue, cerita disini aja."

"Pake apaan?"

"Jalan kaki. Ya mobil lo lah!"

"Heh, bego. Fasilitas gue disita otomatis mobil gue ikut disita, anying!"

"Oiya, gue lupa. Taksi ada kan taksi, nah pake itu."

"Anying ya lo, yaudah gue kesana bentar lagi."

Alana memutus sambungan dengan sepihak lalu melempar ponselnya ke sembarang arah. Ia menggerutu kesal mendengar ucapan Fiko yang bukannya memberi solusi, tetapi malah membuatnya semakin kesal. Gadis itu bangkit berdiri beranjak menuju kamarnya untuk bersiap-siap.

Cukup lama membersihkan diri, Alana keluar dari kamar dengan penampilan yang lebih santai. Untungnya Aldina tidak di rumah, tadi wanita itu pamit kepada Alana untuk mengurus toko roti nya. Dengan senang hati Alana mengiyakannya.

Alana masuk ke dalam taksi yang baru saja dihentikannya. Ia merogoh ponselnya yang berdering dari dalam tas. Tertera nama Dirga disana.

"Apa?"

"Dimana?"

"Di luar gue."

"Kemana? Gue bentar lagi pulang."

"Main bentaran, kalau mau pulang yaudah."

Difficult LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang