10

10.6K 359 2
                                    

●●●

Pelajaran sudah dimulai sejak dua puluh menit lalu tetapi Alana tidak juga mendengar penjelasan guru di depan. Ia masih sibuk mengotak atik ponselnya dengan santai tanpa takut ditegur.

Tiba-tiba ponselnya berdering menandakan panggilan masuk. Tanpa dosa, ia menerima panggilan itu dengan santai.

"Halo?" Ucap Alana dalam keheningan kelas yang penghuninya sedang mengerjakan soal dari Pak Momon.

"Al, lo dimana?"

"Alana! Ngapain kamu?!" Tanya Pak Momon sambil menunjuk Alana dengan spidol nya.

"Bentar," ujarnya pada si penelfon.

Alana menjauhkan ponselnya dari telinga, lalu menatap Pak Momon. "Terima telpon Pak," balasnya santai.

"Semuanya lagi belajar tapi kamu seenaknya bermain hp," ucap Pak Momon menggelengkan kepalanya. "Kamu saya hukum! Hormat ke tiang bendera sekarang juga!"

Alana mendengus lalu ia segera keluar dari kelas. Kemudian ia mendekatkan ponselnya kembali ke telinganya seraya berjalan menjauh dari kelas.

"Halo,"

"Ngapain lo tadi?"

"Disuruh keluar kelas gue, terus disuruh hormat tiang bendera." Balas Alana.

"Nakal banget lo!" Ucap Fiko terkekeh.

"Bodo amat. Lo ngapain telpon gue?"

"Nanti pulang sekolah temenin gue cari kado ya."

"Buat apaan?"

"Trisa ultah besok, masa lo gak inget."

"Oiya, gue lupa. Tapi gue bisanya malem,"

"Kenapa?"

"Pulang sekolah gue ada rapat OSIS."

"Oh yaudah, kalo gitu nanti malem gue jemput."

"Hm, gue tutup ya. Panas banget ini, mau ke kantin gue."

"Heh! Jalanin hukuman lo dulu."

"Gak ah. Males banget panas-panasan."

Fiko terkekeh, "Yaudah. Bye adek gue."

Alana memutus sambungan lalu menyimpan ponselnya di saku seragamnya. Ia kemudian melangkahkan kakinya menuju kantin. Ia duduk di meja pojokan sambil menghisap rokok yang terselip ditangannya. Untungnya hari ini bu Dera tidak berpatroli di area kantin untuk melihat siswa yang membolos.

"Cewek kok ngerokok,"

Alana memutar badannya ke belakang untuk melihat siapa pemilik suara itu. Ia berdecak saat melihat Riga yang sedang menatapnya dingin. "Terus kenapa? Masalah buat lo?" sengit Alana.

"Bukan buat gue. Buat paru-paru lo." balas Riga datar lalu berlalu dari hadapan Alana.

Alana mencebik kesal, ia mengejar Riga lalu menghadang jalan cowok itu. "Terus, urusannya sama lo apa? Mau gue kena penyakit sekalipun itu bukan masalah lo." ucap Alana gentar.

Difficult LoveWhere stories live. Discover now