23

9.8K 342 10
                                    

●●●

Sambil menghisap rokok yang terjepit di kedua jarinya, Riga menghampiri ketiga sahabat karibnya yang sedang duduk di kursi bar. Pundaknya langsung ditepuk oleh Alka yang juga menghisap sebatang rokok ditangannya.

"Kemana lo, bray. Main ilang aja lo di sekolah." kata Alka.

"Gaya lo pake bray, kutil cupang." cibir Rangga menenggak cairan bening.

Alka terkekeh, "pake bahasa kerenan dikit napa, tong."

"Sok gahol lo, badak." ucap Deno tertawa heboh, padahal tidak ada sesuatu yang lucu.

"Ngapa lo, Den? Kesambet tante girang lo?" kata Rangga tertawa.

"Buset, main lo tante girang, bro. Gue sih cabe-cabean kaki lima gak masalah," sahut Alka.

"Heh, somplak. Ngapain pada bahas begituan lo pade?" celetuk Fiko yang baru saja datang.

"Si anjing buat kaget," cetus Alka.

Fiko tertawa, "perhatiin noh temen lu. Diem aje mikirin utang numpuk." ucapan lelaki itu membuat Rangga, Deno dan Alka tertawa. Fiko kemudian menepuk pundak Riga dengan pelan yang membuat laki-laki itu menoleh.

"Ngapa lo, tong? Diem aje gak biasanya," kata Fiko. Sedangkan tiga laki-laki tadi sudah menghilang sejak kapan.

Riga menggeleng, "santai." katanya.

"Santai begimana? Muka lo kusut amat kayak celana dalem gue." balas Fiko.

"Bingung gue," ucap Riga mengacak rambutnya dengan gusar.

Fiko duduk di sebelah Riga lalu mendengarkan kata-kata temannya itu. "Gue gak tau lagi gimana buat Alana bisa sadar kalau gue ada di samping dia."

"Lo udah ngelakuinnya belom? Kalo lo belum bener-bener disamping dia, gak bakal sadar lah." balas Fiko ada benarnya.

Riga terdiam membenarkan perkataan Fiko. Ia memang belum benar-benar selalu ada untuk gadis itu. Dirinya terlalu sibuk mengurus Viola yang sedang terbaring di rumah sakit saat ini.

"Gimana? Renungin dah, pusing gua ngurus lo. Bukannya fokus Alana, malah ngurus itu cewek, siapa namanya gua lupa." ucap Fiko.

"Viola." celetuk Riga.

"Nah bener si Viola-Viola itu. Siapa dah gak kenal gua. Yang terpenting, lo sayang nya sama siapa malah sibuk sama siapa." celoteh Fiko lagi. "Ngerti kagak lo? Gue cabut," lanjutnya lalu meninggalkan Riga.

Riga mendengus kasar melihat Fiko pergi meninggalkannya. Ia kemudian kembali merenungkan kata-kata Fiko. Dirinya memang hanya memikirkan Viola yang sedang sakit, bukannya Alana perempuan yang disayangnya.

•••

Dan disinilah Alana, berada di kampus Dirga untuk menunggu laki-laki itu menyelesaikan urusannya. Ia terpaksa pergi bersama Dirga karena mobilnya harus diperbaiki karena ia menabrak mobil orang tadi malam saat dirinya baru saja pulang dari club. Alana duduk dengan bosan di sebuah gazebo sembari menunggu Dirga. Tadinya Dirga mau mengantarkan Alana ke toko roti milik keluarganya, tetapi malah berakhir disini karena Dirga lupa ada urusan penting di kampus. Ia hanya memainkan ponselnya dengan malas dan sesekali mengedarkan pandangannya melihat beberapa mahasiswa meliriknya dengan rasa penasaran.

Difficult LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang