Suatu yang berharga hilang begitu saja

92 7 5
                                    

Aku sedang membaca koran pagiku saat kulihat berita menggemparkan itu. Aku melonjak. Mataku mendelik lebar-lebar, kemudian aku segera berlari menuju satu tempat. Bandara.

Semua orang berlalu lalang mencari tahu kabar sanak saudaranya. Termasuk aku. Aku bersama semua orang yang menyayangi risa, dikejutkan oleh berita dari pihak penerbangan. Pesawat yang ditumpangi risa dan 215 orang lainnya jatuh di perairan Laut Cina Selatan ketika menuju ke Jepang.

Aku hampir limbung saat itu. Padahal 10 jam lalu, aku masih melihat senyumnya. Aku masih dapat memeluknya.

Tuhan! Kumohon, jangan seperti ini!

~

“Kamu simpan baik-baik ya, kalung ini. Ini kalung kesayanganku, nanti waktu aku balik ke Indonesia, kamu harus ganti kalung ini jadi cincin nikah kita,”

“rama, kamu bisa sering-sering main ke rumahku. Mamah sama papah akan membuka lebar-lebar pintu rumah buat kamu,”

“Aku sayang kamu,”

“Saranghaeyo, rama Syahilan Putra,”

~

Seperti yang risa bilang, aku jadi sering mengunjungi rumahnya. Aku juga tak pernah absen ke makamnya.

Dia ... Risa. Gadis yang kucintai, dan dengan sabarnya mencintaiku.

"Namun, ternyata, jika seseorang hanya memikirkan seseorang, bertahun-tahun, dan dari waktu ke waktu mengenai isi hatinya sendiri dengan cinta hanya untuk orang itu saja, maka saat orang itu pergi, kehilangan menjelma menjadi sakit yang tak tertangguhkan, menggeletar sepanjang waktu."
-muhammad Riski

KehilanganWhere stories live. Discover now