Perhatian

81 4 0
                                    

Setiap pagi, tepatnya saat istirahat pertama, risa selalu menyempatkan untuk menghampiriku yang duduk di depannya. Dia akan terburu-buru sebelum aku meninggalkan kelas, lalu menyerahkan sekotak bekal berisi bento. Meski aku selalu menolak pemberiannya, tetapi gadis itu tetap kekeuh, dengan keras kepalanya memaksaku. Dan aku lagi-lagi menyerah setelah mendengarnya merengek seperti bayi yang meminta permen pada ibunya. Kuakui, risa pintar memasak. Tapi, mengapa dulu aku selalu menolak makanannya, dan memberi makanan itu pada teman-temanku, tanpa menyentuhnya sama sekali. Itu dulu, ketika kami kelas 1. Aku bahkan tidak pernah menyentuh atau merasakan bento itu sedikitpun. risa pernah memergokiku ketika aku melempar sekotak bento itu pada teman-temanku ketika di kantin, dulu. Kulihat dia kecewa melihatnya. Tetapi keesokan harinya, dia masih tetap memberiku kotak dengan makanan yang sama. Terkadang aku heran, gadis itu tidak pernah merasakan rasa sakit, atau... memang dia terlalu pandai menutupi perasaanya pada orang lain di sekitarnya? Aku salut terhadap sikapnya. Aku juga berfikir, aku dapat menyebutkan semua kegemarannya, tingkah dan polah gadis itu, kebiasaannya ketika di kelas, bahkan mungkin yang tidak disadari gadis itu. Apa mungkin, aku telah mengamatinya jauh sebelum dia menyukaiku? Dan tanpa aku sadari, dari dulu, pertama kali aku mengetahui namanya saat perkenalan di kelas, aku sudah menaruh hati padanya. Pada gadis itu, risa.

KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang