Dan memang benar, bila semua penduduk Palestina keluar dari tanah airnya, lantas siapa nanti yang bertempur melawan Zionis Israel yang ingin mencaplok tanah umat Islam yang telah diwakafkan oleh Khalifah Umar bin Khaththab kepada kaum muslimin sesaat setelah beliau berhasil merebutnya dari tangan Romawi?

Itu sama saja dengan meremehkan perjuangan pasukan Islam yang telah susah payah merebutnya dengan taruhan nyawa dan darah mereka dalam perang Yarmuk dan Hittin.

Alangkah geramnya bila panglima Khalid bin Walid, atau Abu Ubaidah 'Amir bin Jarrah dan Shalahuddin al-Ayyubi menyaksikan bagaimana umat Islam sekarang yang tak lagi punya perhatian dengan tanah Palestina yang di sana berdiri Masjid al-Aqsha.

Kadang cerita-cerita dosennya tentang perjuangan umat Islam itulah yang membangkitkan kembali api perjuangan di dada para mahasiswa, meski baru seterang cahaya lilin.

Ya, sampai kapan pun, nikmat dari Allah bisa berkuliah di LIPIA tak akan terlupa dan tergantikan. Kesempatan mempelajari literatur-literatur asli dari dosen-dosen ahli yang benar-benar ikhlas menjaga amanah mengajarkan agama adalah sebesar-besar nikmat. Sebab betapa banyak para pengajar agama di zaman ini yang tidak menjaga amanah tersebut hingga menjadikan agama sebagai komoditas. Dengan anggapan kepakarannya dalam hal ilmu agama seolah mereka sudah berhak memodifikasi agama. Maka lahirlah sosok-sosok penipu atas nama pembaharu agama. Problem umat pun bertambah.

Saat masih kuliah ia sudah mulai belajar mengajarkan ilmu agama yang ia pelajari dari kampusnya. Atas tawaran kawan-kawannya ia mengajar di lembaga-lembaga pengajaran bahasa dan dakwah, mereka menamakannya ma'had. Di sanalah ia menempa kemampuannya mengajarkan agama. Mungkin ada sedikit bakat mengajar dari ibunya. Di kampung, ibunya sering dipanggil untuk ceramah agama.

Ia pun memiliki beberapa kajian agama setiap pekan sekali yang dihadiri oleh adik-adik kelasnya. Ada juga di antara mereka yang dari luar kampus. Mengaji bersama sangatlah nikmat. Bisa membuka wawasan dengan diskusi keumatan yang dilandasi dengan pemahaman para ulama salaf. Kajian dengan kawan-kawannya ini selalu diakhiri dengan acara untuk saling merekatkan ukhuwah di antara mereka. Mereka menyebutnya dengan acara qadhaya.

Bagaimanapun Islam adalah agama yang mampu memberikan solusi atas berbagai problem hidup. Bila setelah mengkajinya lantas kajian itu tak mampu menyelesaikan masalah umat, maka boleh jadi ada sesuatu yang kurang menyentuh dalam kajian tersebut.

Dalam kajian khusus itulah seringkali Azhar mendiskusikan problem kawan-kawannya. Betapa seringnya ia mendengar keluhan Zainuddin yang berjuang keras mempertahankan biduk rumah tangganya yang kerap dilanda pertengkaran-pertengkaran dengan istrinya. Atau Rahmad yang mengeluhkan susahnya menjaga pandangan mata. Atau Karim yang sudah ngebet ingin menikah. Lalu ada juga Abdul Majid yang baru masuk LIPIA dan memiliki kecenderungan taklid pada pendapat-pendapat yang sesuai dengan isi hatinya. Selanjutnya Ziyad yang sangat perhatian dengan ilmu dan kitab-kitab saja hingga semua waktunya hampir habis untuk menelaah kitab dan jarang sekali bertemu orang.

Ya, permasalahan yang kompleks. Tapi di situlah letak nikmatnya, yaitu nikmat pengalaman mendiskusikan problem-problem nyata dalam kehidupan.

Usai lulus kuliah ia langsung ditawari mengajar di sebuah lembaga pendidikan STIIA, Sekolah Tinggi Ilmu Islam al-Hikmah di Jakarta Selatan oleh salah seorang kakak kelasnya yang juga mengajar di sana. Maka resmilah dirinya sebagai pengajar formal di tempat tersebut. Ia kemudian mengajar materi Tafsir, Nahwu, Sharaf, Nushus, dan Khath.

Satu hal yang sama antara STIIA dan ma'had tempat ia mengajar sebelumnya, semua mahasiswanya adalah perempuan. Situasi yang kerap menimbulkan kerumitan hati para pengajarnya, terutama yang belum menikah. Ada saja kejadian yang bila tak hati-hati dalam menyikapinya bisa mengotori kesucian istana hati.

Pernah suatu hari saat ia mengajar materi Khath di kelas persiapan bahasa, ada salah seorang mahasiswi yang saking geregatannya dengan cara menulis Arab yang menurutnya susah berkata padanya, "Ustadz, kami enggak apa-apa, kok, bila diperhatikan cara menulisnya dari dekat. Tolong lihat juga cara kami memegang pena apakah sudah betul?"

Ya, itulah ujiannya. Bagi pengajar "mbeling" boleh jadi itu adalah kesempatan emas yang ditunggu-tunggu.

Godaan wanita tak hanya datang dari mereka yang mengobral auratnya, bahkan semua wanita adalah fitnah bagi lelaki. Muslimah atau bukan. Dan boleh jadi perangkap setan lebih mudah datangnya dari wanita muslimah yang berjilbab. Karena bisa jadi seorang lelaki muslim dan wanita berjilbab sudah merasa aman dari kekotoran hati karena mereka menggunakan pakaian syar'i, hingga akhirnya mereka nyaman dan merasa aman berdekat-dekatan.

"Astaghfirullahaladzim..."

Sungguh benar nasihat Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

"Sungguh wanita itu datang dalam rupa setan, dan ia pergi dalam rupa setan. Maka dari itu apabila ada salah seorang dari kalian memandang (terpikat) seorang wanita, maka hendaknya ia bergegas mendatangi istrinya (bercinta dengannya) sebab yang demikian itu dapat menyingkirkan rasa yang ada dalam hatinya."

Sambil mengajar Azhar juga membuka usaha jualan baju muslim secara online. Di samping pangsa pasar yang lebih luas, bahkan hingga luar negeri, ia juga tak harus menguras banyak waktu untuk melayani konsumen. Biasanya ia belanja beberapa barang dari Pasar Tanah Abang lalu ia jual di toko online-nya. Ia juga melayani pesanan produk-produk tertentu seperti perlengkapan umrah dan haji.

Hampir seluruh sudut Pasar Tanah Abang pernah ia susuri. Perilaku para pedagang dan pembeli dari berbagai suku di Nusantara pun ia mengenalnya. Juga tukang panggul hingga tukang parkir dan juga preman pasar sering ia jumpai di sana. Ia sering mencatat beberapa fragmen kehidupan mereka, baik yang unik maupun yang mengiba. Selanjutnya ia tuangkan dalam tulisan-tulisan di saat senggang dan dikirimkan ke beberapa majalah Islam. Bahkan kini ia sedang menulis sebuah novel islami.

Tapi usaha dagang baju online-nya tidak lama berjalan menyusul perkenalannya dengan Pak Asep, paman Rahmad yang memiliki usaha jamur tiram di daerah Cisarua, Cimahi, Bandung. Ia kemudian berganti usaha jamur tiram bersama Pak Asep, seorang pedagang tempe di Pasar Atas Cimahi yang ulet dan bersahaja.

Suatu saat Pak Asep ingin mencoba usaha jamur tiram sebab seringkali ia menyaksikan para pedagang jamur tiram di Pasar Atas Cimahi yang kehabisan dagangannya. Intuisi bisnisnya pun muncul dengan tiba-tiba, maklumlah sudah sebelas tahun ia menjadi manusia pasar. Ia pun mencoba mempelajari budi daya jamur tiram dan menelusuri rantai suplainya hingga ke pasar. Ternyata merintis usaha jamur tiram tidaklah susah. Modalnya pun tidak terlalu besar bila untuk memulai dengan membuat satu atau dua kumbung jamur. Pak Asep pun akhirnya membuka usaha jamur tiram.

Azhar pun tertarik. Bahkan sangat tertarik. Ia suka dengan suasana Kota Bandung, khususnya daerah Cisarua yang letaknya di dataran tinggi Kota Bandung Barat. Suasana perkampungan yang damai dengan udara sejuk khas daerah puncak. Azhar memang hobi bertanam sebagaimana orang tuanya. Bahkan di pekarangan rumahnya yang di Gresik pun ada beberapa pohon mangga tanaman Ayahnya. Sedang Ibunya suka dengan tanaman hias.

Saat pertama kali ke Cisarua bersama kawan-kawan pengajiannya dalam acara rihlah ke Curug Cimahi itulah ia langsung tertarik dengan usaha jamur tiram. Ia melihat suasana kumbung jamur tiram milik Pak Asep yang berdiri di atas hamparan ladang.

Pagi hari adalah saatnya memanen jamur. Selanjutnya ia banyak mengobrol dan bertanya pada Pak Asep tentang usaha jamur tiram.

Akhirnya ia putuskan untuk memulai usaha jamur tiram. Ia banyak dibantu oleh Pak Asep. Mulai dari pembuatan kumbung jamur, mencari baglog hingga panen dan menghubungkannya dengan pengepul.

Bulan-bulan pertama usaha jamur tiram masih berjalan tersendat-sendat sebab ia baru mulai merintis. Namun setelah empat bulan usahanya sudah mulai stabil meskipun jamur panenannya masih terbilang sedikit karena ia baru memiliki satu kumbung jamur.

HADIAH CINTA DARI ISTANBULWhere stories live. Discover now