Lantas Gea mendorong bahu Adam kasar. Adam sedikit terdorong. Dia menatap Gea tajam karena telah menghentikan aksinya.

"Dasar mesum"

...

Sekarang hari sibuk, tetapi karena Gea bukan orang kantoran, hari-hari seperti ini terasa biasa saja. Gea memasak sarapannya. Cukup nasi goreng yang dimasak super kilat. Kalau pedagang pinggir jalan biasanya masak nasi goreng pakai kecap, Gea lebih suka sedikit kecap tetapi ditambahkan banyak saos tomat.

Tring..

Ada telpon dari nomor tidak dikenal. Gea menatap ponselnya sekilas tanpa berniat mengangkat telponnya sama sekali. Gea kembali fokus pada nasi gorengnya. Dan sekali lagi ada seseorang yang menelponnya, masih dengan nomor yang sama. Karena kesal, Gea putuskan untuk mengangkat telpon tersebut.

"Halo? Dengan siapa ya?"

Ada suara deheman pria di seberang. Kemudian pria itu menanyakan sesuatu. Sekali dengar Gea tahu suara siapa ini, yang jelas bukan suara mantannya. Melainkan suara calon suaminya.

"Sudah makan?" tanya Adam. Gea jadi ingat masa-masa orang pdkt. Menanyakan hal-hal seperti ini salah satunya. Gea heran, pria itu sangat perhatian padanya. Awalnya Gea menjauh, tetapi lama kelamaan dia sudah biasa. Sehingga sekarang Gea sudah bisa menjawab tanpa perlu ketus lagi.

"Lagi masak" jawab Gea. Adam diam kemudian bertanya lagi.

"Kamu sudah tahu nomor aku?"

Kali ini Gea diam. Ada banyak jawaban yang disediakannya. Di tempat lain Adam malah tersenyum karena kebisuan wanita itu. Selama ini hanya Bayu yang menghubungi wanita itu. Dulu Adam hanya meninggalkan kartu namanya dengan nomor telpon kantor.

"Gak. Aku bisa tebak dari suara kamu" kata Gea dengan suara pelan. Gea yakin pria itu pasti kegeeran. Gea takut Adam menyangka dirinya tertarik pada pria itu. Gea tidak ingin terlihat suka padanya.

"Setelah makan aku bakal jemput kamu. Aku tutup dulu telponnya yaa" setelah itu Adam benar-benar mengakhiri telponnya.

Sekarang malah Gea yang tersenyum. Baru kali ini dia mendengar nada bicara Adam yang super kalem. Sangat kalem dan lembut.

"Aku tutup dulu telponnya yaa" tiru Gea. Dia merasa lucu mendengar Adam mengatakan 'yaa' dengan nada yang panjang pula.

Setelah sarapan pagi dan bersiap-siap tak lama Adam datang tepat waktu. Gea juga sudah siap. Adam melihat penampilan wanita itu. Baju kain longgar, celana jins panjang, sepatu hak yang tidak terlalu tinggi. Kalau baju kain longgar dan celana jins Adam yakin Gea memang suka menggunakan pakaian yang seperti itu, tetapi tumben wanita itu memakai sepatu hak.

"Kenapa pakai sepatu hak? Kalau gak nyaman mending gak usah dipakai" saran Adam.

Gea menatap kakinya. Sebenarnya dia sengaja memakai sepatu hak agar dirinya tidak terlihat terlalu pendek dibandingkan dengan Adam yang jangkung. Dia juga ingin terlihat pas jika disandingkan dengan pria itu.

"Kalau cuma nambah lima senti gak bakal ngaruh. Kamu masih keliatan kerdil" omel Adam. Gea mengikuti langkah pria itu yang membongkar koleksi sepatunya. Adam membongkar-bongkar rak sepatunya dan menemukan apa yang dicarinya.

"Lagi pula kalau kamu jatuh atau keseleo bagaimana? Ibu hamil gak boleh pakai hak tinggi. Anak kita pasti ngomel-ngomel karena mamanya gak hati-hati" kata Adam sambil memakaikan flat shoes biru di kaki Gea. Tahu tidak, sekarang Gea sedang berusaha menahan senyumnya. Sungguh mati dia merasa sedang bereperan sebagai Cinderella di kota Jakarta.

...

Mereka sudah di rumah sakit, tepatnya di ruang dokter kandungan. Dokter Niko adalah teman mamanya Adam. Dokter Niko cukup dekat dengan mamanya Adam, mereka teman kuliah dan pernah pacaran. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan, apalagi khawatir jika dokter Niko akan buku mulut. Sebelumnya Adam sudah membuat janji sehingga mereka tidak perlu mengantri lagi.

Sekarang Gea akan segera diperiksa oleh dokter Niko. Gea disuruh tiduran di atas kasur. Di sana masih ada Adam yang menatapnya sambil bersender di dinding.

"Permisi ya" kata dokter Niko yang menyianyati untuk membuka baju Gea. Tetapi belum juga dibuka, Gea menahan bajunya. Gea menatap dokter Niko, memberi kode ada orang lain di ruangan itu selain mereka berdua.

"Santai aja. Aku sudah pernah lihat perut kamu. Atas dan bawahnya juga sudah"

Jleb. Bukan cuma Gea yang malu mendengar itu. Dokter Niko juga ikutan panas. Dalam hati dokter Niko mengakui seratus persen bahwa Adam memang anak kandung Wirna. Gea menatap dokter Niko dengan pandangan meminta maaf atas omongan Adam yang pasti membuatnya tak nyaman.

Gea menatap tajam Adam. Kenapa perlu dijelaskan lagi? Apalagi diumbar-umbar di depan bapak-bapak kepala lima pula. Adam malah cuek dan mengangkat bahunya. Kali ini Gea memilih untuk mengalah.

Dokter Niko memeriksa perut Gea. Ada layar juga memperlihatkan isi perut wanita itu. Dokter Niko juga menjelaskan beberapa hal. Gea mendapat saran untuk makanan dan kesehatannya. Di sana masih ada Adam, tentunya. Dia setia ikut mendengar dan mencatat semua saran dan masukan di kepalanya.

"Walau usia kandungan masih muda, mbak Gea tetap harus jaga kesehatan. Olahraga iya, tetapi jangan dipaksakan yang berat-berat" jelas dokter Niko.

Gea menyutujuinya, lagi pula dia sudah keluar dari pekerjaannya sebagai pelayan yang kadang harus mengangkat galon atau mengangkat tumpukan cucian piring kotor. Sekarang dia hanya duduk di depan meja lukis, berdiri di depan meja masak, duduk di meja makan, dan tidur di ranjang.

"Dok saya punya pertanyaan" kata Adam. Gea menatap pria itu penasaran.

"Ada apa Adam?" tanya dokter Niko.

"Apa dia bisa making love saat hamil?" 

Pay One Get TwoWhere stories live. Discover now