Sebelumnya Gea sudah mengabari Ayahnya. Hanya mengabari Gea akan menikah. Gea dan Adam sudah sepakat akan merahasiakan kejadian ini pada Ayah Gea. Begitu juga Wirna sudah setuju. Hanya saja sampai saat ini Ibu Gea tidak bisa dihubungi, mungkin karena dia adalah seorang ilmuan sejarah yang selalu pergi ke sana ke mari. Hanya menunggu waktu hingga Ibunya tahu.Dalam tidurnya, Gea menitikkan air mata. Kemudian dia tidur dalam diam.

Keesokan harinya, Adam datang tepat waktu. Gea masih bersiap-siap sementara Adam menunggu di ruang tamu. Dengan sengaja Gea membuang-buang waktu. Membiarkan Adam terus menunggunya.

"Kamu masih lama?" teriak Adam sedikit keras agar terdengar sampai ke dalam kamar Gea.

Karena tidak ada respon dari Gea, Adam memutuskan menghampiri wanita itu di kamar. Gea masih sibuk dengan hairdry-nya. Mengeringkan rambut basahnya. Adam meneliti seluk beluk kamar wanita itu. Ada banyak cat air yang sudah ditumpuk rapih, ada juga kanvas yang sudah dilukis dan belum kelar dilukis.

"Kamu suka ngelukis?" tanya Adam. Gea kaget karena pria itu sudah ada di kamarnya. Mungkin karena suara hairdry-nya yang ribut, sampai langkah kaki Adam saja tak terdengar.

"Aku jualan lukisan di onlineshop" jelas Gea. Adam manggut-manggut mengerti. Banyak lukisan awan dengan berbagai warna, ada juga bunga-bunga. Adam suka pemilihan warna wanita itu, ada rasa tenang saat melihat lukisannya.

Adam akui wanita itu punya bakat. Mungkin jika mereka menikah nanti, wanita itu tidak sepenuhnya menjadi Ibu rumah tangga yang menjaga anak di dalam rumah. Setidaknya Gea bisa menghabiskan waktunya sambil melakukan hobi seni itu. Mata Adam terfokus pada sebuah kanvas dengan lukis bunga warna ungu, tangkainya juga warna ungu. Jika dilihat, tidak ada kebahagiaan di sana.

"Aku gak suka lukisan ini" kata Adam sambil menunjuk lukisan itu. Gea melirik sekilas dan memilih tidak menanggapi pria itu. Adam yang merasa diacuhkan berlalu pergi meninggalkan Gea di dalam kamar.

...

Setibanya di Surabaya, Gea dan Adam disambut hangat oleh Ayah Gea. Yusuf tidak tahu menahu anaknya hamil, dia hanya tahu kabar gembira yang dibawa anaknya saja, yaitu tentang pernikahan.

Yusuf senang karena Gea mau menghubunginya, selama ini Gea menolak segala bantuan dari dirinya. Mantan istrinya juga pernah menghubunginya, Gea lari dari rumah dan balik ke Indonesia. Saat itu Yusuf kembali marah besar pada mantan istrinya yang tidak becus menjaga anak mereka. Tetapi ternyata itu keinginan Gea yang ingin hidup mandiri. Rianti juga mengabari Yusuf bahwa kiriman uangnya untuk Gea malah dikembalikan. Sampai-sampai Yusuf harus pergi ke Jakarta dan mencari anak itu.

"Saya hanya bisa menitip Gea. Dia keras kepala, tetapi dia tidak seegois yang kamu kira. Dia labil, kamu harus selalu mengingatkan dia jalan yang tepat. Saya yakin Gea bisa jadi istri yang baik untuk kamu" Gea menahan air matanya. Rasa penyesalan karena membohongi Ayahnya. Seandainya Ayah Gea tahu pria yang berdiri di samping Gea adalah pria brengsek yang tanpa permisi menghamili Gea, sudah pasti Ayahnya Gea akan menghajar Adam hari ini juga. Bukannya menitipi anak perempuannya seperti sekarang.

"Saya akan menjaga Gea dengan baik"

Adam bisa menyesuaikan diri dengan mudah, dia mudah akrab dengan adik tiri Gea, bahkan Adam sudah berhasil mengambil hati Ayah wanita itu. Beda dengan Gea, walau hubungannya dengan saudara dan Ibu tirinya biasa saja, tetapi dia tidak nyaman berada di rumah yang bukan rumahnya. Adam menyadari hal itu.

"Sepertinya saya dan Gea harus pamit" Gea menoleh. Ada apa dengan pria itu? pikirnya.

"Loh katanya mau nginap di sini?" tanya ayahnya Gea.

"Kata asisten saya kita gak dapat penerbangan untuk besok pagi. Dia dapat penerbangan terakhir malam ini. Lagi pula besok saya masih ada kerjaan yang harus segera diselesaikan" jelas Adam yang dijawab anggukan mengerti oleh Ayah Gea.

Adam tahu Gea menatapnya curiga, dia hanya bereaksi biasa saja. Merekapun pamit dan dijemput oleh supir. Saat di mobil beberapa kali Gea bertanya apakah benar mereka akan langsung balik ke Jakarta, Adam hanya diam dan memainkan ponselnya. Mengacuhkan wanita itu yang sedang menatapnya penuh tanya.

"Kamu serius? Kita langsung balik ke Jakarta?" tanya Gea lagi. Dia sangat ingin tidur di kamarnya. Tadi dia sempat sedih mengira akan tidur di rumah Ayahnya. Gea tahu bagaimanapun dia bukan anak dari istri baru ayahnya. Pasti ada rasa risih pada wanita paru baya itu walau tidak terlihat jelas.

Tiba-tiba mobil belok ke hotel. Salah satu hotel cabang milik perusahaan Adam. Gea melotot melihat ada di mana mobil mereka berhenti. Jantung Gea berdetak tak karuan. Ada yang salah dengan arah mobil ini.

"Kok ke sini?" Adam diam. Gea kesal diacuhkan. Dia jadi ingat kejadian malam itu. Di hotel yang sama hanya saja beda lokasi. Tanpa banyak bicara, Adam turun dari mobil.

Banyak pegawai yang menyambut kedatangan Adam. Gea mengekori pria itu dari belakang. Beberapa wanita memandangnya iri dan seolah bertanya. Tentu saja, baru kali ini pemilik hotel datang membawa seorang wanita di sampingnya. Kalaupun Adam datang berkunjung sudah pasti dia akan membawa asistennya. Ada seorang wanita, mungkin salah satu atasan di sana menghampiri Adam.

"Selamat datang pak Adam. Maaf, saya baru diberitahu kedatangan anda ke sini" kata wanita itu sopan. Adam mengacuhkannya. Bahkan Adam terus berjalan seolah tidak ada yang berbicara dengannya. Gea ingin tertawa saat melirik wajah wanita itu yang sedang jengkel. Gea yakin pasti wanita itu tertarik pada Adam.

"Saya diberitahukan oleh pak Bayu, anda akan menginap di sini satu malam. Saya akan men-" ucapan wanita itu terpotong. Adam memutar badannya ke belakang, menatap Gea.

"Kamu mau tidur satu kamar sama saya atau mau tidur sendiri?"

Wah, rasanya satu-kosong. Gea dibuat malu oleh pertanyaan pria itu. Adam tidak bisa menjaga mulutnya dengan benar. Apa yang bakalan dikata oleh pegawai Adam saat ini. Apalagi banyak pegawai perempuan. Mereka pasti mendeskripsikan Gea yang tidak-tidak.

"Oh. Dia gak mau tidur sekamar sama saya" kata Adam dengan nada sedih sambil menatap semua pegawainya. Semua pegawai ikut tertawa dengan candaan pria itu. Yep, mereka semua mengira Adam sedang bercanda. Nyatanya Adam memang bertanya serius, hanya saja Adam tahu apa yang Gea pikirkan. Sekali melihatnya saja Adam langsung tahu di dahi Gea tertulis "BRENGSEK KAU" dengan huruf kapital. Sesekali Adam mencuri pandang melihat wajah kesal Gea. Dia jadi ketagihan membodohi wanita itu.

...

Tidur bagai sapi, Gea bangun dan hari sudah pagi. Dia tidak menyangka tidurnya begitu nyenyak. Apalagi dilihatnya sudah jam 9 pagi. Dia melirik tirai jendela yang sudah terbuka. Silau, pikirnya. Karena masih malas dan ingin tidur lagi, Gea memutar tubuhnya dan membelakangi jendela.

"Huaaaaa!!! Astaga!" teriak Gea.

Adam bangun dari posisinya yang bersender di kepala kasur. Padahal sudah sekitar tiga puluh menit dia ada di sana, tetapi Gea baru sadar. Lantas Adam pindah duduk ke kursi dan menonton tv.

Gea melirik bawah selimut. Huft, bajunya masih utuh. Dia sempat berpikir yang enggak-enggak. Dia kira Adam sudah melakukannya lagi. Tetapi sekali lagi Gea mengintip bawah selimutnya. Benar, dia masih pakai baju yang sama. Jika pria itu melakukannya lagi, sudah pasti Gea akan menelan pria itu bulat-bulat.

"Tenang aja. Having sex setelah hamil gak akan buat anak kita jadi kembar" kata Adam datar. Gea mendengus, dia juga tahu. Lima kali lakuin hubungan badan juga gak akan bisa bikin anak jadi kembar lima. Tidak ada metode seperti itu.

"Kenapa diam? Gak percaya? Mau coba?" ledek Adam.

Pay One Get TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang