Halaman Empat Puluh Satu.

1.2K 327 9
                                    

9 Agustus 2015,
Musim Gugur; Seoul.

"Woojin, tolong gantikan aku."

Aku terkesiap ketika Jihoon memberikanku dua lembar kertas yang terlipat di atas nakasnya. Suaranya terdengar sangat lemah dengan mata sayu yang menatap langit-langit ruangan.

Aku takut sekali.

Pandangan Jihoon beralih padaku, mengulum senyum tipis dan berusaha mengangkat tangannya ke udara, hendak menepuk pundakku.

"Gantikan aku untuk lomba tari modern besok siang."

Ia memintaku menggantikannya di lomba tari besok, di hari operasinya. Di hari ia akan menentukan hidupnya, hari di mana entah menjadi hari terakhirnya untuk hidup, atau hari pertamanya sebagai Jihoon yang baru. Ia memintaku pergi di hari sepenting itu.

Aku dengan tegas menolaknya, nyaris kusobek kertas itu dan kubuang sejauh-jauhnya. Aku tentu saja merasa kesal, dan aku yakin Jihoon juga tahu.

"Tolong, kumohon padamu. Gantikan aku untuk lomba tari besok, aku tidak bisa mengikutinya, tolong gantikan aku untuk memenangkannya."

"Lomba itu adalah mimpiku sejak dulu. Hanya kau yang bisa menggantikan aku, Woojin."

Aku membenci situasi ini.

Dan yang lebih kubenci lagi, adalah aku yang menyanggupi permintaannya.

41; ia menyukai aroma cokelat.

Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔Where stories live. Discover now