Halaman Tiga Puluh Dua.

1.5K 397 40
                                    

5 Juni 2015,
Musim Gugur; Seoul.

Park Woojin kecil membenci tempat itu sejak bertahun-tahun lalu. Park Woojin kecil membenci lampu sewarna dinding putih yang berpijar di langit-langit tiap sudut ruangannya.

Park Woojin kecil pernah berjanji tak lagi ingin menginjakkan kakinya ke tempat itu lagiㅡselain jika ia harus menemui ibunya yang lagi-lagi harus berakhir di ruang perawatan karena melukai dirinya lagi.

Park Woojin kecil selalu merasa ketakutan tiap kali kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan beraroma pekat obat-obatan. Aroma yang menguar seirama dengan hembusan napasnya yang berat.

Park Woojin kecil tahu benar bahwa tempat itu adalah tempat menjemput dan mengantarkan kepulangan. Sebab ia tahu beberapa dari mereka tak lagi bisa pulang ke rumah. Sebab ia tahu bahwa tempat itu yang menjadi tempat terakhir 'rumah'-nya datang. Sebab di tempat itu Park Woojin kecil dan ibunya kehilangan 'rumah'-nya.

Kali ini, Park Woojin harus menghadapi itu lagi. Aku harus menghadapi masa-masa mengerikan itu lagi. Menunggu di luar ruangan, berharap-harap cemas, mendengar bunyi tapak langkah orang-orang berseragam dan berjas putih dengan stetoskop yang bersembunyi di balik saku-saku tinggi mereka.

Park Woojin tengah menanti temannya.

Aku sedang menunggu temanku. Temanku yang sedang melawan kematiannya. Temanku yang menatapku kosong dari celah pintu kaca. Temanku yang sedang tersenyum dengan matanya yang berkaca.

"Woojin, aku akan berkenalan denganmu lagi, nanti, sungguh."

Temanku yang belum kukenali sepenuhnya, katanya. Temanku yang malang.

32; jauh dibandingkan aku.

Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔Where stories live. Discover now